Part 17

280 20 0
                                    

Nica membuka pintu kamarnya. Nica terdiam memandangi sekeliling kamarnya. Lalu dengan langkah gemetar dia berjalan. Tak lupa dia menutup kembali pintu kamarnya.

Dia sedang ingin sendiri. Berharap tak ada seorangpun yang mengganggunya. Nica duduk di kursi dimana tempatnya biasa belajar. Masa bodoh dengan kursi yang akan ikut basah karena bajunya yang basah kuyup.

Nica baru saja sampai dan tak sempat mengganti bajunya. Mata Nica menatap sebuah foto dengan bingkai bewarna cokelat yang di ujungnya terdapat tedy bear lucu. Nica meraihnya.

Di sana ada foto dirinya bersama dengan Verro di sebelahnya. Nica yang merangkul Verro dan menunjukan pose dua jari sedangkan Verro yang berdiri tanpa pose dengan senyuman tipis menghiasi wajah tampannya.

Sekarang Nica paham kenapa dia menemukan foto itu di lacinya yang terkunci. Sebelum dia amnesia, dia sengaja menaruh foto itu di dalam dan menguncinya.

Dia melakukannya setelah Verro menyatakan perasannya di halte bus malam itu. Saat itu dia benar - benar membenci Verro. Nica kembali meletakan foto itu pada tempatnya.

Kini dia tidak meletakannya di dalam laci seperti sebelumnya. Tapi di meja belajarnya. Lalu di sudut meja belajar Nica melihat sebuah kotak kecil bewarna hitam dengan pita abu - abu menghiasinya.

Nica meraihnya dan membuka isinya. Di sana ada sebuah gelang bewarna hitam dengan sebuah bandul berbentuk sayap. Nica mengenal gelang itu.

***
Verro menerobos memasuki halaman rumah itu. Dia bertemu dengan seorang bocah perempuan yang menurutnya tak asing. Anak perempuan itu! Anak perempuan yang dilihatnya kemarin di taman hiburan.

Lalu bocah perempuan dengan poni yang menutupi keningnya itu mengulurkan tangannya memberikan bola karet milik Verro. "Nama aku Nica." katanya dan dengan ragu Verro meraih bola karet pemberian Mamanya.

"Nama aku Verro." kata Verro. Tatapan Nica terjatuh pada gelang hitam dengan sebuah bandul kecil berbentuk sayap yang melingkar indah di pergelangan tangan mungil Verro.

"Gelang kamu bagus" puji Nica, Verro lantas menatap gelang yang melingkar indah di pergelangannya."Beli di mana? Aku mau dong." tanya Nica namun tatapannya masih terarah pada gelang tersebut seakan sangat menginginkannya.

"Hadiah dari Mama." jawab Verro lalu melepaskan gelang tersebut dan memakaikannya pada Nica. "Sebagai tanda salam kenal, jangan sampai hilang ya." pinta Verro membuat Nica mengagguk semangat dan tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Iya gak akan hilang, janji." ucapnya dan mengacungkan jari kelingkingnya. Verro mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking mungil Nica."Kapan-kapan kita ke taman hiburan bareng ya." pinta Nica dan Verro mengangguk menyetujui.
***

Nica memegang kepalanya saat ingatan itu muncul lagi menimbulkan rasa sakit di kepalanya. Nica kembali menatap gelang itu. Dia meraihnya dan mencoba memakainya.

Namun sayang, gelangnya sangat kecil sehingga tidak muat di pergelangan tangannya. Kemudian Nica kembali meletakan gelang itu di tempatnya semula. Nica tersenyum tipis.

"Gue masih nyimpen Verr, ini pemberian almarhum nyokap lo. Mana mungkin gue lupa dengan janji gue dulu." Ucap Nica mengingat janji yang dibuatnya dulu kepada Verro untuk tidak menghilangkan gelang itu.

"Gue sayang sama lo."

Nica merintih kesakitan sambil memijat kepalanya saat kalimat itu kembali terngiang di pikirannya. Nica segera menutup kotak kecil yang ada di tangannya lalu meletakan kembali di sudut meja.

"IYA! SEHARUSNYA LO DIAM DARIPADA PERSAHABATAN KITA HANCUR!"

Dan kalimat yang lainnya kembali terngiang di otaknya. Dan saat itu juga air mata menetes membasahi pipi mulu Nica. Jantungnya berdebar kencang. Tangannya gemetar. Napasnya tak teratur.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang