Sweetheart

43 13 9
                                    

Warning 18+


Eak ... malah ngelanjutin baca 😂

Bukan versi original yang semestinya judulnya ini, tetapi atas desakan berbagai pihak saya bikin cerita ini. Apakah sesuai ekspektasi? Hmmm, silakan kalian yang menilai.
______________________________________

Our home, May 25th 2019

Dear my love.
Sudah lewat satu minggu sejak kepergianmu itu. Namun, aku masih saja belum bisa merelakanmu menghilang dari duniaku sekuat apa pun usaha untuk melepasmu.

Bagaimana mungkin aku rela jika hatiku rindu? Bahkan rindu sekali. Saking rindunya hingga dadaku merintih nyeri setiap memikirkan dirimu. Apakah kau juga rindu padaku?

Sering kali telingaku merasa mendengar suaramu memanggil dari pohon favorit kita di kebun belakang, persis seperti saat kita sering duduk santai berdua di bawah sana. Ternyata kusadari bahwa itu hanya angin lalu. Bukan suaramu.

Sepi. Tiap malam sejak hari itu kulewati sendiri, meski sebagian diriku masih menolak kepergianmu. Bisa kurasakan tanganmu melingkar di pinggangku lalu menyentuh punggungku dengan lembut hingga aku jatuh terlelap. Memberikan getaran rasa dingin di tengkukku. Terasa sangat nyata walau kutahu kau tak ada di sini.

Dear my love .
Terkadang aku juga membayangkan suara langkahmu yang khas menginjak papan berderit di anak tangga paling atas seperti yang suka kau lakukan untuk menandakan kehadiranmu. Kadang juga kudengar tawamu di tengah malam. Atau bahkan, salah satu ritual kecil kita bila kau sedang lembur, kita saling mengetuk dinding--aku dari kamar dan kau dari ruang kerja di sebelah--untuk menyapa satu sama lain di sela kesibukan kita masing-masing. Masih kulakukan ritual itu. Sepertinya kebiasaan lama sulit lepas. Kemudian aku membayangkan mendengar balasan. Dan memang kudengar balasan ketukan darimu! Apakah hal itu normal?

Ah, aku pasti sudah mulai gila. Perlahan-lahan membusuk tergerogoti ketidakwarasan akibat rasa rindu yang membuncah hingga mungkin tak ada setitik pun yang tersisa dari diriku lagi.

Kemanakah kau pergi, Sayang? Apakah lebih besar cintamu pada ia yang kulihat mencumbumu kala itu hingga rela pergi meninggalkanku? Aku duduk menunggu dan terus menunggu. Sejak fajar hingga petang kemudian fajar lagi. Kau tak kunjung pulang.

Dear my half.
Kau tahu persis bahwa aku seorang yang pencemburu persis sepertimu. Meski begitu masih ada kepercayaan pada dirimu. Pada cinta dan kesetiaanmu. Aku tahu pasti ia yang menggodamu pertama kali dan kau jatuh dalam pelukannya tanpa menyadari perbuatan itu menyakiti hatiku.

Untuk itulah aku membuat sepasang kalung kembar untuk kita berdua supaya cinta kita tetap terikat dan bersatu. Aku milikmu dan kau milikku. Selamanya.

Kalung itulah yang kuberikan padamu sebelum kau memutuskan pergi. Punyaku masih kugenggam erat sekarang. Akan kupakai sebentar lagi dalam tekad mencarimu, entah di mana pun tempatnya.

Dan penggoda sialan itu ... jangan khawatir. Sudah kupastikan ia bungkam dan tak akan menggoda cinta orang lain lagi. Ia meledak dalam raungan penuh permohonan, tetapi aku bukan orang yang pemaaf. Kini matanya memelototiku seakan ia marah padaku padahal ia yang melakukan kesalahan.

Sudahlah.

Dan hei! Aku seolah bisa melihat tanganmu melambai-lambai tak sabar padaku dari pohon istimewa kita itu. Mengajakku agar segera pergi. Tubuhmu yang tergantung di sana berputar-putar dipermainkan angin. Saatnya mengenakan kalung cinta kita bersisian denganmu.

Kalau begitu kucukupkan sekian suratku. Semoga kau mengerti seberapa besar cintaku. Sayangku padamu selalu.

Your sweetheart.

______________________________________

Habis maraton ulang baca Hunger Games sampai Mockingjay jadi terinspirasi dari lagu Hanging Tree.

Gwenevieve

Sigrún StoriaWhere stories live. Discover now