|~•Epilog•~|

5.8K 358 64
                                        

Kriiing

Tap

"Sudah jam segini? Kurasa aku baru saja menutup mataku." Pemuda itu segera bangkit dari ranjang empuknya menuju kamar mandi dengan sedikit tergesa.

Setelah lima menit lamanya, ia pun keluar dari kamar mandi. Tentunya sekarang keadaanya sudah lebih segar dari sebelumnya.

"Aku tidak boleh telat hari ini." Setelah bergumam begitu, ia bergegas menuju lemari, mengambil setelan kemeja dan celana bewarna hitam miliknya.

Ia mematut dirinya didepan cermin, tersenyum ketika melihat pantulan dirinya yang sudah terlihat begitu rapi dan juga tampan. Setelah dirasa puas memuji diri sendiri, ia mengalihkah pandangannya kesebuah buket bunga, lalu mengambilnya dan membawa buket itu keluar.

Kim Jimin nama pria itu, pria yang tengah menuruni tangga dengan tergesa.

"Perlahan chim! Kau bisa saja terpleset dan jatuh, lalu aku akan menertawakan mu." Ucap namja lain, Namjoon yang sedang berdiri diujung tangga.

"Iya hyung iyaa." Jimin dengan otomatis mengurangi kecepatan langkahnya.

"Wahh rapi sekali anak bebek inii, mau kemana kau hari ini??" Tanya Namjoon setelah Jimin berada di depannya.

"Haha aku ingin menemui adikku, kau mau ikut hyung?"

"Kau selalu terlambat, dasar anak bebek! Aku sudah pergi terlebih dahulu dengan Jin hyung dan appa." Jimin dengan seketika merenggut.

"Ck! Kalian selalu saja meninggalkanku!"

"Hei!! Kau itu yang susah sekali dibangunkan, dasar bebek!" Namjoon sedikit memukul lengan atas Jimin.

"Ahh sudahlah, aku tidak mau berdebat dengan Hyung, aku tak mau adikku menunggu lama, bye hyung." Jimin melanjutkan langkahnya, meninggalkan Namjoon yang masih melambaikan tangan padanya.

Jimin sampai diruang tengah, ia bertemu dengan tuan Kim -appanya, yang kini sedang melamun dengan memeluk foto seseorang.

"Appa, Jimin izin pergi sebentar, ketempat dia yang sudah lama tak Jimin kunjungi. Appa jangan lupa habiskan sarapannya." Jimin berdiri menunggu jawaban dari tuan Kim, dan hanya anggukan lah yang didapatnya.

"Huft~" helaan napas Jimin, appanya sedikit banyak berubah. Tidak ada lagi tuan Kim yang suka memerintah, tak ada lagi tuan Kim yang suka memberikan pujian padanya atau pada Hyung-hyungnya, yang sekarang hanya ada tuan Kim yang selalu terlihat murung dan sedih.

Jimin kembali melangkahkan kakinya, ia kembali berpapasan dengan salah satu Hyungnya.

"Eoh Seokjin Hyung!! Hyung mau ikut dengan ku mengunjunginya??" Tanya Jimin semangat.

Jin hanya melirik sekilas, lalu kembali menyibukkan diri dengan kegiatannya. Dan lagi-lagi Jimin menghela nafas pelan, hyung tertuanya sama seperti appanya, mereka berubah menjadi lebih diam dan sunyi.

Seperti ini lah keluarga Kim yang sekarang. Terlalu dingin dan kaku.  Tidak ada lagi kehangatan dalam keluarga yang Jimin rasakan.  Mungkin keluarganya masih berduka, itulah pikiran Jimin setiap harinya. 

Kepergian Taehyung satu tahun yang lalu memang masih berbekas hingga saat ini.  Meninggalkan luka gores yang tak nyata di hati keluarganya.  Semua itu hanya bisa di sesali dalam hati mereka masing masing.  Dan menerima kenyataan,  bahwa mereka telah kehilangan sosok Kim Taehyung untuk selamanya. 


Jimin menatap figura yang letaknya pas di hadapannya.  Menutupi sebuah kendi yang berisi abu mendiang Taehyung.  

Rindu...
Yah Jimin rindu sosok Taehyung. Seorang namja yang selalu berada di samping Jimin dengan cengiran khasnya, seorang adik yang terkadang menyebalkan namun perhatian.  Dan yang paling Jimin rindukan dari Taehyung adalah sikap manjanya yang terkadang selalu bisa membuat hati Jimin luluh.

"Tae... Pasti kau bahagia di atas sana..."

"Kau tau..." Ada jeda pada kalimat Jimin,  namja itu tersenyum sendu sebelum melanjutkan kembali kalimatnya.

"Appa dan Jin hyung berubah.  Mereka lebih banyak diam dan melamun. Keluarga kita tak seperti dulu Tae.  Appa lebih sering berada di kantor ketimbang dirumah. Begitu pun dengan Seokjin hyung. Mereka sangat kehilanganmu.  Jujur aku sedih melihatnya... Hiks..."

Liquid bening itu jatuh dari pelupuk matanya,  namun secepat kilat langsung ia hapus kembali.

"Mianhae... Aku ini memang cengeng dan aku tau kau pasti tengah menertawakan ku diatas sana."

"Aku akan berusaha kuat demi mereka semua tae dan aku akan selalu menjaga mereka untukmu"

"Kau tenang saja"

Jimin menatap arlojinya,  ini sudah terlalu siang baginya.  "Ah tae... Sepertinya aku harus pergi. Maaf tidak bisa berlama lama disini"

"Tapi aku janji padamu. Lain waktu aku akan mengunjungi mu kembali"

Jimin tersenyum,  mengusap foto Taehyung sebelum namja itu benar benar melangkah pergi dari sana. 

Setelah puas memandangi sosok didalam figura Jimin pun perlahan meletakkan buket bunga yang ia bawa disampingnya, melangkah mundur lalu berbalik pergi menjauhi rumah abu itu.

Jimin menurunkan sedikit bagian depan topinya dan berjalan sambil menundukkan kepala, tanpa ia tau bahwa tingkah nya itu dapat membuat ia tertabrak dengan seseorang bahkan lebih parahnya mobil atau kendaraan lain.

Brukk

"Awwhh"

Kan, baru saja kita membahasnya.

"Maaf maaf aku tidak sengaja." Jimin gelagapan, ia menarik lepas topinya dan menyodorkan tangan untuk membantu seseorang yang kini terduduk sambil meringis.

Dan ketika uluran tangan Jimin dijabat seseorang itu, Jimin kembali mengucapkan maaf, bukti bahwa dia sangat merasa bersalah.

"Gwencahana, aku juga bersalah karena berjalan sambil membaca komik."

Tunggu, suara ini...
Suara yang sangat familiar ditelinga Jimin, ini seperti suara dari-

"Taehyung??"
















END

FINALLY!!
Kami bisa menamatkan cerita ini hehe
Bagaimana? Sudah puas?

Btw big thanks buat kalian semua yang udah support kami dari awal ini cerita sampe akhir.
Bener bener salut sama kalian.

I purple you
Kami harap kami bisa bertemu dengan kalian lagi... 


B

ye bye salam manis
Peluk cium peluk cium
Behella4
Syugarici_

I'M FINE-{VMin} END  Where stories live. Discover now