CSM:1 Anisa Shafa

25.2K 624 120
                                    
















===

Langkah kaki Anisa terhenti, saat ia sudah sampai di depan ruang kelas kampusnya. Gadis berhijab berusia 20 tahun itu, kini hidup sebagai yatim piatu. Bekerja keras apapun yang bisa ia lakukan demi kelancaran kuliahnya. Orang tua Anisa meninggal  seketika secara bersamaan kerena kecelakaan di tempat kerja.

Saat itu, Anisa kecil masih berusia 13 tahun. Sungguh terpukul pada masa itu. Namun, waktu itu masih ada keluarga yang mau menghidupinya dengan mengirimkan uang. Anisa kecil, tinggal dengan neneknya seorang.

2 tahun kemudian, sang nenek menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan Anisa remaja sebatang kara. Mulai tumbuh dewasa, ia sadar jika tidak baik selalu bergantung pada orang lain, walau itu kerabat sendiri.

Awal masuk sekolah menengah atas, Anisa putuskan untuk bekerja serabutan. Ia tak malu jika harus menjadi pengasuh bayi. Apapun Anisa lakukan untuk bia bertahan hidup dan sekolah. Bersyukurnya, sedikit demi sedikit upah Anisa bisa membawanya berkuliah di universitas negeri.

"Anisa!" panggil seseorang dari arah belakang Anisa. Sontak gadis itu menoleh kebelakang.

"Ah, ada apa, Shely?"

Gadis bertubuh gempal itu, nampak tersenggal-senggal nafasnya karena berlarian. "Mari kita pergi menonton di bioskop." ucap Shely masuh dengan nafas pendeknya.

"Maaf, aku tidak bisa dan pasti kau tahu apa alasanku."

"Bolos bekerja satu hari saja."

"Tidak bisa. Baiklah, aku pergi, Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam! Kau sungguh menyebalkan." upat Shely.

Anisa terus melangkah kedepan menuju gerbang utama kampus. Gadis dengan tas kecil di punggung juga tangannya itu, menyetop angkutan umum menuju ke rumahnya.

Sebenarnya bukan rumahnya jug, itu adalah rumah sang nenek. Rumah peninggalan orang tua Anisa dan segala aset milik orang tua Anisa, di bawa kabur oleh sang paman tanpa sepengetahuan siapa pun, termasuk Anisa.

Paman Anisa menjual rumah orang tua Anisa, membawa kabur satu mobil, juga uang di brankas rumah Anisa. Pada saat semua berduka, paman Anisa melancarkan aksinya secara pelan dan halus. Keberadaan sang paman kini tak tahu di mana.

Tapi, hati Anisa sudah mengikhlaskannya. Jadi gadis itu menganggap kasus ini telah selesai secara damai, walaupun sepihak.

Dan inilah, rumah kecil dengan berbagai kesederhanaannya. Menjadi tempat berteduh Anisa sekarang. Ia bersyukur, sang nenek sangat baik kepadanya.

"Assalamualaikum." ucap salam Anisa saat masuk kedalam rumah.

Baru saja gadis duduk dan menyalakan televisi, ponsel Anisa bergetar di saku gamisnya. Terpampang nomor tak di kenal di layar ponselnya.

"Aku harus mengangkat atau tidak?" gumam Anisa.

"Angkat saja." putus Anisa.

Klik!

"Assalamualaikum...?" ucap Anisa ragu.

Cinta Seorang Muslimah (Sebagian UnPub)   -=Story 1=-Where stories live. Discover now