"A-anu Rara dari Jakarta langsung kesini."

"Kabur?"

Jleb! Pertanyaan yang lebih tepat menjadi pernyataan itu tidak meleset sedikitpun. Eyangnya bukan orang bodoh yang tidak bisa memahami situasi, apalagi ketika melihat kedatangan Aurora tanpa membawa apapun, hanya membawa tas selempang kecil dengan dress yang tidak bisa di bilang pantas untuk di kenakan jalan-jalan.

Berbohong pun tak akan membantu, Aurora memilih untuk mengiyakan pernyataan eyang putri.

"Dari pacar kamu?"

"Bukan eyang, Rara cuma lagi pusing sama kerjaan aja, kalau pulang ke Kalimantan takut di interogasi sama Abang."

Alasan itu setidaknya bisa membuat eyang mengangguk meski Aurora tahu bahwa eyangnya tidak akan percaya begitu saja.

***

Sudah dua hari meja kerja Aurora kosong dan itu cukup meyakinkan Faiz bahwa Aurora memang pergi untuk menghindarinya. Seandainya Faiz tahu lebih banyak tentang Aurora, pasti ia akan mudah menebak kemana gadis itu pergi. Ia sempat menghubungi orang tua Aurora dengan alasan menanyakan kabar mereka dan dari perbincangan singkat Faiz bisa menyimpulkan bahwa Aurora tidak ada disana.

Ratusan kali Faiz mencoba menghubungi nomor ponsel Aurora tapi tak pernah tersambung karena sepertinya gadis itu sengaja mematikan ponselnya, Faiz juga berusaha mengirim email yang tak pernah ada balasan. Jika memang ingin menenangkan diri, setidaknya Faiz ingin tahu bahwa Aurora baik-baik saja.

"Faiz."

Merasa seseorang memasuki ruangannya tanpa permisi , Faiz mendongak dan mendapati ibunya datang bersama Anna.

"Kami bawakan makan siang untuk kamu. Ini Anna yang masak," ujar Fatma seolah tak pernah terjadi apapun sebelumnya

"Faiz ada janji makan siang dengan klien." Jawab Faiz enggan beranjak dari tempatnya, ia bahkan memilih membaca beberapa berkas yang sebenarnya sudah ia selesaikan beberapa saat lalu.

"Gak apa-apa tante, sepertinya mas Faiz sibuk. Lagipula Anna juga tidak yakin masakan ini sesuai dengan selera mas Faiz." Ujar Anna tanpa berani melirik Faiz yang nyatanya tak pernah menatap dirinya.

Fatma menghela nafasnya. "kamu memang calon istri yang baik, tante beruntung punya calon mantu sepeti kamu."

"Udah cukup dramanya! Maaf jika membuat mama kecewa, tapi Faiz akan hanya menikah dengan Aurora." Faiz berdiri dari duduknya lalu merapikan jasnya.

"Faiz pergi dulu." Lanjut Faiz sebelum meninggalkan ibunya dan Anna yang masih ada di dalam ruangan.

"Sebaiknya Tante tidak memaksa mas Faiz untuk menikahi Anna, menikah tidak bisa di paksakan, Tante."

Fatma menggeleng. "Kamu sabar aja ya, cuma kamu yang akan menjadi istri Faiz."

***

"Eyang kasih Rara kebaya untuk apa?" Aurora mengamati kebaya cantik berwarna merah yang baru saja di berikan oleh eyang putri.

"Untuk di pakai besok, besok ada pagelaran kesenian dan kamu akan eyang ajak."

Aurora terdiam sesaat, lalu menelan salivanya susah payah. "Harus ikut, eyang?"

"Harus, nanti biar eyang suruh orang bantuin kamu dandan. Sekalian kamu ketemu sepupu-sepupu kamu disana."

Sudah Aurora duga! Hal ini pasti terjadi bertemu sepupu berarti bertemu keluarga keraton dan itu harus membuatnya siap mental menghadapi apapun itu, termasuk pertanyaan-pertanyaan tak terduga nantinya.

"Ck! Mirirs sekali menjadi keluarga terbuang" batin Aurora.

"Tapi Rara belum pernah pakai kebaya sebelumnya eyang." Aurora nampak frustasi membayangkan ia harus mengenakan pakaian itu, belum lagi tatanan rambut yang di sanggul. Oh ya ampun!

"Nah, maka dari itu ini akan menjadi pengalaman pertama kamu." Eyang putri tersenyum dan berlalu begitu saja meninggalkan kamar Aurora.

Semenjak kedatangannya di Jogja, Aurora sedikit bisa melupakan masalahnya, bahkan ia sempat melupakan Faiz untuk sejenak meski nyatanya bayangan lelaki itu tak pernah hilang dari benaknya.

Gadis itu meraih ponselnya yang beberapa hari ia biarkan mati dan tergeletak begitu saja di atas nakas, Aurora menghidupkan ponselnya dan mendapati puluhan  pesan singkat, email serta panggilan tak terjawab yang hampir semuanya dari Faiz dan ada beberapa dari Ambar.

Menghela nafas, Aurora memilih untuk menghapus semuanya tanpa membacanya terlebih dahulu kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang perlahan membuatnya terlelap.

Menghela nafas, Aurora memilih untuk menghapus semuanya tanpa membacanya terlebih dahulu kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang perlahan membuatnya terlelap

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
My Boss!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin