"Ingat Faiz, mama dan papa membebaskanmu untuk memilih itu karena kami percaya bahwa kamu bisa memberikan rekomendasi yang jauh di atas Anna jika kamu tidak menerima perjodohan ini, tapi apa yang mama dapatkan? Dia jauh dibawah Anna."

"Mama, maaf, ini di kantor, biarkan Faiz bekerja dan kita bahas masalah ini lagi di rumah."

Fatma menggeleng "mama tahu, kamu tidak akan mau lagi untuk kerumah. Sudahlah Faiz, terima Anna, dia perempuan terbaik yang pernah mama temui, dia pantas mendampingi mu."

"Ma---" ucapan Faiz terpotong ketika seseorang mengetuk pintu yang ternyata adalah Aurora dengan nampan berisi dua cangkir minuman.

Fatma menatap Aurora dari ujung kaki hingga kepala, menilai gadis itu dengan sorot meremhkan yang membuat Arora merasa tidak nyaman.

"Maaf, saya hanya mengantarkan minuman."

"Tunggu," Fatma menahan langkah Aurora yang hendak berbaik pergi.

"Mama." Peringat Faiz pada ibunya yang jelas tak akan membuat wanita itu berhenti.

"Duduklah, aku ingin menanyakan beberapa hal padamu." Ujar Fatma mengangkat kepalnya tanpa ingin menatap Aurora.

Firasat buruk yang Aurora miliki membuat gadis itu melirik Faiz yang hanya bisa terlihat pasrah.

"Duduklah, Ara." Faiz memberikan isyarat agar Aurora mengikuti kemauan ibunya.

"Siapa namamu?"

"Laudya Aurora, Bu" jawab Aurora masih berusaha memberikan senyum terbaiknya.

Fatma mengangguk-anggukan kepalanya lalu tersenyum tipis yang Aurora paham itu bukanlah senyum ramah.

"Aku hanya ingin mengundangmu makan malam, nanti aku akan menyuruh supir untuk menjemputmu. Dimana rumahmu?"

"Mama, stop! Tidak ada acara apapun nanti malam." Faiz mengepalkan tangannya dan berusaha untuk tidak meledak saat ini juga karena ia masih sangat sadar bahwa yang duduk didepannya itu adalah ibunya.

Aurora menoleh pada Faiz lalu kembali menatap Fatma yang terlihat menunggu jawabannya. Situasi yang tak Aurora mengerti membuat gadis itu tampak bingung.

"Jadi, dimana rumahmu?" Fatma tak memperdulikan ucapan Faiz.

"Saya tinggal di kost kecil, terimakasih untuk tawarannya, tetapi saya rasa--"

Fatma mengangkat tangannya yang membuat Aurora menghentikan ucapannya.

"Anggap ini undangan dari bos yang harus kamu penuhi, tulis alamatnya disini." Fatma memberikan secarik kertas dan pulpen pada Aurora yang mau tidak mau membuat Aurora memenuhi permintaan nyonya besar Al Hasan.

"Urusan mama sudah selesai, mama akan ke yayasan dulu untuk menjemput Anna."

Fatma berdiri dan menatap Aurora sejenak lalu mendekati Faiz dan mengusap kepala anaknya. "Jangan kecewakan mama hanya demi sesuatu yang tak berharga."

Faiz masih berusaha menahan amarahnya, ia bahkan tak merespon apapun yang Fatma katakan hingga wanita itu pergi dari ruangannya.

"Ini ada apa?"

Faiz mendongak lalu menarik Aurora lembut agar duduk di sampingnya. "Aku memintamu sekali lagi, menikahlah denganku Ara."

"Menikah bukan lelucon bagi saya pak, maaf saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Saya permisi."

Dengan tergesa, Aurora segera pergi dari ruangan Faiz , meninggalkan lelaki yang hanya bisa menunduk dan tertawa sumbang.

"Ya, kamu benar Ara. Menikah bukan lelucon."

My Boss!Where stories live. Discover now