📒 08 ✏ Kehebohan Hafizh ✏

Mulai dari awal
                                    

"Apa?!!!! Minta nomer HP Fatia?"

"Iya," jawab Indah tergagap saking terkejutnya.

"Dan Fatia memberikannya?"

"Ya jelaslah Bang. Kan ada Bunda juga waktu itu masa iya Fatia tidak memberikan nomor HPnya. Memang kenapa sih?" tanya Indah yang makin tidak mengerti dengan sikap Hafizh yang kembali meledak-ledak.

"Fatia dimana sekarang?" mengabaikan pertanyaan Indah, Hafizh justru memilih menanyakan keberadaan Fatia.

"Tadi sih keluar, nggak tahu kemana. Atau jangan-jangan sama Mas Aftab kemarin ya, soalnya tadi pagi aku sempat lihat kemari sambil bawa goddiebag. Mungkin untuk Fatia," kata Indah lagi.

"Aftab? Siapakah itu?"

"Ya putra sahabatnya Bunda itu Bang, hensem dia orangnya. Tegap seperti ayahnya," kata Indah.

"Alah paling juga masih gantengan aku kemana-mana." Hafizh berkata dengan arogannya. Dia yang tadi sudah membara kini semakin meletup mendengar cerita Indah. Fatia sudah berani beraninya keluar dengan laki-laki lain selain dirinya.

'Aduh Hafizh, eling!!! emang kamu siapanya Fatia?' monolog hati kecilnya membuatnya tersadar dan segera menarik nafas untuk beristighfar dan menahan amarah yang ada di dalam dadanya.

"Iya gantengan Bang Hafizh banyakan Mas Aftab." Indah tertawa lebar kemudian melanjutkan bicaranya. "Abang kan ibaratnya tuh si Zayn Malik KaWe, nah tuh cowok mirip-mirip Austin Mahone. Keren kan? Gantengan mana coba? Don't the water grow the trees, don't the moon pull the tide, don't the stars light the sky, like you need to light my life, if you need me anytime_____," otomatis bibir Indah langsung menyanyikan lagu yang pernah populer dibawakan oleh Austin Mahone, all I ever need.

Indah memang tidak tahu bagaimana membaranya hati Hafizh saat ini.

"Katanya nggak kangen sama Fatia Bang? Kok jadi gitu mukanya saat tahu Fatia jalan sama Mas Aftab?" Indah kembali melanjutkan lagunya Austin Mahone.

Hafizh terdiam tapi dengan langkah seribu segera meninggalkan Indah yang sedang fokus dengan lagunya. Pikirannya yang sudah rumit kini bertambah rumit dengan cerita Indah.

Sejauh itukah Fatia dekat dengan lelaki yang disebut Indah dengan nama Aftab itu.

Ini baru 10 hari Hafizh tinggal ke Jakarta, belum nanti jika dia harus ke luar negeri untuk negosiasi bisnis. Apa kabar dengan hatinya?

Hafizh segera melesatkan diri ke konveksinya. Ada hal penting yang harus dia pastikan selain masalah hatinya dengan Fatia. Pesanan dari Saudi harus secepatnya bisa terhandle dengan baik. Supaya tidak terjadi perpanjangan waktu untuk pengiriman karena tentunya akan memperburuk citra usahanya di mata kolega bisnisnya.

Tiba di konveksi, Hafizh segera mengontrol bagian bahan baku dan pemotongan.

"Sudah kelar semua Bang untuk pemotongan, tinggal di penjahitan dan finishing." Hafizh cukup puas dengan kinerja karyawannya.

Dalam waktu yang cukup singkat step awal telah dilakukan oleh semuanya. Beberapa karyawan di pemotongan kini justru diperbantukan untuk membantu proses finishing. Mulai dari pemasangan kancing, setrika sampai dengan pengepakan barang.

Memang sudah seperti itu, layaknya teamwork yang solid. Hafizh mengajarkan untuk bahu membahu, meski bukan jobdesk pekerjaannya jika memang yang lain membutuhkan tenaga harus saling membantu.

Memeriksa hasil jahitan kemudian memastikan bahwa tidak ada cacat produksi dalam pengerjaan. Secara random Hafizh membuka kemudian meneliti dan mengembalikan lagi seperti sebelumnya, setelah dia memastikan memang tidak satupun ada cacat pada barang yang akan dia kirim nantinya.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang