22. The Slave : one fine day with you.

8K 378 5
                                    

Ketika hati sudah memilih kepada siapa ia harus berlindung, kepada siapa ia berpaling, untuk siapa ia berjuang, haruskah pemilik hati hanya diam tidak bergerak hanya karna masa lalu dan ia belum luput dari traumanya ?

Sabella terdiam. Di sebelahnya Decan sedang menyetir dan sesekali menggenggam tangannya.

Semenjak ia bertekad untuk mengajukan pernikahannya dengan Adam di pengadilan Agama, Sabella tak henti-hentinya larut dalam pikirannya.

Ia kalut. Bukan karna ia hendak meninggalkan Adam dan menghancurkan Adam. Tapi bisakah ia hidup sementara ia dicaci maki nantinya padahal ia belum sembuh total dari traumanya atas kejadian kemarin.

Decan menggenggam tangannya kuat. Seperti ia mengerti dan tau apa yang Sabella pikirkan sekarang, ia seperti sedang memberi tahu Sabella bahwa ia akan selalu ada di sisi Sabella saat ia di titik terendahnya.

Sabella jelas senang. Tapi ia bimbang, ia malu. Decan dengan segala kerendahan hatinya mau menerima wanita yang sudah kotor dan hina di mata masyarakat. Ia takut jika mungkin suatu saat Decan meninggalkannya karna tak tahan dengan keadaan Sabella.

Tapi lagi-lagi Decan semakin kuat menggenggam tangannya.

Sabella melihat keluar jendela, hari sudah gelap. Ia berencana untuk tinggal dengan Decan dengan segala resiko karna ini adalah keputusan awal yang ia buat saat di selimuti emosi dan ambisi.

Decan bilang ia yakin dan akan membantu Sabella apapun resikonya.

Sabella menarik nafas. Jantungnya berdebar kuat. Ia tak bisa menormalkan kondiri tubuhnya saat ini.

Mereka sampai dirumah Decan saat malam sudah semakin dingin.

Decan keluar lebih dulu, ia mengeluarkan koper milik Sabella dari bagasi mobil. Namun, saat Decan sudah hendak masuk ke dalam rumah, Sabella tak kunjung turun dari mobil.

Decan terdiam, ia tau apa yang Sabella takutkan. Lalu Decan berjalan menuju mobil dan membuka pintu mobil sebelah Sabella duduk.

Pandangan Sabella kosong tapi bahasa tubuhnya juga gelisah. Sabella menatap mata Decan, lalu mengenggam tangan Decan.

"Aku janji." Ucap Decan setelah itu. Decan menarik Sabella keluar dari mobil. Sabella mengikuti, namun geraknya tak yakin.

Decan menggandeng Sabella menuju pintu rumah, lalu saat mereka sudah berdiri di ambang pintu Decan menarik Sabella ke pelukannya lalu mencium kening Sabella.

Sabella merasa dicintai kembali. Walau ia sedang dalam perasaan yang tidak sepenuhnya yakin.

***

Hari sudah pagi ketika Sabella bangun dari tidurnya. Perasaan tenang pertama kali menyadari bahwa tidak terjadi apa-apa semalam seperti yang sudah dijanjikan Decan.

Ia tentu tidur terpisah dengan Decan seperti terakhir kali. Tapi bedanya ia tidur di kamar Decan dan Decan tidur di ruang tamu.

Sabella turun dari tempat tidur lalu berjalan ke arah jendela untuk menyibakkan gorden. Pemandangan dari kamar Decan lumayan menenangkan, hamparan rumput dan gubuk kecil di ujung. Sabella suka suasananya.

Sabella beralih pada kopernya di ujung kamar. Koper yang lumayan besar, Sabella membukanya, hanya pakaian yang berada disana. Beberapa kosmetik dan ponselnya. Sabella meraih ponselnya, wallpapernya masih sama, foto pernikahannya dengan Adam. Sabella menatapnya pilu, saat itu ia yakin ia benar-benar mencintai Adam, tapi sekarang masih kan perasaannya kepada Adam disebut cinta ?

Sabella membuka ponselnya lalu mengubah wallpapernya dengan wallpaper basic dengan gambar setengah planet berwarna dominan ungu.

The Last Psycho's SlaveWhere stories live. Discover now