28. The Slave : the beginning of our.

5.2K 247 20
                                    

Sabella melihat keluar jendela kaca yang di lapisi oleh tralis dengan desain bunga-bunga kecil. Sudah jelas, walaupun ia dapat melihat keluar jendela ia masih saja tak bisa untuk melarikan diri karna tralis yang dipasang sangat-sangat menghalangi jendela.

Sabella kehabisan akal tentang dimana ia sekarang, tapi yang jelas ia jauh dari kota karna udara disini lumayan dingin walaupun saat siang hari.

Ia merindukan Decan walaupun ia tak yakin Decan masih hidup karna kebakaran yang dibuat oleh anak buah Adam. Kadang ia menangis mengingat bagaimana api dengan cepat melahap rumah di ladang jagung itu ketika Decan masih ada di dalam dengan keadaan sekarat.

Walaupun begitu ia masih sangat-sangat berharap Decan selamat walaupun mereka tak bisa bersama lagi.

Kala Sabella melamun, pintu terdengar terbuka. Suara perpaduan sepatu pantofel dan lantai menyadarkan Sabella dari lamunannya. Tak lama, tangan kokoh memeluknya dari belakang.

"sabella..." panggilnya di samping telinga Sabella.

Sabella tak mengubris, ia kembali menatap kosong luar jendela.

"kamu belum makan, nanti kamu sakit." Ucap seseorang yang memeluk Sabella.

Sabella tak peduli, ia lalu melepaskan diri dari Adam yang tadi memeluknya. "ya bagus kalau aku sakit, biar mati sekalian." Balasnya sakarstik.

Adam menghembuskan nafas berat. "kalau kamu mati, kamu bikin masalah lagi buat aku." Adam menatap Sabella dingin.

"jahat kamu mas," ucap Sabella dengan mata yang berkaca-kaca.

Adam terkekeh, "kamu yang bikin aku begini."

Setelah perdebatan kecil itu, Adam keluar dan membanting pintu sangat keras. Sabella menitikkan air mata, tak percaya jika laki-laki yang sangat ia cintai dulu berubah menjadi laki-laki yang sangat ia benci sekarang.

Ia tak menyangka akhirnya akan begini, penuh kebencian dan penyesalan. Tapi bukannya harusnya memang begini, karma baginya karna jadi orang ketiga dalam hubungan rumah tangga Adam.

Sabella memukul dadanya, rasanya sangat sakit mengingat masa-masa indah saat ia bersama Adam dulu, saat akhirnya mereka bertemu kembali, waktu pertama mereka bercinta, menikah, sampai akhirnya menjalani rumah tangga layaknya pasangan muda harmonis.

Tapi nyatanya, saat waktu kian berjalan, mereka mulai terpecah belah dan menyakiti satu sama lain.

Ah tidak, Adam yang melanjutkan permainan dengan menyakiti Sabella.

***

Adam membuang nafas gusar, ia menghempaskan tubuhnya pada sofa kulit di tengah-tengah ruang keluarga. Setelah menemui Sabella tadi Adam memutuskan untuk pulang kerumah, perlakuan Sabella padanya tadi sangat membuatnya kesal. Sabella masih saja membangkang walaupun kekasihnya sudah hilang tak berbekas.

Tak lama ia duduk, seorang wanita berhijab menghampirinya. Ia meletakkan secangkir teh di meja.

Wanita itu duduk di samping Adam kemudian mengenggam tangan kanan Adam dengan kedua telapak tangannya, Adam heran dengan perlakuan tak biasa dari istrinya ini, ia melirik istrinya itu dengan kening yang berkerut, "kenapa ?" tanyanya.

Wanita itu tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, ia mencium punggung tangan Adam lalu menarik nafas panjang, "aku sudah tau semuanya."

Adam mengangkat kedua alisnya, "apa ?"

"Sabella Xaviera binti Unio Xavire."

Adam terkekeh, "tau apa kamu so— "

"mas... Kathreena operasi pengangkatan Rahim karna terlalu sering melakukan aborsi."

The Last Psycho's SlaveOnde histórias criam vida. Descubra agora