📒 04 ✏ Tom and Jerry ✏

Start from the beginning
                                    

Percakapan Hafizh dan Qiyya harus berhenti karena Qiyya harus menemui teman SMAnya yang sedang berkunjung ke butik.

Hafizh kembali menyelesaikan pekerjaan yang di tinggalkan untuk beberapa waktu.

Sekilas matanya melihat kartu nama yang ditinggal Qiyya di meja kerjanya.

Rizki Lazuardi
The Residence 29B
Mampang Prapatan, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan.

Dari Soetta - Mampang - Cikarang. Hafizh mengambil gawai dan membuka mapnya. Tidak cukup sehari jika harus menemui rekan kerjanya. Qiyya selalu menekankan untuk melakukan silaturahim awal pada saat memulai suatu kerjasama. Baik dengan siapapun juga, dari sanalah nantinya kita akan tahu benar atau tidaknya rekan kerja itu menawarkan kerjasama dengan kita. Dan Hafizh selalu mendahulukan cross check lingkungan. Setidaknya dengan RT setempat.

"Fatia." suara tegas Hafizh memanggilnya saat sepi dari pengunjung di butik.

"Ya."

"Ini direvisi dulu, kemarin kan sudah dibilang teliti ngerjainnya. Mengapa masih banyak yang keliru? Niat apa nggak sih kerjanya!" Hafizh mengembalikan laporan produksi dan penjualan serta stok di gudang yang dibuat oleh Fatia.

Seperti seorang dosen yang suka mencoret-coret makalah atau skripsi mahasiswa ketika sedang bimbingan. Itulah yang dilakukan oleh Hafizh saat ini.

Fatia hanya menggeleng perlahan. Mengenal Hafizh memang sudah sejak Hafizh pindah ke kota dimana dia dilahirkan. Namun mengenal Hafizh lebih dekat juga baru ketika Hafizh mengambil alih usaha bunda Qiyya dan berusaha untuk membesarkannya.

"Fatia, kalian sebenarnya ada apa? Kok bang Hafizh sampai segitunya ya sama kamu?" tanya Widi.

"Sebenarnya apa? Aku nggak ada apa-apa itu sama dia. Memangnya kenapa?" jawab Fatia.

"Sikapnya loh, kek benci banget sama kamu. Hati-hati loh, cinta sama benci itu jaraknya hanya setipis kulit bawang. Sekarang boleh benci tapi siapa tahu besok jadi cinta." Kata Widi lagi.

"Ngomong apaan si Wid, orang juga tahu kali aku ini siapa Hafizh itu siapa. Nggak mungkin seorang Hafizh Asy Syafiq itu melirik gadis sepertiku. Bukan kelasnya." Jawab Fatia sambil mencocokkan dan melihat kembali laporannya.

Dalam hati Fatia memang memuji ketelitian Hafizh. Beda satu angka saja Hafizh mengetahuinya. Pantas jika Bunda Qiyya begitu membanggakannya. Beberapa terobosan bisnis yang dilakulan oleh Hafizh pun sangat sederhana namun mengapa hal sederhana itu tidak terpikirkan oleh pelaku-pelaku bisnis yang lain.

"Fatia, ikut Bunda ke atas." Panggil Qiyya kepada Fatia saat dia sedang menyelesaikan tugasnya dari Hafizh.

Widi memandang Fatia dengan penuh tanda tanya. Namun sekali lagi Fatia menaikkan kedua bahunya tanda dia tidak mengerti mengapa Bunda Qiyya memanggilnya dan terburu buru ke atas.

Dengan langkah pasti Fatia berjalan di belakang Qiyya. Memasuki ruang kerja yang kini tengah diduduki oleh Hafizh. Hafizh memang sedang asyik berbicara dengan telpon di genggamannya. Sepertinya memang di sedang membicarakan bisnis dengan lawan bicaranya. Melihat Qiyya dan Fatia yang berjalan mendekatinya dengan segera Hafizh menyudahi pembicaraannya dan menyambut kedatangan sang Bunda dengan penuh hormat.

"Baba Fadhil dari Madinah baru saja menelpon Bunda. Bulan depan kita diminta untuk mengirimkan abaya arab 500 kodi, dan juga Thoub putih 500 kodi." Kata Qiyya.

"Bulan depan? 1000 kodi dalam waktu satu bulan Bunda? Bahan bakunya? Tenaganya?" tanya Hafizh dengan kaget.

Tidak biasanya rekan bisnis yang dikenalkan kakak iparnya ini memesan dalam jangka waktu yang begitu singkat. Meski selalu memesan dalam jumlah yang banyak.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Where stories live. Discover now