Part 17

67.3K 3.7K 173
                                    

Helena Pov

Sudah 2 hari ini hubunganku dengan Glen memanas, aku masih tidak terima alasannya yang menolak keinginanku untuk hidup bersamanya, aku masih tidak terima, jika dia mencintaiku, jika dia menyayangiku dan anak – anaknya kenapa menolak? Kenapa tidak berusaha mempertahankan aku.

Setiap dia mengajakku berbicara, aku hanya diam dan tidak menjawabnya. Aku sangat marah, aku sudah berusaha mengubah segalanya, aku juga sudah memintanya hidup dan tinggal denganku tapi kenapa dia menolak, dan malah memilih untuk berpisah.

“Helena, ayo dimakan… kamu sudah 2 hari ini tidak makan dengan benar” aku membuang mukaku, aku enggan melihat wajahnya.

“Sayang, sudah dong marahnya, aku bingung jika kamu seperti ini, hey lihat aku” dia meletakkan piring makanan di nakas dan menarik wajahku untuk melihatnya. Aku menepis tangannya dan tanpa sengaja aku melihat ruam biru seperti memar di tangannya. Glen kaget dan berusaha menutup kembali tangannya dengan lengan bajunya.

Satu hal yang aneh, dicuaca panas seperti ini Glen dengan setianya memakai baju lengan panjang dan celana panjang, dan semenjak beberapa bulan belakangan, kami tidak pernah melakukan hubungan suami istri, dia juga jarang membuka bajunya di hadapanku.

“Tangan kamu kenapa?” tanyaku dengan penasaran.

“Gpp hanya kepentok” katanya gugup, aku yakin itu bukan hanya kepentok, birunya sangat berbeda.

“Jangan bohong!!!! Aku tau kamu menyembunyikan sesuatu”

“Gak ada Helena” dia masih mengelak dan aku semakin curiga, melihat wajahnya, sikapnya dan penghindaran dirinya setiap aku meminta dia melakukan hubungan suami istri.

“Buka baju kamu!!!” kataku dengan tegas

“Apasih Helena, ini masih siang… nanti malam ya”

“BUKA SEKARANG ATAU AKU GUGURKAN ANAK INI” teriakku, hilang sudah kesabaranku, dia tidak baik – baik saja, aku mengenalnya dan disetiap tatapannya terselip kesedihan luar biasa.

“Helena….” Dia masih membantahku, aku membuka laci dan mengambil sebuah gunting dan aku acungkan keatas perutku.

“Buka atau terima akibatnya!!!! Sudah cukup kamu bohongi aku Glen, selama ini aku diam bukan berarti aku tidak tau kamu menutupi sesuatu” teriakku dengan derai airmata yang kembali muncul.

“Helena…” katanya dengan nada pilu

Aku semakin mendekatkan gunting itu ke perutku.

“Oke oke aku buka tapi buang dulu guntingnya, kita bicara baik – baik” katanya dengan nada panik.

“Tidak sebelum kamu buka”

Aku melihat tangannya bergetar ketika membuka satu persatu kancing bajunya, mataku tak beralih dari badannya. Gunting yang berada di tanganku jatuh ketika aku melihat tubuhnya penuh dengan ruam biru dan merah, dan mataku tertuju kesebuah luka besar seperti bekas operasi.

“Helena.. aku gpp, ini hanya ruam biasa, kamu tenang ya” dia memegang tanganku.

“Lepas!!!, ikut aku!!!” dengan perut yang sudah membesar aku mengambil tasku dan berjalan keluar.

“Helena kamu mau kemana, kandungan kamu” katanya masih menahanku.

“Ikut aku ke rumah sakit”

“Aku sehat sayang, aku tidak perlu kerumah sakit”

“Ikut Glen dan aku tidak suka di bantah, aku ingin tau apa benar itu hanya ruam atau ada apa”

“Helena…”

“Stop Glen… aku tau kamu sakit…. Aku tau!!! Jadi jangan pernah mencoba membohongiku lagi, dari beberapa bulan yang lalu aku sudah curiga, kamu selalu mual dan muntah, kamu terlihat kurus dan ruam – ruam ini, tolong… tolong jujur sama aku, aku ini istri kamu hiksss” aku terduduk di lantai ketika mengatakan itu. Aku tidak peduli apapun, yang aku pedulikan Glen jangan sampai sakit, jangan sampai pergi meninggalkanku.

13. Princess in LoveWhere stories live. Discover now