Taehyung terbangun dari tidur panjangnya, sesekali namja itu mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya diruangan yang serba putih tersebut. Hingga pandangannya tertuju pada seseorang yang duduk di sofa pojok ruangan tersebut. Seorang namja seusianya yang masih mengenakan sebuah seragam sekolah.
"Jimin"
Awalnya Taehyung berharap jika appanya lah yang ia lihat pertama kali saat ia bangun. Namun, semuanya pupuh. Tuan Kim terlalu sibuk hanya untuk melihat keadaan Taehyung di rumah sakit. Apakah semua orang mulai melupakannya? Ah bahkan jika boleh dikatakan, Taehyung sudah terbiasa merasakan ini semua.
"Jim"
Jimin tersadar dari lamunannya. Ia begitu hapal dengan suara yang baru saja memanggil namanya.
"Tae.. Hiks.. Maaf"
Jimin mendekat ke arah ranjang pesakitan Taehyung dengan mata yang berkaca kaca.
Taehyung tersenyum getir. Apakah kata maaf saja bisa membuat kondisinya kembali seperti semula? Taehyung hanya lah manusia biasa, bukan seseorang yang memiliki hati seperti malaikat. Sikap Jimin bahkan sudah keterlaluan dan sulit untuk memaafkannya walaupun ingin rasanya. Tetapi tetap saja ia tak tega melihat Jimin menangis seperti ini.
"Kata maaf mu tak bisa mengembalikan kondisi ku. Aku harus menahan sakit yang berlebihan hanya karena keegoisan mu. Kau bahkan hampir membunuhku. Saudara macam apa kau" Tidak tidak bukan kalimat itu yang ingin ia katakan pada Jimin.
Dasar mulut sialan
Umpat Taehyung dalam hati
"Hiks.. Maaf tae.. Aku tau aku egois.. Maafkan aku hiks"
Taehyung menghela nafas. Ini bukan sepenuhnya kesalahan Jimin. Tapi ia harus bagaimana sekarang? Hatinya masih terlalu sakit di tambah dengan penyakit sialan yang sejak tadi membuat dada nya terasa nyeri.
"Sudahlah jangan menangis" Kali ini suara Taehyung sedikit melembut. Jimin mengusap air matanya.
"Tae.. Ku mohon maafkan aku"
Taehyung tersenyum
"Aku sudah memaafkan mu Jim. Kau namja tapi kau cengeng"
"Ini semua karena aku sayang padamu bodoh"
"Wah.. Aku tau aku ini tampan Jim. Dan aku hargai itu. Tapi maaf kita sama sama namja. Dan aku juga masih normal"
Peletak
"Yak! Kau pikir apa eoh? Apakah karena sakit otakmu juga ikut tak berfungsi. Kau—"
Ucapan Jimin harus terintrupsi kala pintu ruang rawat Taehyung terbuka. Dan disanalah seorang pria paru baya tengah berdiri dengan pakaian yang formal dan rapih.
Pria itu mendekat ke ranjang pesakitan Taehyung.
"Jimin" Panggil pria paru baya itu lembut. Namun, namja yang di sebut namanya itu hanya terdiam sambil melihat ke sembarang tempat, asal tidak ke arah pria paru baya itu.
"Maafkan appa nak. Appa melakukan itu demi kebaikan mu Jim"
Jimin begitu muak saat ini. Tapi hatinya pun tak tega saat suara lirih tuan Kim menyapa indra pendengarannya. Jimin sangat menyayangi appanya. Jimin tidak benci pada appanya, namja itu hanya kecewa dan tidak bermaksud untuk bersikap tidak sopan seperti ini.
Taehyung yang melihat itu semua hanya membuang muka nya ke sembarang arah. Hatinya begitu teriris. Ia sangat berharap saat appanya masuk tadi, langsung menanyakan 'bagaimana keadaannya' atau 'bagaimana kabarnya? Apakah masih sakit?'
Tapi itu semua hanyalah angan belaka. Saat tuan Kim masuk ia hanya menatap Taehyung sekilas tanpa mengatakan apapun.
"Jim.. Appa sungguh menyesal. Maafkan appa nak. Kau bisa membunuhku jika kau tak percaya"
YOU ARE READING
I'M FINE-{VMin} END
Fanfiction[END] Vmin twins✅ Brothership✅ Slow up ✅ {Revisi kapan saja} @September 2018 Menjadi Anak bungsu tak seenak yang kamu pikirkan - Kim Taehyung @Behella4 @Irmhyu Collabs gengs;)
