Part Six

559 238 229
                                    

Aku sengaja minta shift pagi Minggu ini karena ingin nonton bersama Rean. Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku---sudah pukul 15.00 dan sudah waktunya aku pulang. Aku bergegas menuju ruang ganti staff kemudian berpamitan dengan Mbak Kamila----manager baruku.

Aku senang saat Mbak Kamila dipindahkan kemari, dan si manager gesrek itu dipindahkan ke cabang lain. Meski dia masih di Medan dan pastinya masih sering ke sini, setidaknya bukan dia lagi yang mengaturku. Semenjak Mbak Kamila menjadi manager di sini aku lebih bebas untuk berganti shift karena dia paham statusku yang masih menjadi mahasiswi, dan juga dia selalu membelaku kalau ada pelanggan yang kurang ajar mengganggu.

"Aku duluan, ya, Mbak, makasih uda izinin tukar shift hari ini," ucapku berpamitan.

Mbak Kamila tersenyum, "Iya hati-hati. Makasih sama si Zaski sono tuh, dia baik banget mau tukaran shift sama kamu."

"Iya Mbak, entar Zaski dan Mbak aku bayarin es krim deh," janjiku---kemudian aku berlari menuju abang ojol yang akan membawaku ke kos.

Jam tayang film yang kami tonton jam 17.00 aku masih memiliki waktu setidaknya satu jam sebelum Rean menjemputku. Mengingat ini kencan pertama kami setelah sekian lama berpisah, aku harus berdandan secantik mungkin. Kali aja dia langsung mengajakku balikan, atau lebih beruntungnya dia mengajakku nikah. Kan lumayan biaya kuliahku berapa semester lagi, bisa ditanggung Rean.

Tidak butuh waktu lama aku sudah sampai di depan kos dan langsung ngacir masuk ke dalam. Aku bingung harus memilih gaun yang mana. Eh? Bukan gaun, lebih tepatnya baju casual. Aku bukan tipe perempuan yang suka memakai gaun ke sana kemari, gaun itu ribet pemirsa. Pakaian casual lebih nyaman di tubuhku.

Rean datang tepat waktu, saat aku sudah selesai berdandan. Laki-laki itu mengirimiku pesan dan membunyikan klaksonnya. Aku berdiri dan mengambil sepatu catsku---kemudian berjalan keluar pintu dan mendekati Rean yang berdiri di dekat mobilnya.

Disepanjang perjalanan tidak ada yang memulai percakapan, aku terlalu degdegan duduk bedua di dalam mobil bersama Rean. Akhirnya segala keinginanku dulu terpenuhi sekarang. Bisa kalian bayangkan betapa ngenesnya aku mengejar cinta seorang Rean yang berada di sampingku ini? Sangat mengenaskan dan menyedihkan!

Begitu sampai di basemant, aku langsung turun---mengikuti Rean yang sudah berjalan di depanku. Aneh bukan? Harusnya dia berjalan di sampingku, tapi dia malah meninggalkanku, dasar laki-laki kurang akhlak si Raen ini!.

Aku sedikit sulit mengimbangi langkah kakinya yang besar itu. Aku bingung kenapa dia berjalan begitu cepat, apa dia sedang sakit perut dan ingin ke toilet?

"Pelan-pelan dong. Langkah kaki kamu besar banget tau,"

Rean berhenti sebentar, kemudian melihatku. "Kaki kamu aja yang pendek."

Ingin kucabik-cabik mulut laki-laki ini. Enak saja mengatai kakiku pendek, gini-gini tinggiku mencapai 160 cm. Dia saja yang terlalu tinggi seperti tangga yang sering kupakai untuk nyolong mangga Wak Inong---tetangga di sebelah kosku.

🍁🍁🍁

Hari ini bioskop sangat ramai, mungkin karena weekend. Aku mencari tempat duduk untuk menunggu, film yang akan kami tonton belum tayang, kira-kira 20 menitan lagi. Tidak lucu kan, aku berdiri selama 20 menit? Bisa pendarahan aku di sini.

Aku melihat ke arah Rean dengan puppy eyesku, berharap laki-laki itu peka dan mau mencarikan tempat kosong untukku. Tapi ternyata tidak. Laki-laki itu menaikan satu alisnya saat melihat wajahku kemudian berlalu pergi. Jahat sekali!

Aku terus mengedarkan pandangku untuk mencari kursi kosong, dan menangkap Rean di depan sana yang sedang melambaikan tangannya padaku. Aku berjalan ke sana dengan kening berkerut, untuk apa laki-laki jahat ini memanggilku.

COME BACKOnde histórias criam vida. Descubra agora