Demi apapun itu adalah hal yang paling tidak ingin Aurora lakukan, tapi mengingat tak mungkin lagi dirinya bisa menghindar membuat gadis itu hanya bisa memerosotkan kedua bahunya lalu mengangguk pasrah.

"Apa boleh buat, ayo!" Aurora menarik keatas sedikit kain jariknya yang langsung membuat Galih melotot tak percaya.

"Rara, turunkan itu! Kita di keraton." Galih celingukan berharap tak ada yang melihat perbuatan Aurora.

Dengan segera Aurora menuruti perintah Galih dan memasang wajah masam, ia tak bisa berjalan cepat dengan bawahan jarik yang membatasi lebar langkahnya, belum lagi di tambah heels yang membuat kakinya sakit.

Galih menghela nafas lega, lalu dengan segera mengamit tangan Aurora dan mengajaknya menuju tempat dimana semua keluarga sudah berkumpul.

***

"Lebih baik aku balik hotel duluan."

"Eh, No! Ini ajakan Sri Sultan, kita tamu mereka, Faiz. Hargai sambutan tuan rumah."

Faiz berdecak kesal, ia bukan tipe orang yang suka dengan acara-acara seperti ini. Berangkat ke Jogja pun Faiz harus di paksa dulu oleh Wendra mengingat urusan bisnis mereka berhubungan dengan orang terpenting di daerah istimewa itu, sangat tidak etis jika Faiz membatalkannya hanya karena frustasi kehilangan Aurora.

"Calm down, anggap ini liburan. Nanti aku akan bantu kamu cari Aurora, tapi kita selesaikan dulu urusan disini. Okay?"

Wendra menepuk pundak sahabatnya setelah mendapatkan anggukan malas dari Faiz. Mereka berdua berjalan menuju tempat yang sudah di sediakan, berusaha duduk tenang hingga Faiz menangkap siluet sosok yang sangat familiar di matanya. Perempuan berstelan kebaya merah yang baru saja datang bersama lelaki tinggi yang mengamit tangannya.

"Ara?" Tanpa sadar Faiz berdiri hingga membuat Wendra langsung menarik lengannya agar kembali duduk.

"Stupid! What are you doing?" Maki Wendra pelan

Faiz mengabaikan ucapan Wendra, matanya fokus pada satu titik, ia tak mungkin salah mengenali gadisnya, tapi sangat tidak mungkin Aurora bersama anggota keraton karena seingatnya Aurora tak memiliki keluarga di Jogja. Apa Faiz yang terlalu merindukan Aurora hingga matanya salah menilai seseorang? Namun hati Faiz sangat yakin bahwa yang duduk di seberangnya, di barisan ketiga dan di apit dua lelaki itu adalah Aurora.

"Wen, i'm not crazy, right? Itu Aurora." Bisik Faiz tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya.

Wendra mengamati perempuan yang di maksud Faiz, sekilas memang mirip Aurora, tapi kebaya keraton serta tatanan rambut yang di sanggul serta riasan tipis pada wajah gadis itu sedikit membuat Wendra tak yakin.

"Well, itu terlihat mirip gadismu. But i'm not sure. Orang asing tidak bisa masuk barisan keluarga keraton apalagi berpakaian seperti mereka kecuali memang gadismu itu memiliki darah bangsawan."

Yang menjadi obyek perbincangan Wendra dan Faiz kini terlihat mengobrol dengan lelaki di sebelahnya yang tadi datang bersamanya.

"Oh Damn! She's your girlfriend, bro! Aku ingat senyum itu." Wendra menahan suaranya

"Shut up! Sejak kapan kamu mengamati senyum gadisku, eh?" Faiz melirik tajam sahabatnya yang dengan cepat menggelengkan kepala.

"You know what i mean, setiap orang mempunyai ciri khas yang bisa dengan mudah di kenali." Jawab Wendra

Acara di mulai, para penari satu persatu mulai keluar dan menampilkan kebolehannya di tengah ruangan, sedikit menghalangi pandangan Faiz terhadap Aurora hingga lelaki itu menggerak-gerakkan kepalanya mencoba mencari celah di antara pertunjukan agar fokusnya dari Aurora tak hilang.

My Boss!Where stories live. Discover now