Tiba – tiba aku teringat semua perkataannya dan juga kesedihannya. Semua perkataannya seperti kata – kata perpisahan.

“Helena…” dia berjongkok di depanku dan aku langsung memeluknya. “Aku.. aku gak mau kehilangan kamu Glen, aku bisa mati tanpa kamu… hiksss, jujur sama aku please”

“Aku harus bagaimana Helena… aku juga tidak mau meninggalkan kamu dan anak kita, tapi… tapi ini demi kebebasan kamu, demi menyelamatkanmu dari cengkraman Daddy, dendam ini harus berakhir, dan satu – satunya cara menyerahkan nyawaku kepada Daddy, kamu lihat luka ini… luka dimana ginjalku sudah pernah dibuang dan sekarang seharusnya aku harus mengganti dengan ginjal yang baru, tapi aku batalkan karena aku ingin kamu lepas dan bebas” aku mendengarnya menangis.

Ya Tuhan, Glen menukar nyawanya demi kebebasanku dan anak – anak. Aku semakin memeluknya erat.

“Gak… aku gak mau, aku mau kamu sembuh, kenapa keadaanmu semakin memburuk seperti ini, kita berobat ya sayang… aku… aku akan memohon kepada Daddy, aku juga rela dia melakukan apa saja, asal kamu bisa sembuh” kataku masih terisak.

“Aku mengenal Daddyku sayang, walau aku sekarat sekalipun, dendamnya tidak akan bisa hilang walau kamu memohon sekalipun”

“Gak.. bangun, kita ke rumah sakit” aku bersusah payah bangun dengan perut semakin membuncit.

“Helena….”

“Bangunnnnnnnnn argghhhhhhh aku gak bisa, aku gak bisa hidup bahagia jika akhirnya suami aku menyerahkan nyawanya, please jangan membuat aku nantinya menyusulmu Glen”

“Gak boleh!!!! Kamu harus bertahan, bagaimana dengan jagoan kita jika kamu menyerah”

“Aku tidak akan bertahan jika kamu tak ada Glen, aku mencintaimu sangat mencintaimu, jadi jangan pernah buang kami, jangan pernah tinggalkan kami, kamu harus sembuh”

Aku berjalan dengan cepat menuju mobil, aku harus menyelamatkan suamiku, aku tidak mau dia menyerahkan nyawanya demiku, ah Glen andai kamu tau, tidak susah buatku melarikan diri dari mansion ini, tapi aku tidak bisa karena aku mencintai kamu, tapi kenapa kamu menyerah.

“Daddy, buat apa kesini… kesepakatan kita belum berakhir” aku mendengar Glen memanggil ayahnya, aku melihat ayahnya berdiri tak jauh dari kami.

Aku melihat ayahnya berjalan kearah kami, Glen menarikku dan berdiri didepanku.

“Jangan sentuh Helena Dad, tunggu… tunggu sebulan lagi, aku akan menyerahkan nyawaku ini untukmu” katanya dengan nada getir. Aku kembali menitikkan airmata.

Aku mendorong Glen kesamping dan dengan susah payah aku berlutut di kaki ayahnya.

“Dad, tolong… tolong suami Helen, dia sekarat…. tolong jangan pisahkan kami, aku mohon” aku menyembahnya dan meminta belas kasihannya.

Daddy hanya diam dan tidak merespon permintaanku.

“Helena…”

“Ayo kita  memohon Glen, seorang ayah tidak akan membiarkan anaknya sekarat, apalagi setelah melihat keadaanmu”aku membuka paksa baju Glen dan memperlihatkan keadaan Glen ke mata ayahnya dan mudah – mudahan ayahnya luluh.

“Helena… daddy tidak mencintaiku, daddy menginginkan aku meninggal, dia tidak akan terpengaruh, ayo bangun, aku rela mati asal dendam ini hilang”

“Hikssss aku tidak rela Glen, seumur hidup aku tidak akan rela” balasku sambil sesenggukan, daddy hanya diam tanpa kata. Tapi aku tau hatinya juga sakit melihat keadaan Glen.

“Aku sehat sayang… aku akan bertahan sampai jagoan – jagoan kita lahir, aku sehat…” aku melihatnya terlihat oleng, aku memeluknya  dan aku merasakan hembusan nafasny semakin tidak teratur.

“Glen…. Sayang, kamu kenapa”

“Love you Helena… dan maafkan aku” aku merasakan tubuhnya lemas di pelukanku.

“Glen…”

Hening

“Glen… kamu kenapa…”

“Daddy Glen kenapa?” kataku panik, Daddy melihat Glen dan memegang hidungnya.

“Marcosssss, bawa anak saya ke rumah sakit, cepattttttt” teriak Daddy.

“Michael… Michael….” Teriak daddy, aku masih memegang tangannya yang mulai mendingin.

Gak… gak boleh, kamu gak boleh meninggal. Aku masih memegang tangannya, memberinya kekuatan untuk tetap bertahan.

“Dad… aku mohon, aku rela melakukan apa saja, tapi jangan pisahkan kami” kataku masih memohon.

“Nanti kita bicara lagi Helena, aku harus menyelamatkan Michael terlebih dahulu” katanya dingin ketika ambulance datang untuk membawa Glen kerumah sakit.

Aku mengangguk dan mengikuti Glen masuk ke dalam ambulance, aku duduk disamping daddy, tanganku tidak pernah berhenti memegang tangan Glen.

Setiba di rumah sakit, Glen langsung disambut seorang dokter muda, aku pernah sekali bertemu dengan dirinya dan kata Glen dia bernama Liam, sepupunya.

“Apa paman berhasil membujuknya?” Tanya Liam

Daddy  hanya diam dan memegang tangan Liam. “Semua ini salah paman Liam, seandainya kemarin kamu tidak bicara tentang penyakit Michael”

“Semua belum terlambat Paman, mudah – mudahan masih ada kesempatan yang di berikan Tuhan untuk kehidupan Glen”

“Please, tolong selamatkan Glen, hiksss” aku sangat memohon kepada Liam untuk menolong Glen.

Liam mengangguk dan memberiku pelukan, pelukan kekuatan untuk tetap semangat dan berdoa agar Glen bisa selamat.

aku menghapus airmataku dan melihat Daddy yang sudah terlihat tua, wajah angkuh dan juga sombongnya hilang seketika, wajah penyesalan dan juga kesedihan terlihat jelas di wajahnya.

“Dad…”

“Maafkan daddy Helena… daddy memang jahat dan ayah yang tidak benar, tega meminta anaknya menyerahkan nyawanya”

“Kenapa Dad melakukan itu, kenapa Dad… kenapa dendam membuat mata hati daddy tertutup akan cinta dan sayang Glen kepada daddy, asal daddy tau… aku sudah melihat ruang lukisan Glen, disana aku melihat lukisan daddy dan mommy, di lukisan itu aku membaca kata – kata yang membuat aku menarik kesimpulan kalo Glen sangat mencintai Daddy”

“Daddy hanya mengujinya Helena, daddy hanya marah karena dia membantah dan juga lebih memilihmu, mana ada seorang Daddy tega menyuruh anaknya mati, keegoisan daddy membuat Glen menjadi seperti ini, andai kemarin Liam tidak mencari daddy dan menceritakan upaya Glen membunuh dirinya dengan tidak melakukan pengobatan, astagaaaa” daddy memukul kepalanya dan menangis.

Aku memegang tangan Daddy yang sudah mulai menua ini. “Dad…semua belum terlambat, hapuslah dendam itu…” kataku menenangkannya.

“Apa Michael baik – baik saja? Kenapa ginjal yang daddy donorkan dulu kembali rusak?” aku menggeleng karena aku tidak tau kenapa ini sampai terjadi.

1 jam kami menunggu dengan gelisah. Aku melihat pintu ruang ICU terbuka dan Liam keluar dengan wajah panik.

“Bagaimana suamiku Liam” tanyanya dengan panik.

“Transplantasi ginjal harus segera dilakukan paling lama besok pagi, kalo tidak nyawanya akan terancam, tetapi ginjal yang cocok sangat susah didapat jika mendadak seperti ini, Argggg Michael dasar keras kepala, ketika donornya ada dia malah menolak” aku mendengar kegusaran di wajah Liam.

Mendengar kabar dari Liam, aku merasakan sakit di perutku, aku juga melihat air tergenang di lantai. “Jangan sekarang nak, jangan sekarang ketika Daddy kalian berjuang untuk hidup” kataku dalam hati

“Dad… cucu – cucumu mau lahir, sakitttttt” kataku  berteriak sambil memegang tangan Daddy. Daddy dan Liam memegangku dan membawaku ke ruang melahirkan, mereka terlihat panik melihat keadaanku.

“Glen…… hikssss berjuanglah untuk hidup, aku akan melahirkan anak – anakmu dengan sehat, jadi jangan pernah menyerah, jangan pernah menyerah ketika akhirnya Daddy membuka hatinya” harapku dalam hati ketika aku masuk ke ruang operasi.

tbc

next 75 coment dan 250 vote…

13. Princess in LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin