Welcome to my new story 😊
.
.
."Aku menyesal, karena dengan kita yang ketemu tiap hari, jadi makin dekat setelahnya, itu bikin usahaku selama lima tahun ini jadi sia-sia. Aku nggak bisa nahan untuk nggak jatuh lagi sama Om."
Dia maju selangkah. Aku mundur dua langkah. Sekuat tenaga aku menahan isakan yang berusaha menerobos keluar.
"Kenapa? Kenapa Om harus perhatian dan peduli sama aku? Kenapa Om bersikap seolah-olah cemburu sama Vigo atau siapa pun cowok yang dekat denganku?" Aku menunjuknya lagi. "Kenapa Om bikin aku berharap, kalau pada akhirnya lagi-lagi Om hanya melihat perempuan lain? Kenapa?"
"Ann, aku ...."
"Aku nyerah. Aku mau berhenti di sini!" Kutatap dia lekat. Matanya membola. Tapi aku tidak peduli.
"Kamu nggak bisa–"
"So," mulutku berseru lantang, memotong ucapan apapun yang diucapkannya dengan nada meninggi juga. "Please, let me find somebody, who can help me replace your name in my mind!"
Setelah itu, aku berbalik. Melangkah menuju pintu dengan kaki terhentak, hatiku terasa lega sekaligus sakit. Lega karena aku berhasil mengeluarkan apa yang tersimpan rapat-rapat selama lima tahun ini. Dan juga sakit, karena setelah ini aku harus benar-benar membuang cintaku. Aku harus melupakannya.
***
Hai, kali ini aku bikin genre yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Bukan teenlit atau young adult, tapi ini chiklit. Susah-susah gampang sih menurutku, tapi aku harus coba, kan? Hope you enjoy and stay with it. Thank you 😙
Salam
Mbak Septi
YOU ARE READING
Ineffable Cafune (Pindah ke Dreame)
General FictionBecause even every second that I pass, I do always see you. As a man. Always like that. I choose you. And will always choose you for now, tomorrow and so on. Without hesitation, without pauses, and without thinking that what I felt might be a mistak...