Part 18

63.1K 3.5K 120
                                    

Maaf ya lama update, laptop author rusak jadi gak bs ngetik, ini aja ngetik di hp jd gak bs panjang2.

So cekidot.

****

Aku berdiri didepan sebuah gundukan tanah yang masih basah. Airmataku tak berhenti mengalir dari kedua mataku. Bekas operasi karena melahirkan masih terasa menyakitkan, tapi tetap tidak terasa lebih menyakitkan dibandingkan sakitnya ditinggal oleh orang yang kita sayangi.

"Kenapa ini semua bisa terjadi, hikssss" kembali aku meratapi kepergian dia yang secara tiba - tiba. Disaat keadaan sudah mulai membaik, ketika Daddy akhirnya menerimaku dan membatalkan niatnya untuk memisahkan aku dan Glen, tapi kenapa ini terjadi.

"Nyonya... lebih baik kita kembali ke Rumah Sakit, kata Dokter anda belum boleh terlalu banyak bergerak"

"Sebentar... sebentar lagi" kataku dengan nada lirih.

"Nyonya... Tuan akan marah jika saya tidak bisa menjaga Nyonya" pengawal itu melihat kearah gundukan tanah.

"Aku balik dulu... aku harus menjaga anak - anak" mengingat 3 bayi kembarku, kesedihan yang menyelimuti hatiku, tiba - tiba berubah menjadi riang.

Aku meninggalkan kuburan dan masuk kedalam mobil yang akan membawaku kembali ke rumah sakit. Aku menyandarkan kepalaku ke jok mobil. Mata ini belum sempat tertidur semenjak kejadian malam itu. Aku kembali mengingat kejadian yang mungkin kedepannya akan merubah garis hidupku.

Flashback on

Sebelum aku memasuki ruang operasi, jantungku tak berhenti berdetak, kecemasan dan juga kekuatiran akibat akan melahirkan dan juga karena kesehatan Glen yang makin memburuk membuat diriku tidak bisa tenang.

"Dad.. Glen, tolong dia Dad... kami membutuhkan dia" kataku dengan sangat memohon kepada Daddy.

"Kamu tidak perlu kuatir, Daddy akan menolong Michael, kamu tenang dan lahirkan cucu Daddy dengan baik dan sehat, suamimu akan Daddy selamatkan" aku melihat ketulusan di wajah Daddy. Aku juga melihatnya tersenyum, hal yang susah sekali aku lihat dan rasakan semenjak aku dan Glen menikah.

Aku masuk dan melihat Daddy untuk terakhir kalinya, entah kenapa aku merasa hari ini saat terakhirku untuk bertemu dengannya.

Seandainya Glen menemaniku melahirkan, betapa ini akan sangat sempurna, tapi sayang suamiku yang juga pria yang sangat aku cintai sedang berjuang untuk hidup di ruang sebelah.

"Glen... berjuang sayang.. demi aku, demi anak - anak, demi keluarga kecil kita" kataku dalam hati dengan nada lirih.

"Baiklah Nyonya, kita akan melahirkan 3 jagoan anda" kata dokter yang membantuku melahirkan.

Aku hanya bisa mengangguk, sakit dan kecemasan yang melandaku membuatku hanya bisa mengikuti apa maunya Dokter. Mataku terasa berat ketika dokter itu memasangkan alat di hidungku.

"Baby, Mommy harap kalian lahir dengan sehat dan selamat" aku menutup mataku dan tertidur.

****

Rudolf Pov

Setelah mengantar Helena ke ruang operasi, aku kembali ke ruang ICU dimana Michael di rawat. Aku melihat suster mondar mandir dengan wajah panik. Aku menghentikan salah satu suster.

"Ada apa sus, ada apa dengan anak saya" kataku dengan panik

"Pasien kritis pak, paling lama besok pagi kami harus sudah mendapat donor, tapi sampai sekarang, kami belum juga mendapat donor yang cocok" kata suster itu dengan penuh penyesalan.

13. Princess in LoveWhere stories live. Discover now