13. The King : his slave's ironic story.

10K 376 10
                                    

Comment for next part
Vote for next part

***

Decan berjalan dengan tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit. Ia baru saja di telfon oleh Aleesha yang mengatakan neneknya baru saja di bawa kerumah sakit karna pingsan. Decan cemas bukan main, ia langsung meninggalkan pekerjaannya dan ngebut menuju rumah sakit.

Decan menghampiri meja resepsionis. Bertanya dimana neneknya di rawat dan langsung menuju kamar neneknya. Disana ada Aleesha dengan mata yang sembab, ia memeluk Decan begitu Decan masuk. Decan mengelus punggung Aleesha lalu mencium puncak kepalanya.

"Abang... nenek— hiks"

Decan mengelus rambut Aleesha, menenangkan gadis itu.

Tak lama pintu terbuka, seorang dokter dan perawat masuk. Decan menghampiri mereka, bertanya bagaimana kondisi neneknya.

"Pingsannya ibu Danielle sebenarnya disebabkan oleh tekanan darahnya yang sangat tinggi. Tapi untuk sekarang kondisi ibu Danielle sudah membaik. Jadi kita biarkan dulu beliau beristirahat."

Decan mengangguk. Lalu menyuruh Aleesha untuk istirahat karna ia baru saja pulang sekolah. Ia juga merebahkan dirinya di samping Aleesha sambil memperhatikan neneknya.

Ia sangat khawatir. Begitulah perasaan Decan sekarang. Hanya nenek dan Aleesha yang ia punya. Mereka sudah seperti belahan hatinya, ia tidak bisa hidup tanpa salah satunya.

Ia melirik Aleesha sekilas, ia masih segukan. Matanya kembang dan ia masih memakai seragam sekolah.

Decan menarik Aleesha kembali kepelukannya. Ia juga dapat merasakan ketakutan dari hati Aleesha. Walaupun Aleesha adik angkatnya sekalipun tapi ia sangat-sangat mecintai Aleesha sebagaimana ia menecintai neneknya.

"Nenek pasti bakalan baik-baik aja. Doain aja yang terbaik buat nenek."

Decan dapat merasakan Aleesha mengangguk di dadanya.

"Abang harus ngurus adsministrasi rumah sakit dan ambil keperluan nenek dirumah. Kamu bisa jaga nenek kan ?"

Aleesha mengangguk lalu melepas pelukannya pada Decan.

"Nanti abang bawain baju ganti buat kamu juga."

Decan berdiri, lalu berlalu menuju ranjang neneknya. "Nenek Decan pergi sebentar ya..." ucapnya sambil mengganggam tangan neneknya.

Tidak ada jawaban tentu saja, neneknya masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Decan lalu menghela nafas dan keluar ruangan. Decan mengurus adsministrasi dahulu sebelum ia menuju basement tempat ia memarkir mobilnya dan melaju menuju rumahnya dan neneknya.

Sesampainya di rumahnya, ia menelfon Poppy mengabarkan bahwa kemungkinan besok ia tidak dapat masuk kantor karna Aleesha masih harus sekolah dan ia yang akan menjaga neneknya. Poppy mengiyakan, ia juga bilang bahwa ia akan menjenguk nenek Decan besok malam setelah pulang kantor.

Decan lalu membersihkan tubuhnya, membawa beberapa baju dan keperluannya. Lalu kembali melaju menuju rumah neneknya.

Ia menghidupkan lampu rumah nenek, mengambil beberapa keperluan nenek dan Aleesha lalu kembali pergi dengan mobilnya.

Jarak jauh antara rumah sakit, rumah Decan, rumah Neneknya membuat ia harus berjam-jam di jalan. Hingga langit sudah menggelap.

Decan melirik sekilas jam. Sudah hampir jam tujuh malam. Yang ia harapkan setelah ia sampai ke rumah sakit ialah : menemukan neneknya dengan senyum merekah menyambutnya.

***

Decan mengeluarkan tas besar dan sekantong makanan dari bagasi mobil begitu sampai di parkiran rumah sakit.

The Last Psycho's SlaveWhere stories live. Discover now