しゅう | 二番

17.6K 1.5K 85
                                    

Sebelah sini!

Cuur...

Dekat lemari juga!

Cuur...

Mungkin di bantal!

Cuur...

Mana lagi yang bagus? Ah, selimut!

Cuー

"SHUU!" Keita menatapku takjub. Selalu tatapan itu, pikirku.

"Don't pee on Odie's stuffs. That's not polite," kata Keita sambil mengangkat badanku turun dari kasur manusia itu.

"Kau harus berterima kasih padaku, Kei. Manusia itu akan segera aku rekrut menjadi pelayan pribadiku. Bersyukurlah aku mau menerima keberadaanya," kataku. Keita belum memahami protokol kerajaan. Dia terlalu polos. Aku selalu bisa memahami Keita. Selama dia punya makanan persembahan yang sesuai kebutuhanku. Asal kau tahu, susah memimpin sebuah kerajaan tanpa makanan tepat yang memenuhi kebutuhan gizi otak, badan, dan jiwaku. Ehm, aku jadi ingin makan kornet sapi. Apa Keita masih menyimpannya dalam kulkas?

"Shuu, kamu pee di bantal?" Keita mengangkat bantal yang sudah aku berikan tanda kerajaan.

"Hanya sedikit. Lain kali aku berikan banyak," jawabku sembari meninggalkan Keita yang mendadak sibuk di dalam kamar si manusia. Taro duduk tegak di depan kamar. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri. Si anjing bodoh. Sudah aku katakan agar menjaga keamanan kamar selama aku menyebarkan tanda kerajaan dan dia malah bertingkah bodoh.

"Aku memintamu menjauhkan semua pengganggu. Jangan biarkan siapapun masuk," kataku kesal. Seharusnya Taro paham untuk mencegah Keita masuk saat aku sedang sibuk di dalam.

"Aku melakukannya, kawan. Aku tidak mengizinkan siapapun masuk. Aku bahkan sedang mengawasi ayam-ayam di kebun belakang. Tidak akan aku biarkan mereka mengganggumu." Taro menundukan kepalanya dan fokus pada pintu kaca yang mengarah ke kebun. Dari sini kami dapat melihat ayam-ayam bermain tak jelas. Bah, sejak kapan ayam menjadi hewan yang jelas. Otak mereka saja begitu kecil. Aku dibuat memutar mata. Jika kata siapapun merajuk pada makhluk hidup, maka SEHARUSNYA pada SEMUA makhluk hidup. Dengan sembrono, dia membiarkan Keita masuk.

"Kau membiarkan Keita masuk," kataku kesal.

"Oh, ya, Keita sangat baik. Dia menanyakanmu, jadi aku jawab kau di dalam kamar Odie. Lalu dia mengelusku dan tersenyum. Pasti ada hal penting yang ingin dia lakukan. Tunggu. Tunggu. Apa yang ingin dilakukan Keita? Apa yang tadi ditanyakan Keita? Aku tak ingat, kawan."

Keita bertanya dimana aku, jawabku dalam hati.

Kepalaku pusing. Aku butuh istirahat. Terlalu lama bersama Taro akan menyebabkan tekanan darahku menjadi tak wajar. Aku butuh sofa.

Taro kembali ke posisi siaga selama tiga detik, lalu merebahkan diri. Khas anjing pemalas. Dia terlalu tua untuk dilimpahi pekerjaan sepenting menjaga kenyamananku selama melaksanakan protokol kerajaan. Lain kali aku akan membuat iklan di Jobstreet untuk merekrut prajurit kerajaan yang lebih kompeten. Aku akan menentukan persyaratannya dengan detail dan melakukan interview sendiri. Meski sangat melelahkan, aku akan melakukannya demi kebaikan kerajaan dan rencana mutakhirku. Menguasai dunia.

Sebelum itu, aku butuh tidur siang.

***

Tak jauh dari sana, Keita yang malang terpaksa melepas sarung bantal dan seprai kasur Odie sebagai dampak protokol kerajaan Shuu. Dia harus menyemprot cairan antiseptik ke perabot di kamar itu dan mengelapnya demi menghilangkan bau 'protokol'. Pria Jepang itu pun harus menajamkan indera penciumannya agar menemukan di mana lagi Shuu meninggalkan tanda 'kasihnya'.

Dia baru meninggalkan ruangan itu setelah menyemprot pewangi ruangan. Pemandangan yang dia temukan di luar kamar adalah ketenangan. Taro yang tidur di lantai dan Shuu yang lelap di sofa. Keita tersenyum menatap kedua hewannya, lalu dia mengetik pesan ke pemilik kamar yang baru saja terkena invasi kerajaan versi Shuu.

Me:
Shuu rindu kamu

###

18/07/2019

Keitaaa 😭 kamu sabar banget!

GabbleWhere stories live. Discover now