****

Aku meletakkan anak – anakku ke dalam box bayi yang langsung di persiapkan Mommy dan Daddy.

“Hanya kalian yang membuat Mommy bertahan untuk hidup” aku melihat ketiga wajah anakku, ah mereka kembali mengingatkan aku kepada ayah mereka, wajah mereka perpaduan wajahku dengan wajah Glen, tapi wajah Glen lebih dominan terutama Harold, dia sebelas dua belas dengan Glen.

Aku mendengar ketukan di pintu kamarku.

“Masuk”

Aku melihat Daddy masuk ke kamarku. “Hai Dad” sapaku dengan pelan.

“Bagaimana anak – anak, apa mereka nyaman tinggal disini” Tanya Daddy

“Nyaman Dad, mereka sepertinya akan terbiasa dengan cuaca disini” balasku. Aku menepuk – nepuk James yang terbangun karena perbincangan kami.

“Siapa nama mereka”

Aku harus bilang apa? Jika aku menyebut nama panjang mereka, Daddy akan tau siap ayahnya.

“Harold, Miles dan James Dad”

“Nama panjang”

“Panggil saja mereka dengan nama itu Dad, itu sudah cukup”

“Kamu belum mau bicara apa yang terjadi dengan pernikahanmu dengan Daniel? Dan siapa ayah anak – anakmu?”

Aku menggeleng.

“Baiklah Helena, jika kamu sudah memutuskan kembali kesini itu berarti kamu sudah menghapus masa lalumu, karena Daddy tidak akan pernah menerima atau merestui jika ayah anak – anakmu kembali”

“Kenapa Dad, kenapa Daddy tidak menerima”

“Karena dia membuat kami menganggap kami kehilangan anak, dan kamu tau selama ini Mommy mu sangat menderita dan sedih”

“Dad” aku menitikkan airmata mendengar perkataan Daddy.

“jadi simpanlah siapa yang membuatmu seperti ini, karena jika Daddy tau siapa, Daddy akan pastikan dia akan menerima akibatnya, Daddy tidak akan pernah melepaskannya” aku mendengar suara Daddy pelan tapi tegas.

Glen.. sepertinya kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Aku hanya menitikkan airmataku, kenapa jalan hidupku seperti ini, kenapa aku mencintai pria yang hanya bisa menyakitiku.

****

4 bulan berlalu….

Aku menghabiskan waktu selama ini kembali dengan profesiku, menjadi perancang busana, Daddy membukakan sebuah butik untukku. Ya dengan kesibukan aku bisa melupakan rasa kangenku dan rindu yang teramat terdalam untuk Glen. Selama 4 bulan ini aku sama sekali tidak mendengar kabarnya aku juga tidak melihatnya berusaha mencariku dan anak – anak, kekecewaanku semakin besar, andai dia tau setiap hari dulu pas ketika awal – awal kami berpisah, aku masih berharap dia mencariku, tapi semuanya percuma.

Daddy juga semakin over protective dengan diriku, dia kembali memberi pengawal yang siap sedia menjagaku.

Siang itu aku berencana membawa anak – anak untuk berjalan – jalan, berhubung hari ini aku libur. Ketika kami melewati kebun, Harold dengan sangat rewel menunjuk kearah kebun.

“Kamu kenapa nak, mau main ke kebun? Bukannya kita mau ke taman bermain”

“Dada dada dada” balasnya

“Apa sayang? Mommy tidak mengerti mau kamu apa”

“Dada dada” tangannya masih menunjuk kearah kebun

“Oke oke kita lihat kebun saja ya”

Aku mendorong stroller anak – anak kearah kebun, entah kenapa aku sangat malas kesini, karena setiap melewati kebun ini, aku akan selalu melihat bayangan Glen.

“Dada dada” lagi – lagi Harold mengoceh. Aku hanya tersenyum mendengar ocehan bayiku yang sudah berumur 7 bulan, tanpa terasa mereka sudah mulai beranjak besar, ah andai Daddy mereka….

“Helena bodoh, kenapa masih memikirkan dia, sedangkan dia tidak peduli lagi dengan kalian”

“Dadaddddddaaaa” Harold terlihat bahagia dan matanya berbinar melihat kearah taman bunga. Mataku melihat kearah taman bunga dan aku melihat sesosok pria membelakangi kami.

“Harold sayang, kamu kenapa ceria sekali” aku heran dengan anak sulungku ini ketika saudara – saudaranya terlelap tidur dia dengan antusias melihat seseorang.

“Dadadadada” katanya dengan suara keras. Pria yang sedang jongkok itu berdiri dan melihat kearah kami.

Aku kaget dan mengucek mataku, sepertinya aku terlalu merindukan dirinya sehingga menganggap orang lainpun dia.

“Harold baby” pria itu memanggil nama anakku dan berlari menuju stroller anak – anak.

“Dadaddaddad”

Aku mendorong stroller anak – anak menjauh dari dirinya.

“Hai sayang” katanya lagi

“Glen?”

“Ya aku Glen… aku kembali menjemput kamu sayang”

“Hahahahahhaha buat apa? Buat disakiti lagi?”

“Tidak, ah aku sangat merindukan kalian” dia hendak memelukku, tapi aku mendorongnya.

“Kamu gila Glen, kita sudah tidak ada hubungan apa – apa, dan kenapa kamu bisa ada disini” aku terlihat panik bagaimana jika Daddy tau.

“Kamu masih istri aku Helena, kita belum bercerai kamu lupa kamu belum menanda tangani surat itu”

Aku mengingat kejadian malam itu, aku memang belum menanda tangani surat itu.

“Aku bukan istri kamu semenjak kita berpisah”

Aku melihatnya menggeleng “Selama aku masih hidup, aku akan selalu suami kamu dan ayah anak – anak”

“Kamu belum jawab kenapa bisa disini, pergi aku tidak mau Daddy dan Mommy mengetahui kalo kamu ayah anak – anakku”

“Jadi kamu tidak memberitahu mereka kalo aku ayah mereka”

“Tidak karena kamu tidak cocok jadi ayah mereka”

“Oke, aku akan langsung memberitahu mereka” Glen berniat masuk ke istana.

Aku teringat perkataan daddy, jika dia akan memberi pelajaran kepada pria yang membuatku seperti ini.

“Jangan gila, aku tidak butuh pengakuanmu kepada anak – anak, sekarang lebih baik kamu pergi” kataku mengusirnya.

“No princess… karena mulai saat ini aku akan kembali menjadi pengawalmu, menjagamu dan mendapatkan hatimu lagi, mendapatkan maaf dan juga pengakuan”

“Kamu gila Glen, siapa yang mengizinkan kamu menjadi pengawalku”

“Daddy mertua…” katanya dengan lantang, aku melihat senyum evilnya.

Astaga Daddy… Daddy sendiri yang membawa pria itu kesini. Aku harus bagaimana!!!!

Tbc

13. Princess in LoveWhere stories live. Discover now