B A T A S || 12

1.4K 204 4
                                    


     AVE menatap dua lembar tiket di hadapannya dengan nelangsa. Dia tidak tahu harus senang atau kesal mendapat tiket itu dari Aga. Aga tahu benar titik kelemahan Ave; Disney. Ave menyukai Disney Princess dan karakter-karakter Disney lainnya seperti Mickey Mouse, Pooh, Donald Duck, dan kawan-kawannya. Setelah Aga mengajaknya makan di luar, Aga memberikan dua lembar tiket Disney on Ice Fantasy yang diselenggarakan di Jakarta. 

     Tiket yang diberikan Aga merupakan tiket di kategori termahal dengan seat yang super strategis. Ave ingat betapa frustasinya dia ketika gagal mendapatkan tiket di kategori tersebut karena sudah sold out diburu penggemar lain, padahal dia sudah nabung mati-matian. Jangan lupa bonus foto bareng Mickey Mouse yang membuat Ave ingin menangis bahagia.

     Aga mengetahui binar bahagia dari bola mata Ave, dia mengaduk minumannya perlahan, senyuman tipis tercetak di wajahnya, "Gue tahu lo suka banget sama Disney. Anggap aja itu permintaan maaf gue gara-gara lupa jemput lo."

     "Oh," Ave berusaha mengontrol ekspresi wajahnya sedatar mungkin, "thanks. Tapi gue nggak tahu Kak Dio bisa nonton hari itu atau nggak." Ave memperhatikan tanggal yang tertera di tiket. Di dalam hati dia berdoa agar kakaknya bisa menonton bersamanya. Meski Dio tidak suka Disney, Ave akan tetap menyeretnya pergi.

     "Ya lo pergi sama gue lah," ujar Aga cepat.

     Ave memutar bola matanya. "Nanti lo nggak bisa lagi," sindirnya halus.

     "Gue bakal sempatin waktu buat lo. Kita ketemuan di venue. Kalau dalam 30 menit gue nggak datang, lo boleh robek tiket satunya."

     "Ih, malah jadi mubazir dong! Mending gue pergi sama teman gue yang lain aja sekalian dari awal," protes Ave.

     Aga tampak berpikir sejenak lalu berkata, "Oke kalau dalam 30 menit sebelum show  gue nggak ngabarin lo, lo boleh ajak teman lo yang lain."

     "No, kita ubah. Gue nggak akan ingetin lo soal show ini jadi kalau lo nggak nelpon atau ngabarin gue, gue anggap lo nggak datang dan gue berhak pergi sama yang lain. Deal?"

     Aga mengangkat bahunya pasrah mendengar keputusan Ave yang tidak mau diganggu gugat. "Deal."

     Ave mengerjapkan matanya, menarik dirinya dari ingatan beberapa minggu yang lalu dan menyimpan tiket ke dalam dompetnya, lalu memasukkan dompetnya ke dalam tas. Hari ini adalah pelajaran untuk mata kuliah Utilitas Bangunan, salah satu mata pelajaran yang Ave tidak terlalu suka. Ave menyingkirkan tasnya dari tempat duduk di sampingnya ketika melihat kehadiran Abel yang setengah berlari menemuinya.

     "Belum telat 'kan gue?" Abel bertanya dengan napas terengah-engah.

     "Belum kok. Bersyukur lo Pak Danung telat hari ini."

     Abel menepuk-nepuk dadanya, lalu mengambil air mineral dari dalam tas. "Lo benar, gue hoki banget," ujar Abel bangga seiring dengan bunyi decitan pintu, tampak Pak Hanung datang dengan tas jinjing kulit kesayangannya. Dosen mereka yang satu ini terkenal sangat galak dan tidak menoleransi mahasiswa yang datangnya terlambat diatas 5 menit setelah dia menginjakkan kaki di dalam kelas.

     "By the way, lo ada ngomong apaan sama Aga? Gue dengar-dengar Aga jadi dekat sama Alyssa."

     Ave membuka bindernya. "Nggak ngomong apa-apa. Gue cuma minta dia nggak main-main saja sama Alyssa."

     Abel melirik Ave dari ujung matanya, dia mendesah pelan, "Gue tahu Aga orang yang kayak apa dan Alyssa out of league Aga banget. Bahkan Sergio saja kaget Aga ngajak Alyssa jalan hari ini."

BatasWhere stories live. Discover now