B A T A S || 11

1.5K 225 7
                                    


     SEJUJURNYA Ave masih belum siap bertemu Aga dan Alyssa namun hari ini dia tidak bisa menghindar dari Alyssa yang sudah menunggunya di dalam kelas. Ave mendesah pelan, dia hendak memutar tubuhnya, keluar dan bolos kelas namun Abel mencegahnya.

     "Ve, Aly kesini buat ngomong sama lo." Abel memberikan tatapan memohonnya.

     "Buat apa? Kalau memang dia niatnya sembunyiin, sembunyiin saja sampai mati sekalian." Ave tidak bermaksud menggunakan nada tinggi, namun dia tidak bisa menahan kekesalannya dan Abel menyadari itu.

     "I know Aly salah sama lo tapi coba dengerin alasan Aly dulu. Gue yakin kalian punya pendapat berbeda yang menurut kalian demi kebaikan satu sama lain. Gue tahu lo sayang sama Aly, Aly juga sayang sama lo. Please jangan berantem gini, ya?"

     "Bel, gue yakin lo tahu gue orang yang kayak apa. I'm not ready for now."

     "Kalau nggak sekarang, kapan lagi?" Abel masih mencengkram tangan Ave. Menahan cewek itu untuk tetap berdiri di tempatnya. "Jangan kebiasaan menunda menyelesaikan masalah, Ve. Kalian harus saling meluruskan sudut pandang kalian tentang masalah ini."

     Abel selalu mampu membuat Ave kehabisan kata-kata. Dia kerap kesal dengan sifat Abel yang satu itu. Kadang Abel bisa jadi jauh lebih keras kepala dibanding dirinya. "Fine." Ave menarik tangannya dari cengkraman Abel dengan kasar lalu duduk di bangku yang berada di koridor.

     Melalui lirikan matanya, Ave tahu Abel mengintruksikan Alyssa untuk keluar. Alyssa berdiri tidak jauh dari Ave, masih terdiam tanpa berani bersuara. Ave menghela napas panjang, lagi-lagi harus dia yang memulai, "Kalau lo nggak mau ngomong, gue mau masuk kelas."

     "Sorry Ve." Dua patah kata yang meluncur dari mulut Alyssa tidak memadamkan emosi Ave.

     "Lo tahu kesalahan lo dimana?" balas Ave tajam. "Jangan minta maaf kalau lo nggak tahu kesalahan lo apa."

     "Gue minta maaf karena bohongin lo, tapi gue nggak ngerti memangnya salah kalau gue tidur sama Aga?"

     Bola mata Ave hampir melompat keluar dari tempatnya. Bagaimana bisa Alyssa bicara seperti itu dengan entengnya?

     "Aly, dia itu penjahat kelamin! Lo mau diri lo dirusak sama dia? Are you crazy? You deserves a better man! Makanya gue jauhin kalian semua dari jangkauan Aga. Gue nggak mau teman gue dirusak sama sahabat brengsek gue."

     "Ve, gue sudah suka sama Aga dari lama." Napas Ave tercekat mendengar pengakuan dari Aly. "Dan dia bukan penjahat kelamin, gue dengan sukarela mau tidur sama dia. Meski cuma satu malam, it means a lot for me."

     "Tapi... Rumor di luar sana..."

     "I know ada beberapa orang yang lihat gue masuk ke apartemen Aga dan gue nggak bisa menghentikan rumor itu beredar. Satu-satunya hal yang bisa gue lakuin ya nutup telinga gue sendiri. Toh rumor itu nggak sepenuhnya salah, memang Aga yang pertama buat gue." Alyssa mengakhiri perkataannya dengan senyuman tipis.

     Ave melongo tidak percaya. Apa saat ini Alyssa di hadapannya ini masih Alyssa temannya dari semester 1 yang super tertutup dan pemalu? Kenapa Alyssa bisa berbicara sesantai itu? "Aly... Otak lo udah rusak ya? Lo bisa-bisanya ngomong kayak gini? Lo nggak takut sama apa pikiran orang di luar sana? Lo nggak takut kalau orang-orang bakal bahas ini seumur hidup lo?"

     "Tapi itu memang benar Ve, dan juga kalau kita terus menerus ngikutin standar orang lain dan takut jadi objek pembicaraan mereka, gimana caranya kita bisa menikmati hidup kita?" Alyssa memberanikan diri menyentuh tangan Ave. Ave hendak menarik tangannya namun Alyssa meremasnya kuat. "Gue tahu maksud lo baik. I appreciate that. But I really like Aga. Kita sama-sama mau. Dan meski saat itu Aga dan gue setengah mabuk, gue sadar 100% akan pilihan gue. Gue harap lo nggak judge pilihan gue. Gue memang mau Aga jadi cowok pertama yang ngelakuin hal itu."

BatasWhere stories live. Discover now