Chapter Satu •💬• Isyifa Rahadia

761 43 2
                                    

Berubah
_____________
' jika seseorang telah berubah. Jangan diungkit lagi masalah nya karena kita tidak tau betapa susahnya dia untuk bangkit dari masalalunya'
_____________

Isyifa atau yang lebih dikenal dengan Tesya. Berdiri sambil membolak-balik balikan buku yang dan ditanganya. Dia membaca setiap kata kata yang ada disana. Dia terdiam memikirkan apakah dia akan memilih menjadi mualaf atau dia akan tetap mempertahankan Agama nenek moyang nya. Dia merasa sangat bimbang sekarang. Hatinya menginginkan dia menjadi mualaf tetapi otak nya terus memikirkan bagaimana pendapat keluarganya. Hingga dia dengan tekad yang sangat kuat. Memilih antara keduanya.

Satu bulan kemudian. Tesya mendatangi sebuah masjid dan menatap nanar mesjid itu. Dia menghela nafas dengan senyum merekah yang keluar dari bibirnya. Dia berjalan masuk kedalam dan mendapati beberapa orang disana. Dia sudah berjanji akan datang hari ini tepat setelah shalat Dzuhur dan dsini lah dia. Disebuah masjid besar yang ada di kota Jakarta.

Dia memasuki masjid itu dan berjalan kearah beberapa orang. Hingga orang orang itu menyadari kedatangan Tesya. Mereka dengan baik hati menyuruh Tesya untuk duduk didepan mereka. Disana tidak hanya laki laki ada juga para perempuan. Dia tersenyum begitu juga dengan orang orang itu.

"Bagaimana Tesya?" senyum merekah yang dia punya. Semuanya ikut tersenyum begitu juga dengan tesya.

"Saya sudah memikirkan ini matang matang pak ustadz. Dan saya udah memilih. Saya akan menjadi mualaf dan meninggalkan agama nenek moyang saya. Mudah mudahan setelah saya menjadi mualaf semua beban dan rasa risau saya terobati"

"Aamiin" semuanya menatap wajah tesya yang sekarang sedang menatap mereka.

"Baiklah. Sekarang ikuti apa yang saya ucapkan" Tesya mengangguk Menyetujuinya. Hingga pak ustadz pun mulai mengucapkan kalimat syahadat. Tesya mengikutinya. Hingga beberapa kalimat lainya.

Tesya mengucapkan semuanya dengan lancar hingga semuanya tersenyum.

"Alhamdulillah. Sekarang Tesya sudah menjadi mualaf. Mudah mudahan jadinya nona Tesya mualaf ini. Bisa membuat keluarga nona Tesya menjadi mualaf juga. Aamiin"

"Aamiin. Makasih ya pak ustadz dan bapak bapak ibu ibu. Makasih sudah membantu saya menjadi mualaf. Semoga kedepan kedepanya saya bisa belajar lagi dan lagi"

"Aaminn"

_______

Setelah kejadian kemarin yang membuat dia menjadi mualaf. Tesya Mencoba menghindar dari keluarganya setiap mereka ingin mengajak Tesya ke gereja. Dia sellau beralasan sibuk hingga keluarganya merasa sangat heran. Tidak biasanya Tesya melewatkan Untuk prgi ke gereja tetapi sudah dua Minggu ini Tesya malah beralasan sakit.

"Tesya" suara orang yang memanggil namanya membuat dia menoleh kearah suara. Disana terdapat Ibunya yang sedang menatapnya dengan heran.

"Iya mi. Ada apa?" Tanya Tesya penasaran.

"Mami heran sama kamu. Bukanya kamu setiap pergi ke gereja tidak pernah melewatkan ya? Tapi kenapa sekarang. Sepertinya kamu memang mencoba menghindar. Ada apa sebenarnya Tesya"ucapnya ibunya membuat Tesya kelimpungan. Tidak tau mau menjawab apa. Takut dia salah menjawab dan berakhir dengan keluarganya mengetahui semuanya. Dia takut keluarganya tidak menyetujui semua yang dia pilih. Ya Tuhan aku mohon tolong bantu aku.

Matanya menatap mata biru yang sama didepanya. Dia sangat mencintai ibunya itu. Apakah dia salah Menghianati keluarga nya? Tapi. Tidak!! Dia tidak salah. Ini yang terbaik. Menjadi seorang mualaf dengan keluarga yang menganut agama berbeda. Bagaimana kalau keluarganya mengetahui semuanya? Dia takut.

"Tesya. Kamu bicara sama mami. Apa yang kamu sembunyikan. Kamu tau kan mami gk suka dikhianati"ucap ibunya dengan tatapan intimidasi nya.

"Tesya gk sembunyikan sesuatu kok mi. Aku memang lagi sibuk banget akhir akhir ini. Mami jangan tatap Tesya kaya gitu dong. Tesya jadi takut"Ucap Tesya bohong. Mencoba membohonginya ibunya itu. Yaallah tolong maafkan aku. Karena berbohong

"Kamu gk bohong kan Tesya?"

"Gk mi. Tesya gk bohong"ucapnya dengan suara kecil. Ibu dari Tesya tersenyum dan memeluk pindah Tesya dari samping.

"Mami percaya sama kamu. Jangan pernah kamu khianatin mami. Karena mami tidak akan pernah memaafkan kamu Tesya. Ingat ucapan mami"ucapnya dan langsung berlalu dari tempat dimana dia berbicara dengan Tesya. Meninggalkan Putri semata wayang itu yang sedang mengatung dibelakang.

"Hufh. Ya allah tolong maafkan Tesya. Jauhkanlah Tesya dari kebohongan selanjutnya. Aamiin"Ucapnya dengan suara biasa dan langsung meninggalkan tempat itu.

Tidak jauh darinya seorang gadis yang berumur sama dengan Tesya berdiri dengan perasaan heran. Keningnya mengkerut mencoba mengingat apa yang diucapkan oleh tesya. Dia tersenyum miring.

"Sepertinya ada yang berkhianat. Uhhhhh gk sabar"ucapnya dan setelah itu pergi dari tempat itu dengan senyuman lebar miliknya.

~0O0~

ISYIFA RAHADIAWhere stories live. Discover now