"Apa! jadi Lo mau nikah sama bokap gitu maksudnya hah?! Bangsat sih Lo! Mau jadi ibu tiri macam apaan hmh?!" tanya Ale seakan menantangnya, walau sepenuhnya ia juga mulai emosi, Alyra pun sedikit berjangkit kaget dan menatap takut saat bentakan Ale disertai dengan pukulan keras dari tangannya pada tembok diruang itu. Ale juga tidak akan mungkin menyakiti cewek merah itu atau nyawanya akan ditukar langsung oleh sang ayah nantinya jika berani membuat Alyra sampai menangis darah. Tapi sebenarnya Ale sudah tidak perduli dengan ancaman sialan itu. Ia bisa saja melanggar peringatan keras dari ayahnya kalau Ale mau melakukannya sesuatu yang lebih pada Alyra. Ale hanya butuh lebih bersabar lagi jangan gegabah.

Alyra menghela napas lelahnya sebentar, sambil memutar jengah matanya. Dia sudah terbiasa menghadapi sikap Ale yang kadang sering keterlaluan.  "Ya gitulah, terserah Lo aja maunya gimana emang baiknya hmm?" Alyra malah tersenyum kecil menatap Ale sedikit lucu. Menanggapi cowok itu dengan leluconnya yang sedikit disengaja, untuk membuat Ale agar lebih kesal padanya.

"Pilih muda atau tua?! Saran gue sih lebih baik pas disaat Lo udah tua aja! Biar setara muka penyek Lo itu, sama umur bokap gue!!" dengus Ale sinis dengan nada sarkasme. Alyra niatnya hendak bercanda saja, tapi pada dasarnya saja Ale memang terlalu serius membawa arah pembicaraan mereka yang selalu saja berujung terjadi pertengkaran dalam masalah sebesar apapun itu.

Alyra menghembuskan nafasnya kasar sambil melemparkan bantal ke arah Ale yang berhasil ditangkap cepat oleh tangan cowok itu. "Mulut Lo dijaga tuh! Sembarangan aja! Tapi... dulu sih gue emang pernah berencana mau jadi ibu tiri buat lo, tapi gak jadi deh karena gue masih kecil entar yang Papi Lo gak puas lagi,," Jeda Alyra sebentar, sembari menggaruk tengkuknya seolah-olah membenarkan dugaan ucapan Ale itu tadi, lalu kemudian tertawa sumbang mengudara.

Ale meremas bantal itu dengan cukup kuat melampiaskan amarahnya, dengan tatapan penuh tajam, seakan ia ingin sekali menutupi wajah menyebalkan dari cewek itu agar berhenti berbicara omong kosong didepannya sekalian Ale ingin sekali melayangkan nyawa hidup Alyra dibalik bantal yang berada ditangannya itu sekarang.

"Kalau emang dasarnya keturunan jalang sudah jelas akan tetap sama gak ada bedanya! Gak ada perubahan yang lebih baik kecuali hidup terlahir dengan nista! Selalu hina dan memalukan!!" decih Ale membuang bantal itu kembali ke arah Alyra dengan kasar tepat mengenai kepalanya yang terdorong kebelakang memaksanya untuk terbaring kembali karena ulah cowok itu.

Alyra sibuk merutuki tingkah Ale barusan, ia tidak tersinggung sedikit pun, walau ia tadi sempat terdiam sejenak sampai ia pun ikutan jadi marah.

"Gak semua orang yang lo sebut itu jahat. Dia masih punya hati. Cuma caranya aja yang terlihat disalah dimata lo mungkin, yang gak bisa ngerti setiap kebaikannya dibalik dari itu semua. Gue yakin Lo pasti akan nyesel banget suatu saat karena udah sejauh itu berprasangka buruk, tanpa tau akan kebenarannya." ucap Alyra cukup tenang ditempatnya memandang cowok itu yang tidak jauh darinya berdiri.

"Kebohongan apalagi yang lo sembunyikan? Satu kesalahan gak akan cukup buat selesaikan masalah yang dulu! Gara-gara nyokap Lo, Mama gue tega pergi ninggalin gue!!" tunjuk Ale penuh murka, ia hampir lepas kendali untuk menampar muka cewek itu. Tapi Ale juga tidak akan sudi tangannya harus kotor begitu saja jika bersentuhan.

"Stop! Lo gak bisa salahkan orang tua gue satu-satunya! Gue lebih suka Lo ngejelekin gue daripada Lo harus ungkit bunda gue yang udah tiada!!" Alyra menatap lebih tajam sama hal dengannya lelaki itu. "atau mungkin gue yang akan lebih nyesal lagi karena udah terlalu baik sama Lo!!" ucapnya kemudian, sambil Alyra memalingkan muka enggan untuk melihat Ale lebih lama lagi. Jujur Alyra hampir saja menangis dengan mata yang berkaca-kaca saat hatinya juga ikut teriris setiap jika perkataan Ale selalu saja menunduh keburukan bundanya.

Mylovelly Donde viven las historias. Descúbrelo ahora