Eve and Ella

70 19 13
                                    

Sejak dulu aku merasa dianak tirikan oleh keluarga, ayahku menganggap aku ada namun jarang menemuiku. Ibuku? Aku tidak tahu apakah aku dianggap ada olehnya, karena selama ini ia mengabaikanku.

Semuanya selalu Ella, kami bersaudara bahkan kembar. Ella dan aku lahir di hari yang berbeda, dan secara biologis dialah yang paling tua. Ella selalu mendapatkan semua perhatian dari Ibu, bahkan dia selalu mendapatkan apa yang diinginkannya.

Seperti saat peran Giselle di sekolah drama, Ibu mati-matian memohon pada pelatih drama agar Ella menjadi pemeran utama. Seharusnya peran itu milikku, namun ia tidak pernah menginginkan aku mendapatkan apa pun yang melampaui Ella. Bahkan saat ia tahu bahwa aku lebih menyukai buku ketimbang bermain bersama anak-anak seusiaku, ia memaksa Ella untuk terus belajar.

Pernah suatu hari Ella melarikan diri dari rumah karena ia ingin pergi ke pesta Halloween, tetapi Ibu ingin dia belajar. Ibu menangis di kamar karena khawatir dan tidak berhasil menemukan Ella, sedangkan jika aku yang kabur ia tidak pernah mencari atau mengkhawatirkanku.

Ella kembali tentu saja karena aku yang menemukan dia sedang asyik bermain bersama teman-teman yang lain di pesta. Aku menyuruh dia kembali, maksud hati ingin memberitahu Ibu bahwa aku berhasil menemukan Ella. Namun ia justru malah mengomeliku karena merasuki pikiran Ella untuk bermain, ia bahkan tidak pernah tahu bagaimana perasaanku saat itu.

Tetapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa, dia tetap Ibuku meski dia mengabaikanku. Saat Ella berulang tahun, ia mendapat banyak hadiah dan perhatian, dan saat aku yang berulang tahun ... aku tak mendapat apa pun.

Lama-lama aku jadi terbiasa seperti ini, aku tetap mempertahankan diriku yang ambisius untuk membuat Ibuku suatu saat nanti menyadari bahwa aku lebih dari Ella. Bagiku Ella payah, sama sekali tidak berbakat apa pun kecuali ballet. Ia bahkan pernah mendapatkan nilai 0 saat ujian, dan sering pingsan saat pelajaran olahraga.

Ibu sering membanggakan Ella pada teman-temannya, katanya anak itu berbakat dan supel. Faktanya, Ella pemalu juga sering ditindas teman-temannya. Selalu aku yang hadir untuk melindungi dia, selalu aku yang menutupi kesalahannya. Bahkan hingga saat ini, ketika Ella lagi-lagi gagal ujian dan harus mengulang kelas, aku memberi Ella semangat. Dia mungkin mau mendengarkanku, tetapi dia tidak bisa bertindak sesuai yang kusarankan.

Aku tidak melanjutkan sekolah, untuk kuliah saja sepertinya harus menunggu Ella lulus. Sebagai anak tertua, ia benar-benar tak bisa diandalkan. Kabur dari tanggung jawab menyelesaikan sekolahnya, malas, lebih suka mendengarkan musik sambil menulis cerita di taman rumah. Saat aku menghampirinya, dia bilang padaku bahwa dia sangat tertekan dengan semua tuntutan ibu kami. Katanya dia ingin bebas, ingin seperti diriku.

Ide gila muncul dibenakku, aku membisikkan ide itu pada Ella. Awalnya dia menggeleng dan tidak setuju, butuh waktu untuk meyakinkan dia hingga pada akhirnya dia pun mengangguk setuju. Ella akan mendapat kebebasannya, dan aku akan mendapat perhatian ibu. Kami berdua akan bertemu kembali, suatu saat nanti.

Salah satu keuntungan memiliki saudara kembar adalah kalian bisa bertukar posisi. Aku mengubah gaya rambutku mirip seperti gaya rambut Ella, kuubah gaya berpakaianku, nada bicaraku yang terdengar seperti malas, dan kebiasaanku yang selalu membawa ponsel ke mana saja. Semuanya sangat mirip dengan Ella.

Pagi ini, aku akan membuat Ella lulus. Aku yang akan menghadiri kelas, dan seperti biasa akan bertingkah layaknya Ella. "Selamat pagi, Bu!" seruku pada ibu yang sedang menyiapkan sarapan.

Dia menaruh tiga piring sandwich di atas meja makan, tidak seperti biasanya. Aku bertanya-tanya apakah ayah akan pulang hari ini. Dia bahkan tidak banyak bicara, langsung mengambil posisi duduk di seberangku dan melahap sarapannya. Sapaanku saja tidak dijawab, ada apa dengan dia?

"Ini untuk siapa?" tanyaku pada Ibu yang sedang sibuk mengunyah.

Iris mata hijau itu melirikku sejenak, sebelum kembali melanjutkan makan. "Untuk kalian."

DEG

Aku terdiam, apa maksudnya? Di meja makan hanya ada aku dan ibu. Apa ibu selama ini menganggap aku ada? Padahal setiap kali aku pergi ke dapur untuk sarapan, hanya ada dua piring yang tersedia, untuk Ella dan ibu.

"Kenapa kau diam, Ella? Kau tidak mau memakan sarapanmu?" tanya ibu tanpa ekspresi.

"Ta-tapi, aku sedang memakan sarapannya," jawabku kaku. Tengkukku terasa dingin, dan ada gelenyar aneh yang merambat di tubuhku. Tiba-tiba bulu kudukku berdiri, hawa dingin mulai mengisi ruangan ini.

"Jiwa kalian kalau disatukan jadi berbeda ya, tidak sesuai ekspetasiku." Ibu meletakan sandwich yang baru saja ia gigit di atas piring. "Padahal aku berharap Ella yang menjadi wadahnya, tapi ya sudahlah. Tugasku sudah selesai, aku tidak bisa memakan jiwa kalian kalau Eve yang jadi wadahnya. Kukembalikan kalian ke ayah kandung kalian hari ini."

Jadi ... selama ini ia lebih perhatian pada Ella karena ingin memakan jiwa kami? Apa aku baru saja menyelamatkan jiwaku dan saudari kembarku?


Written by Ravenic Raven

Sigrún StoriaWhere stories live. Discover now