Thirteen 🍁

378 148 109
                                    

Sebelum baca tekan tanda bintang di pojok kiri yuk 😉

🍁🍁🍁

"Gimana?" tanya Ana yang sudah duduk manis di sampingku seraya menikmati nasi goreng yang diberikan pemujanya.

Aku lupa memberi tahu kalau Ana, salah satu perempuan di kampus ini yang memiliki banyak penggemar. Setiap pagi pasti ada saja yang menyediakan makanan di mejanya.

"Uda di Acc kemarin, alhamdulillah, ya,  sesuatu," kataku

"Terus hubunganmu sama Rean? Kemarin kau bilang mau break bentar sama dia."

Aku memang sempat memberitahu Ana tentang rencanaku membuat Rean merasa bersalah kemarin. Bahkan perempuan itu menyarankan jangan break, tapi putus saja. Sungguh saran yang tak membantu.

"Dia nggak mau, dia bilang jangan tinggalin dia, dia bakalan berubah."

"Terus kau luluh? Oke, nggak usah dijawab, aku tau kau pasti luluh. Bucin."

"Namanya masih cinta, Na. Nggak ada salahnya juga ngasih dia kesempatan buat berubah 'kan?"

Ana hanya mengangguk. "Dia kuliah nggak?"

Aku menepuk dahiku, aku lupa menanyakan itu semalam. "Nggak tau."

"Lah, kok nggak tau? Kalian pacaran atau apa, sih? Heran deh, princess."

"Peri ngences maksudmu?" tanya Niawan yang tiba-tiba muncul di belakang kami.

"Si Synda, nih, bisa-bisanya pacaran tapi nggak tau pacarnya kuliah apa nggak," adu Ana pada Niawan. Entah apa gunanya.

"Bener, Syn? Pacaran sama aku aja deh kau. Aku jelas, setia, baik, rajin menabung, tidak sombong, dan .. ehem .. tampan." Aku menatapnya dengan tatapan horror. Apa? Tampan? Tamtam di nampan maksudnya?

"Nggak usah aneh-aneh, Wan. Personil ceriwis di depan noh. Entar digosipin lagi kalian," kata Ana mengingatkan----perempuan itu berjalan keluar menuju tong sampah untuk membuang sampah makanannya.

"Tapi serius, sampai sekarang kau nggak tau, dia kegiatannya apa? Belum berani nanya juga? Nunggu si alien itu sadar sendiri gitu, terus dengan sukarela datangin kau dan bilang apa kegiatannya?" tanya Niawan terdengar seperti sedang memojokkanku.

"Semalam sih ada niatan mau nanya, tapi lupa. Lagian kami itu jarang komunikasi selama ini, Nia. Dia ngabarin aku cuma buat izin ngumpul sama temannya dan main game. Kalau ketemu juga cuma buat bayarin aku makan."

"Iya sih, ngenes banget kisah cintamu ya," kata Niawan.

"Iya, kasian." Ana ikut menambahi.

Aku hanya diam, menatap dua orang teman yang mengasihaniku secara bergantian. Nasib punya pacar alien, memang menyedihkan.

🍁🍁🍁

Aku dan Ana duduk disalah satu bangku yang ada di cafe. Sore ini aku tidak bekerja karena Zaski memintaku untuk menggantikannya libur. Dia sedang butuh uang untuk keperluan adiknya yang sakit, jadi dia sengaja meminta jadwal kerjaku untuk menambah uang masuknya. Berhubung aku sedang tidak diuber uang kuliah dan ibuku belum ada memberitahu tentang biaya sekolah adikku, maka dengan senang hati aku menolongnya.

Cafe yang kami pilih terletak di ujung jalan kampus. Cafe dengan nuansa serba pink dan disuguhi barista ganteng yang membuat aku dan Ana langsung meleleh. Perlu kalian ketahui, kelamahanku ada dua yaitu makanan dan laki-laki ganteng.

Cafe ini lebih terlihat seperti coffe shop karena tempatnya yang kecil dan tidak ada menu makanan berat. Di sini hanya menyediakan coffe, minuman non coffe, dan beberapa snack saja. Meskipun begitu, cafe ini tetap ramai. Kurasa karena desain cafe ini membuat para pengunjung betah, dan bisa dijadikan tempat berfoto untuk di upload ke instagram.

COME BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang