Aku melihat Ana yang sibuk dengan ponselnya, kurasa dia sedang membalas pesan-pesan dari para pengagumnya itu. Bahkan salah satu barista di sini dari tadi terus memperhatikan Ana. Aku menduga Ana pasti memakai susuk, makanya laris banget.

"Syn, kau tau nggak, aku punya gebetan baru dong," kata Ana menyombongkan diri. Aku juga nggak ngerti apa yang harus disombongkannya dari memiliki banyak gebetan tapi tidak pernah jadian itu.

"Banyak bener, nambah stok lagi? Yang kemarin gimana?" tanyaku seraya menyeruput Oreo Smoothiesku.

"Kutinggal, alay banget dia. Beberapa jam sekali harus video call, gebetanku 'kan bukan dia doang."

Aku menggelengkan kepala. "Tobat, Na. Karma uda naik helicopter sekarang, jadi lebih cepat datangnya. Karma itu sakit, kau uda ngeliat aku dua hari dua malam nangis terus 'kan? Mau begitu emang?"

Ana meletakkan Milo Milkshakenya. "Kita beda, Say. Kau main api duluan baru terbakar. Kalau aku terbakar duluan baru main api."

Memang benar, dulu Ana tidak seperti ini, dia perempuan yang hanya setia pada satu laki-laki. Tapi, semunya berubah saat pacar yang sangat dicintainya itu berselingkuh dengan perempuan lain yang notabenenya sahabat Ana di masa SMA. Ana yang merasa kesetiaan yang dilakukannya sia-sia, ia memutuskan untuk menjadi fuck girl. Menerima ajakan semua orang yang ia rasa tidak akan menyakitinya. Bahkan lebih parahnya, sampai sekarang Ana tidak ingin menjalin hubungan serius. Dia tidak ingin terikat dengan hubungan yang mengatas namakan 'Pacaran'.

Dari Ana aku belajar, kesetiaan dan kepercayaan yang dirusak dengan mudahnya membuat kita takut untuk memulai lagi.

"By the way, abang itu manis." Ana mengarahkan dagunya ke arah barista yang tadi kubicarakan. Kalau dilihat dari gerak-gerik mereka, sepertinya sehabis ini laki-laki itu akan mendatangi kami dan meminta nomer telepon Ana. Dan dengan senang hati pula Ana akan memberikannya. Dasar Ana gila.

🍁🍁🍁

Rean mengedarkan pandangannya saat kusuruh masuk ke dalam kosku. Untungnya tadi, setelah pulang dari cafe bersama Ana aku langsung membersihkan kamar kosku karena Rean memberitahu akan datang malam ini.

"Ini makanannya," katanya memberiku plastik berisi dua porsi sate yang memang kupesan untuk kami.

"Mau minum apa? Di kulkasku cuma ada stok sprite dan coca-cola." Aku harus berterima kasih pada Ana nanti. Berkat perempuan itu mengisi kulkasku dua hari yang lalu, aku tidak perlu malu karena tidak memiliki apapun untuk kutawarkan pada Rean. Inikan kali pertama Rean masuk ke dalam kamar kosku.

"Bebas, deh. Aku ngikut aja," katanya. Dia duduk di sofa yang memang tersedia di kamar ini.

Aku meletakan piring yang berisi sate di atas meja, kemudian menuangkan coca cola ke dalam gelas. "Tumben banget kemari, biasanya jarang mau nemui aku," sindirku sambil melahap sate ayam yang rasanya lebih enak dari pada sate langgananku.

"Ini satenya beli di mana?" tanyaku. Sepertinya tempat sate ini akan masuk ke dalam list makanan langgananku.

"Di dekat rumahku," jawabnya. Aku hanya ber-Oh ria sebagai jawaban.

"Aku 'kan uda janji mau berubah jadi lebih baik, makanya malam ini aku datang. Kamu nggak senang emang?"

"Senang dong," jawabku dengan senyum mengembang. Mana mungkin aku tidak senang pacarku datang menemuiku, bawa makanan pula. Ya, pasti senang lah. Kalau bisa setiap hari.

"Oh iya." Aku baru teringat tentang menanyakan sebenarnya kegiatan Rean ini apa, untung aja Ana memberiku pesan, seakan namanya menjadi pengingatku untuk menanyakan hal ini.

COME BACKWhere stories live. Discover now