📒06 ✏ Sejarah Terulang ✏

Mulai dari awal
                                    

Sama seperti Hafizh. Aira pun merasa terkejut namun hanya sekilas dan mereka berdua langsung bisa menguasai keadaan.

"Kelas berapa sekarang?" tanya Hafizh setelah membaca surat yang ada di tangannya.

"Sebelas."

"Sama dengan Kak Al dan Mbak Ayya." Kata Siwi menyambut jawaban Aira. Siwi adalah orang kepercayaan Kartika yang juga akhirnya tetap dipakai oleh Hafizh guna mengelola konveksi itu.

"Ini sudah plot dari sekolah atau kamu yang milih Ai?" tanya Hafizh.

"Kemarin sudah ada daftarnya dari sekolah Kak, tinggal kita pilih saja. Kebetulan sekolah dan pihak Zaffran konveksi telah menyetujui." Penjelasan Aira cukup membuat Hafizh mengerti. Mungkin ketika mereka bertemu di rumah makan dulu adalah waktu Aira mencoba melakukan negosiasi untuk melaksanakan PKLnya di Blitar.

"Baik, hari kerja kami selama 6 hari. Senin sampai dengan Sabtu mulai jam 8 sampai jam 3 sore. Jika memang diperlukan, hari minggu kita masuk untuk lembur." Kata Hafizh kemudian menjelaskan apa dan bagaimana sistem kerja di konveksinya. Meski bukan sebagai karyawan tapi Hafizh tahu itu juga diperlukan untuk membuat bagan laporan untuk Aira.

"Kak maaf__kalau untuk laporan apa kita harus membuatnya setiap hari dan melaporkan kepada Kak Hafizh? Karena pihak sekolah meminta itu supaya kegiatan kami bisa dipantau setiap minggunya." Tanya Aira saat aturan main telah disampaikan Hafizh kepadanya dan seluruh team.

"Kamu diminta laporan setiap hari apa?"

"Hari Senin kami harus melaporkan kegiatan kami selama seminggu"

"Baiklah, silakan letakkan di meja ini Sabtu sore nanti Senin pagi aku pastikan sudah di meja ini kembali lengkap beserta koreksi dan tanda tanganku."

"Terima kasih." jawab salah seorang teman Aira. Meski tegas Hafizh cukup bersahabat. Beberapa kali berkelakar namun dengan cepat segera kembali pada rule pekerjaannya.

"__dan satu lagi, panggil aku dengan sebutan Abang jangan Kak, Aa' atau yang lainnya." nampak sekilas senyum terurai dari bibir Hafizh saat matanya bertemu dengan mata Aira. Sekilas kemudian beralih kepada yang lain.

Setelah menyampaikan peraturan dan hal-hal apa saja yang harus dilakukan oleh siswa yang akan magang di konveksinya, Hafizh segera kembali ke butik. Ada beberapa pekerjaan yang membutuhkannya.

Hafizh memiliki janji dengan salah satu pelanggannya yang sepertinya akan memesan pakaian vintage untuk keperluan hari istimewanya.

"Boo, sudah selesai semuanya? Kita kembali ke butik. Aku janjian sama orang." Suara Hafizh memanggil Fatia. Bukan sebuah rahasia, seluruh karyawannya sudah mengetahui bahwa panggilan yang dimaksud Hafizh itu adalah untuk Fatia.

"Echiiiieeeee, Fatia diajakin Bang Hafizh balik noh." Suara ledekan dari beberapa karyawan membuat Hafizh tersenyum kecut.

Bukan tidak mengerti, Aira justru mengetahui dengan jelas seperti apa laki-laki yang ditemuinya beberapa minggu yang lalu itu memanggil seseorang. Laki-laki yang sekilas memantikkan sebuah rasa yang mungkin baru dia rasakan saat ini.

Sejak Aira dinyatakan sembuh dari penyakit kronisnya. Semua keluarganya semakin memanjakannya. Namun bukan berarti Aira tumbuh menjadi perempuan yang manja. Abinya yang akhirnya memutuskan untuk menikah kembali dengan salah satu dari siswanya membuat Aira merasakan bagaimana memperoleh kasih sayang dari seorang ibu.

Tumbuh di keluarga yang cukup berada tidak membuat Aira menjadi sosok gadis yang sombong. Bahkan dia memilih untuk tetap hidup dalam kesederhanaan. Jika ada yang bertanya, mengapa Aira memilih PKL di sebuah kota kecil seperti di Blitar. Karena Aira ingin merasakan bagaimana hidup di kota yang tenang dan jauh dari kemacetan.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang