"Ayah, udah," aku menoleh. Setelah sepuluh menit lebih, baru Widya menyelesaikan sarapannya. Benar-benar lambat!

Aku menyalim ibu, kalau ayah nanti saja di sekolah.

•••

"Tina! Tungguin!" teriak Bin saat Tina sudah ke luar dari kelas. Bin segera berlari menghampiri gadis itu.

"Yee, makanya cepetan nulisnya," ujar Tina setelah Bin berjalan tepat di sampingnya.

"Kamu sih ngajak aku ngobrol tadi,"

"Aku juga ngomong, kamu juga ngomong bedanya apa?" tanya Tina dan dijawab Bindella dengan cengiran.

"Makan bakso kuy!" ajak Bindella bersemangat saat sampai di kantin yang ramainya sudah wow banget, kayak di pasar.

"Kamu yang pesan, mager ada Geri di sana," kata Tina sambil menunjukkan seorang laki-laki yang sedang memesan makanan. Geri itu mantan Tina yang masih sering mengajak Tina balikan dan yang lebih membuat Tina marah padanya, Geri selalu menghancurkan PDKT Tina dengan gebetan barunya.

"Hahah, okey." Bin segera mendekati meja Bu Dani, penjual bakso.

"Bu, baksonya dua di meja sana ya," ujar Bin menunjuk meja yang ada Tina di sana dan entah sejak kapan sudah ada Geri juga.

"Iya neng," ujar Bu Dani. Bindella segera melangkah kembali menuju mejanya.

Wajah Tina sudah menunjukkan bahwa ia menahan amarah dan sangat-sangat kesal pada Geri, tapi Geri seakan-akan tidak tahu dan tidak mengerti. Nyatanya dia tidak peduli. Ia sepertinya terobsesi pada Tina.

"Lo ngapain di sini?" tanya Bin sambil duduk di depan Tina sedangkan Geri di samping Tina.

"Apa urusannya sama lo?" tanya Geri judes. Dia hanya lembut ke Tina saja sedangkan ke gadis lain, judes. Tapi, sikap itu tidak ternilai lagi di mata Tina setelah Geri selingkuh, dulu.

"Bukannya gue sok ikut campur Ger, tapi kalo lo suka sama Tina jangan buat dia gak nyaman. Bayangin kalo itu lo," ujar Bin tanpa menoleh pada lelaki itu.

"Lo tahu? Jere itu udah sayang banget sama Tina, udah baik bangetlah pokoknya dan dengan seenak jidat lo, lo ngehancurin pas Jere mau nembak," ujar Bin mengingat betapa jahatnya Geri saat menggagalkan rencana Jere untuk mencurahkan perasaannya pada Tina.

Tidak mau memberi waktu untuk Geri memotong ucapannya. Bin ingin membuatnya sadar, bahwa yang ia lakukan selama ini menyakiti gadis yang ia cintai. Bin kembali berkata, "Kalau lo sayang sama Tina, kenapa dulu lo selingkuhin dia?" tanya Bin sambil menatap laki-laki itu.

"Gue gak selingkuh! Jangan sok tahu deh lo!" Geri membela diri.

Tina tertawa. "Gak kata lo? Pergi deh lo! Gue mau makan!" ujar Tina judes sambil menerima mangkok bakso yang diberikan Bu Dani.

"Makanya dengerin gue dulu,"

"Iya-iya! Entar aja dah, lo pergi dulu," usir Tina benar-benar muak.

"Serius?" tanya Geri berharap Tina benar-benar serius akan mendengarkan penjelasannya mengenai opini penyelingkuhannya itu.

"Iya! Sana dah," Tina mendorong tubuh Geri. Tanpa aba-aba apalagi, Geri segera pergi dengan senyuman merekah di bibirnya.

"Kamu serius?" tanya Bin tidak percaya.

"Liat nanti deh Bin, kalau aku mood dengerin dia," ujar Tina sebelum meneguk air putih yang baru diberikan oleh Bu Dani.

"Gatau kenapa, aku nyaranin dengerin aja dulu. Siapa tahu masuk akal," ujar Bin sambil tersenyum.

Mantan Kok Romantis [COMPLETED]Where stories live. Discover now