16.2K 2.3K 53
                                    

Katanya rezeki datang pada orang yang berusaha. Aku sudah berusaha, baik itu urusan karir dan percintaan. Tapi rasa-rasanya semua masih belum lancar. Karir mentok realita ibukota. Seragam resepsionis yang aku kenakan nggak menutup fakta gajiku bahkan nggak menyentuh UMR Jakarta. Apa ini bercanda?

Nggak!

Coba buka situs pencarian kerja. Ketik di situ expected salary di bawah batas UMR. Kamu akan menemukan ratusan bahkan mungkin ribuan lowongan yang hanya sanggup memberi upah segitu, sementara kualifikasi pekerja yang mereka minta luar biasa detail. Anggap saja sarjana dengan IPK di atas tiga, umur di bawah 25, penampilan menarik, belum menikah, bersedia dikontrak dua tahun, dan tetek bengek lainnya.

Awal bekerja di sini, Tiar bilang aku masih bisa dapat pekerjaan yang menjamin gaji lebih pantas. Masalahnya, aku sudah menganggur selama satu tahun sejak lulus kuliah. Kebayang gimana desperate menjadi job seeker, kuping yang nyeri. Nyinyiran tetangga menyilet harga diri. Dibilang buat apa repot kuliah kalau akhirnya nganggur. Wanjay banget. Memangnya kuliah hanya untuk kerja? Kuliah itu belajar. Bahkan Nabi Muhammad mengatakan pentingnya belajar sampai tutup usia.

Aku juga mempertimbangkan pendapat Tiar. Dia benar soal gaji. Di luar sana ada banyak perusahaan yang menawarkan gaji besar. Masalahnya mereka nggak manggil aku. Yang menerimaku kerja, ya, perusahaan ini. Setiap hal pasti ada bagus dan buruknya. Meski gajinya kecil, aku diberikan fasilitas makan siang dan asuransi kesehatan swasta. Bukannya BPJS. Selain itu aku dijanjikan menjadi karyawan tetap setelah melalui dua kali teken kontrak. Yang pertama kontrak setahun. Yang kedua kontrak dua tahun. Sekarang aku menjalani kontrak kedua dan akan berakhir dalam dua bulan. Status karyawan tetap masih belum terjangkau.

Perkara cinta, duh, aku payah. Ditipu habis-habisan.

Aku menyedot Thai tea dan melarikan pandangan pada Frankie. Sore tadi kami gajian. Aku happy, of course. Frankie mengajak makan malam di luar sekalian curhat nggak penting. Frankie memang aneh. Dibanding curhat perkara dikejar nyinyiran ortu yang memintanya menikah, Frankie lebih senang membagikan keluh kesah tinggal di kost. Tetangga resek yang nggaj

"Lo enak, Kilau, nggak punya masalah kayak gue," kata Frankie di ujung sesi curhat.

Aku mendesah. Dia seperti lupa fakta ciwik itu sukar tegar kala didepak pacar. Sama dengan kasus percintaanku kemarin. Aku belum move on. Masih sakit setiap lihat tampang si bejad dan sepupu setan.

"Gue juga punya masalah. Saking merana, gue jadi pengen bikin hashtag di IG biar semua orang tahu," balasku bercanda. Ingat, ya, orang curhat itu butuh didengarkan. Solusi mah nggak perlu, apalagi dinasihati. Yang penting 'ooh' dengan nada simpati dan kerutkan alis serius. Buat yang curhat ngerasa diterima. Saran ini pemberian Tiar yang sepak terjangnya di antara ciwik. Baginya, aku nggak termasuk. Aku kalau curhat merongrong minta bantuan, bukan tipe yang butuh diberikan simpati. Wanjay satu sahabat itu.

"Hashtag apa?" Tanya Frankie antusias.

"Hashtag Kilau menuju SAH," jawabku pura-pura serius.

"Apa? Gila!" Frankie terbahak, menyebabkan kami menjadi bahan tontonan kafe. Bikin malu, tapi sudahlah. Siapa mereka, aku nggak kenal.

Frankie mendadak menyerobot ponselku yang berada di meja. Dia mengutak-atik tanpa permisi. Kebetulan Frankie tahu lock pattern ponselku. Aku juga, sih, tahu pattern ponselnya. Anggap kami impas.

"Done. Lihat, gue sedang mencarikan lo pasangan menuju SAH," kata Frankie sembari memamerkan layar ponselku. Mata nggak segera menangkap apa maksud Frankie. Yang nampak di layar ponselku hanya satu titik yang berkedip-kedip dan gelombang bundar keluar dari si titik. Hingga satu notifikasi muncul.

Congratulation!
We find your mate!

Mate? Apaan?

"WHAT?!" Aku membelalak.

Frankie buru-buru menarik balik ponselku sebelum sempat aku rebut. Dia menyeringai usil. "Wah, mate lo keren juga, Kil," katanya entah setelah berbuat apa pada ponselku.

"Lo apain ponsel gue?" Tanyaku panik. Sumpeh, nggak lucu banget main aplikasi chatting stranger saat berita human traffic, pembunuhan, dan gangguan psikologis beredar di koran lampu kuning.

"Aplikasi ArrowDarling, tahu, nggak?"

"Nggak!"

"Payah. Aplikasi ini lagi boom mencari teman kenalan lawan jenis di lokasi terdekat dari lo."

"Kayak aplikasi nyari jodoh?" Tanyaku histeris.

"Semacam itu. Katanya banyak expat yang pakai aplikasi ini. And, congrats, Kil, you get the one."

"Maksud lo?"

Frankie kembali menampilkan layar ponselku. Saat mau aku rebut, dia menarik cepat dan melotot. "Mau lihat, harus tenang!"

"Oke, oke," jawabku panik. Frankie memang usilnya sering nggak tertolong, tapi nekat banget mendorongku ke orang asing.

"Gue bacain aja, lo susah di percaya," katanya dengan lirikan menuding.

"Eh, Frankensten, ini kita di kafe, malu banget kalo lo baca keras-keras," bisikku memperingati.

"Makanya, lo tenang. Sst, diam. Gue mau baca profil mate lo. Let's see... Namanya Keita Takaki. Asli Jepang. Wow, Kil, lo menang banyak. Jepang, girl. Workaholic, sakuku tak rata."

Aku bertumpang lengan ke meja dan sengaja menutup wajah. Tolong, ini bohongan. Aku nggak akan marah kalau ini bohong.

"Dia di sini, lantai lima. Oh, dia baru aja kirim chat."

Aku spontan menarik lengan Frankie. Wajahku nggak jelas macam apa sekarang. "Frank, lo mikir nggak ini cowok Jepang, posisi di lantai lima, FX pula. Kebayang nggak?" Ucapku agak menggeram.

"Nggak." Frankie geleng-geleng kepala tanpa dosa.

"Frank," lenguhku nggak habis pikir. Kadang sinyal kepalaku nggak menjangkau provider otak Frankie. "Ini FX, Frank. Kandangnya JKT48 ada di lantai 5 dan itu cowok Jepang. Mikir dong!"

"Nggak paham, jadi nggak mikir," akunya dengan kepolosan tingkat bayi baru berojol.

"Dia bisa jadi fans JKT48," geramku penuh kehati-hatian. Marah pun harus dikontrol. Siapa yang tahu kalau orang di meja sebelahku bukan salah satu garis depan Melody.

"Ya, kan, belum tahu. Kenapa harus lebay, sih."

"Gue nggak lebay. Gue antisipasi."

"Lo paranoid buat sesuatu yang terjadi. Ah, dia kirim pesan lagi. Sebentar gue balas."

Kesabaranku meluncur ke Merkurius. Aku merebut paksa ponselku. Masa bodoh menjadi tontonan orang. Aku mau tahu apa yang sudah diperbuat.

K.Takaki: hi:)

Kilau_Odie: hi there. I'm Kilau. Are you Keita?

K.Takaki: yes. Saya belajar bahasa Indonesia. Boleh pakai bahasa Indonesia saja?

Kilau_Odie: Tentu dong;)

K.Takaki: kamu dimana ada? Saya 5th floor ada. Saya lihat kamu posisi FX juga

Kilau_Odie: betul. Aku di lantai 3. 3rd floor

K.Takaki: boleh temu?

Kilau_Odie: boleh dong;)

Wanjay!

Aku mendelik pada Frankie yang bergegas merapikan tas. Nggak ada acara kabur setelah berulah. Biang kerok satu ini wajib tanggung jawab.

###

23/01/2019

Gw dalam edisi sayang gak di apdet 🤣 ini lagi bongkar gudang. Rasanya kaya sengaja mempermalukan diri sendiri wkwkwk...

GabbleWhere stories live. Discover now