8. Satu Kelas Masuk BK

Start from the beginning
                                    

"Mau bagaimana pun juga. Kita harus menghargai jasa jasa para pahlawan yang telah rela, berjuang mati Matian untuk membela negara kita, melindungi, bahkan memerdekakan negara kita ini. Indonesia. Dengan cara upacara, seenggaknya kita menghargai para pahlawan." kali ini, Zahwa yang angkat bicara. Kali ini ia menjadi pusat perhatian seisi kelas. Hening. Dan hanya mendengar kan apa yang Zahwa ucapkan.

"Inget loh! Dulu, bendera merah putih aja susah banget buat dikibarkan. Sekarang mah gampang! Tapi kenapa kita malah males banget buat ngelakuinnya aja. Cuma satu kali dalam seminggu, dan dilaksanainnya tidak butuh waktu yang lama. Nggak sampe seharian."

Hening lagi. Hanya fokus ke Zahwa.

"Udah, mendingan kita ke lapangan aja yuk. Daripada nanti diomelin. Wa udah penjelasan nya udah. Makasih," ajak Najwa seraya berdiri keluar kelas menuju lapangan. Sebelum itu, ia membuka terlebih dahulu pintu kelasnya yang dikunci.

Semua murid kelas 7A1 segera melangkahkan kakinya menuju lapangan. Raut wajah mereka berbeda beda. Ada yang takut karena telat datang ke lapangan. Ada yang biasa aja. Ada juga yang sedikit kesal karena jadi upacara.

Sesampainya di lapangan. Seketika semua langsung terfokuskan ketika segerombolan murid kelas 7A1 menuju ke lapangan dan masuk barisan.

Dan, akhirnya. Mereka mengikuti upacara bendera.

***

Jam telah menunjukkan pukul 07:15. Jika dihitung dari bel berbunyi, sudah 45 menit murid murid berdiri ditengah lapangan ini. Panas, sudah pasti. Pegel, apalagi. Salah satu cara untuk terbebas dari kesengsaraan ini adalah dengan cara pergi ke UKS. Yaps! Pura pura sakit.

"Lama banget anjir!" seru Robbi sudah mulai merasa capek. Karena sedari tadi, guru yang berada didepan tidak habis habisnya berbicara.

Dikira nggak capek apa? Kesal Robbi dalam hati.

Zidan yang disebelah nya pun sama dengan Robbi. Capek, pegal, dan yang pasti berkeringat! Itu udah pasti. Dan ia tidak bisa berlama-lama kalau begini kejadiannya. Salah satunya cara untuk membebaskan diri dari kesengsaraan ini adalah... Yaa! Berpura pura sakit.

Zidan jongkok, menunjukkan aksi nya sebagai orang sakit. Seraya memegangi kepalanya dengan kedua telapak tangannya. Kepalanya yang menunduk membuat Petugas PMR yang melihat itu langsung menghampiri Zidan.

Awalnya, Robbi sempat bingung. Tapi, setelah ia melihat saat petugas PMR menghampiri Zidan, dan Zidan tertawa. Ia jadi bisa menyimpulkan nya sendiri, bahwa Zidan hanya berpura pura.

"Kenapa?" tanya siswa petugas PMR itu.

"Pusing kak. Pegel. Haus juga. Tapi pusing ko," sahut Zidan. Robbi yang disebelahnya berusaha untuk menahan tawa.

"Oh. Mau ke UKS? Biar bisa istirahat sebentar," tawar petugas PMR itu lagi.

"Boleh banget ka!" sahut nya semangat. Kening petugas PMR itu mengkerut, sempat heran kenapa Zidan setelah mendengar kata 'UKS' langsung bersemangat.

"Eh? Aduh, pusing ka. Aduh nggak kuat," keluh Zidan lagi.

"Yaudah Ayuk, berdiri." perintah petugas PMR. Ia membantu Zidan untuk berdiri. Menyampirkan sebelah tangan Zidan ke pundaknya. "Masih kuat untuk jalan 'kan?" tanyanya lagi.

"Aduh. Masih kak. Masih. Ya udah Ayuk kak ke UKS. Udah nggak kuat," keluh Zidan lagi. Dasar tipu!

Petugas PMR itu membawa Zidan menuju keruang UKS. Sebelumnya, Zidan sempat menaikkan satu alisnya kearah Robbi. Menunjukkan kalau ia bisa bebas dari kesengsaraan upacara hari ini.

Robbi hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Zidan yang sungguh sangat luar biasa.

10 menit sudah berjalan. Dan guru yang didepan sudah menyelesaikan pidato panjangnya. Semua murid menghela nafas lega, sebagian ada juga yang jongkok demi meringankan rasa pegalnya. Meregangkan otot-otot karena lama sekali berdiri. Ditambah lagi sinar matahari yang sangat cerah dan menusuk kulit untuk hari ini.

"Untuk seluruh murid. Dipersilahkan untuk langsung menuju ke kelasnya masing-masing. Nggak ada lagi yang pergi ke kantin atau sekedar jajan jajan saja. Langsung masuk ke kelas. Dan untuk kelas 7A1 dimohon jangan masuk kedalam kelas terlebih dahulu. Tunggu disini, karena ingin membicarakan sesuatu." ucapan guru yang menggunakan mic itu membuat seluruh murid kelas 7A1 merasa bingung, dan pastinya juga takut. Karena pasti ada hubungannya dengan kita yang telat bergabung ke lapangan.

Sebagian murid dari kelas lain juga bingung. Udeh nggak usah tau ye kan, Lo nggak bakal ada di dalam nih cerita. Wk

"Kalian semua, ikut bapak keruang BK," perintah Pak Sarkum kepada semua murid didepannya.

"Lah, emangnya muat pak?" tanya Robbi aneh.

Sumpah bi, ga tepat banget waktunya buat bercanda.!

"Udah cepat,"

"Panggil Zidan ya pak?" ijin Surya.

"Dimana dia?"

"UKS pak."

"Panggil,"

Surya segera mungkin meluncur menuju ke UKS. Tempat dimana Zidan ada disana. Karena tadi ia sempat lihat Zidan dibawa ke UKS.

Pak Sarkum sudah jalan duluan. Kelas 7A1 dilema, diantara mau mengikuti atau berdiam diri saja dilapangan.

Diem doang di lapangan ngapain coba?

"Kenapa diem? Ikut saya!" tegasnya sekali lagi.

Pak Sarkum jalan lebih cepat. Diikuti semua murid kelas 7A1 dibelakangnya.

Mereka telah sampai di ruang BK. Tak lama setelah itu, Surya dan juga Zidan datang. Membuat pak Sarkum sudah bersiap siap untuk angkat bicara.

Satu kelas masuk BK.

"Saya kayaknya sudah sangat bosan ya, sama kelakuan kalian." ucapnya dengan raut wajah tidak bersahabat.

"Tadi, kenapa kalian telat untuk mengikuti upacara bendera? Apa kalian nggak denger suara bel berbunyi?" tanya nya lagi.

"Saya nggak mungkin men-skors satu kelas." ucapnya.

"Tapi, diantara kalian. Saya akan men-skors, salah satu diantara kalian." lanjutnya lagi membuat Suasana menjadi panas. Atmosfer didalam ruangan ini seketika berubah ketika mendengar kata skors.

And....

💥💥💥

Perfect Classmates ✔Where stories live. Discover now