"Saya kemarin juga ngobrol di Whatsapp, untuk kembali cek up di bulan ini. Tapi sampai minggu kedua ini belum ada tanda-tanda akan datang."

Aha!

Bryan mengangguk paham. "Baik dok, nanti akan saya ingatkan lagi soal cek up nya."

Tak lama kemudian beliau pamit karena ada panggilan untuk segera kembali ke poli dan Bryan kembali sendiri lagi di kantin yang sudah sepi ini. Hanya ada beberapa orang yang duduk sekedar menikmati kopi, menghilangkan rasa kantuk yang menyerang.

"dr. Syahira tadi sedih banget kayaknya. Kalian ada hubungan apa?" tanya Bryna santai.

"Hubungan apa? Nggak adaa. Jangan ngaco deh," sahut Bryan sesekali meringis perih.

"Serius? Tatapannya lho beda banget." kata Bryna lagi, Bryan masih bergeming.  "Aku ini cewek lho mas jadi tahu lah," sambungnya.

"Mungkin dia lagi ada masalah aja. Kamu nggak usah nyangkut pahutin dek, ada-ada aja."

"Tatapan ada masalah, sama orang lagi kasmaran itu beda jauh."

Ck! Kenapa Bryan jadi mengingat percakapannya dengan sang Adik tentang dr. Syahira yang nampaknya menyembunyikan sesuatu dari semua orang. Apa benar dia cemburu saat itu?

Awal sekali saat Bryan datang ke sini dan tak sengaja berpapasan dua kali dengan dr. Syahira memang sempat membuatnya penasaran siapakah perempuan itu? Namun Bryan kembali mengingat salah satu tujuannya kembali ke sini dan tidak melirik wanita lain selain, Hannah Adlina.

Nama yang sudah terpatri di hatinya.

Namun sampai hari ini Bryan belum mau mengungkapkan isi hatinya pada Hannah karena ingin memberikan ruang sendiri untuk Hannah berpikir dan menjernihkan pikiran setelah apa yang menimpanya beberapa minggu yang lalu itu.

Trauma pasti ada dan Bryan belum mau menambah beban Hannah dengan mengungkapkan perasaannya dalam waktu dekat ini.

Bryan tahu, Bryan paham bahwa peraturan mutlak seorang perempuan dalam keluarga besarnya ialah harus menutup auratnya. Tak masalah jika belum Syar'i tapi setidaknya berpakaian rapi selayaknya muslimah dan menutup auratnya itu sudah nilai plus untuk Bryan.

Dan Hannah belum ada dalam tahap yang begitu meski Maminya sudah mengenakan hijabnya sejak Bryan pertama kali mengenal Hannah saat SMA dahulu.

Jika memang nanti berjodoh, Bryan akan membimbing Hannah dan tidak membiarkan Hannah mengumbar lagi auratnya ke mana-mana meski Bryan tahu pasti ini tak mudah mengingat karir Hannah di dunia fashion show sedang menanjak.

🌻🌻🌻🌻🌻

Bryan memarkirkan mobilnya di carport, hari sudah malam saat ia sampai di rumah. Setelah dari kantin tadi ia berniat untuk segera pulang, namun sayang niatnya harus tertunda karena UGD kekurangan dokter jaga sementara pasien sedang padat.

Dan, lagi-lagi dr. Syahira tidak ada di singgasananya.

Bryan masih terus memikirkan hal itu, hal yang siang tadi terlintas di kepalanya soal ada yang cemburu dengan kedekatan Bryan juga Hannah saat di UGD lalu. Tapi lagi-lagi Bryan mencoba mengenyahkan pikiran itu dan hanya menganggap omongan Bryna hanyalah akal-akalannya saja.

Rumah sudah sepi saat Bryan masuk, hanya ada Mommy nya sedang menonton televisi sementara Daddynya sedang berdinas ke Batam.

"Lho mom, kirain ikut ke Batam?" tanya Bryan setelah mencium tangan sang Ibu dengan takzim.

"Tadinya, tapi Zie mau ikut. Kan mau ujian, ya udahlah mom ngalah daripada nanti berantem." jelas Aliya menjawab pertanyaan si sulung di sampingnya yang sudah nampak lusuh.

"How's your day, doc?" tanya Aliya lalu mengusap kepala Bryan.

"So tired and busy like a bee..." Bryan akan berubah manja jika berdekatan dengan Mommy nya ini.

Ia rebahkan kepalanya yang mulai terasa pening ke atas paha sang mommy, terpejam sebentar sambil menggumam bahwa hari ini tubuhnya begitu lelah. Ia butuh istirahat.

"Mom?" panggil Bryan.

"Ya?"

Kepala Bryan sedang berusaha menyusun kata-kata yang pas agar tidak kaget saat mendengarnya.

"Mom, I'm in love with someone." ujar Bryan pelan.

Kedua alis Aliya nampak naik ke atas.

"Siapa gadis itu?" tanyanya penuh selidik.

Ada jeda sebentar sebelum Bryan menjawab siapa perempuan yang berhasil memporak porandakan hatinya itu. Bryan mencoba menyusun kata-kata lagi di kepalanya.

"You know her, mom." ucap Bryan pelan, Aliya nampak mengerutkan dahinya sambil mencerna perkataan putranya itu.

"Udah lama kamu suka dia, Mas?" Aliya masih ingin mengorek lebih jauh lagi, Bryan mengangguk.

"Tapi dia belum berhijab, mom." tambah Bryan. "Apa mok akan terima kalau dia belum menutup sempurna auratnya?"

Sepertinya Aliya tahu siapa perempuan yang Bryan maksud.

"Hal itu tidak bisa dipaksakan, Mas. Niat seperti itu harus datang dari hati, mungkin aja kan setelah menikah hidayah itu baru datang? Jadi tidak ada salahnya menerima dulu, lalu kamu bimbing dia kemudian. Karena itu tugasmu sebagai seorang suami yang harus membimbing istri dan anak-anakmu kelak untuk terus ada di jalan Allah." ujar Aliya panjang.

"Insha Allah siapapun dia, mom, daddy dan adik-adik akan terima dia dengan baik. Selama dia tidak seperti temanmu dulu waktu kuliah itu." tambah Aliya lalu membuat anaknya terkikik mengingat saat wisuda waktu itu ada yang ingin memeluk Bryan di depan keluarganya yang datang.

"Hahahaha mom... Ya nggak lah. Dia nggak begitu." kata Bryan.

"Emang siapa dia sih?" tanya Aliya pura-pura penasaran padahal sesungguhnya ia sudah punya tebakan.

"Hannah. Hannah Adlina, anaknya dr. Sekar dan dr. Banyu." jawan Bryan tegas.

Deg.

Benar dugaan Aliya, sebuah senyum terbit di wajahnya namun seketika Aliya ingat sesuatu.

"Tapi kamu harus selesaikan satu hal pada perempuan lain, Mas. Yang mom selalu nampak ada yang lain di matanya saat menatapmu, beberapa kali mom lihat dia begitu ketika mom tidak sengaja lewat UGD."

Perempuan? UGD?

Astagfirullah...

To be continued.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Ehe, maap di potong, biar kalian penasarannnn 😂😂😂😂

#dahgituaja

#awastypo

Dudui

Au revoir

Danke

Merci,

Ifa 💕

SEMESTAKUحيث تعيش القصص. اكتشف الآن