Part 3

608 63 9
                                    

Oke, gue bakal bilang malam ini juga'
Batin Verro. "Gue sayang sama lo"
***

Akhirnya kalimat itu keluar juga dari bibirnya. Kalimat yang sejak dulu tak mampu diucapkannya akhirnya dia ucapkan malam ini. Dia merasa lega, lega karena tak lagi harus merahasiakan tentang perasaannya.

Nica terdiam seketika seakan membisu seribu bahasa. Nica masih tak percaya pada apa yang didengarnya barusan. Atau telinganya yang sedang salah?. "Hah?" Hanya itu yang keluar dari bibir Nica, dia masih terkejut dengan situasi ini.

"Gue sayang sama lo entah sejak kapan, gue tau ini salah, suka sama sahabat sendiri gue tau kalo itu salah, ta-tapi gue gak mampu terus terusan nyembunyiin perasaan ini, terserah apa yang bakal terjadi setelahnya dan sekarang gue cuma mau ngomong ka-kalo kalo kalo gu-gue sayang sama lo" kata Verro panjang lebar.

Masa bodoh apa yang akan terjadi setelahnya! Yang terpenting adalah akhirnya dia bisa mengatakan kata kata itu, kalimat itu, akhirnya dia bisa mengatakannya juga.

Nica terdiam, sekujur tubuhnya seakan kaku tak mampu bergerak, lidahnya terasa kelu tak bisa berkata sepatahpun. Namun matanya menatap Verro dengan tatapan tersirat rasa kecewa yang besar. Dalam hatinya sungguh gadis itu sangat kecewa.

Keduanya diam sampai akhirnya keheningan diantara mereka terpecahkan oleh suara Nica. "Verr, lo tau kan kalo gue udah pacaran sama Stevan sejak awal masuk SMA?" Tanya Nica kepada Verro. Yang ditanya diam lebih memilih mendengarkan kelanjutannya.

"Terus kenapa lo lakuin ini?" Tanya Nica lagi dengan suara begitu pelan namun masih terdengar di telinga Verro dan kali ini Verro menjawab. "Terus gue harus terus diam mendam perasaan gue gitu?" Tanya Verro sambil matanya menatap dalam Nica.Verro akan tau apa yang akan terjadi jadi setelahnya. Baiklah, dia sudah siap menanggung konsekuensinya.

"IYA! SEHARUSNYA LO DIAM DARIPADA PERSAHABATAN KITA HANCUR" jawab Nica dengan suara keras mengalahkan suara derasnya hujan di malam hari ini. Napasnya tersenggal-senggal setelah mengucapkan kalimat menyakitkan itu.

Jantung Nica berdebar kencang. Gadis itu kecewa pada Verro. Kecewa karena Verro telah menciptakan perasaan di antara hubungan persahabatan mereka. Apa yang akan terjadi setelahnya? Apa hubungan persahabatannya akan baik-baik saja?

Nica takut, takut jika semua akan berubah. Nica menarik nafas panjang dan menghembuskannya berharap hatinya akan tenang. Lalu kakinya melangkah menjauhi Verro. Namun dengan cepat Verro menahan lengan Nica.

"Gue mau pulang!" Bentak Nica sambil menghentakan tangannya berharap tangan besar yang menggenggamnya terlepas. Namun genggaman itu semakin erat seakan tak mau lepas. "Gue anter" ucap Verro.

***
Nica melempar handuk yang menggantung di lehernya ke sembarang tempat. Dia kini sudah mengganti pakain basahnya dengan kaus yang kering dan hangat. Nica membanting tubuhnya ke ranjang empuknya.

Pikirannya melayang ke kejadian tadi saat hujan. Dia kecewa pada Verro, dia juga masih tidak percaya bagaimana mungkin Verro ternyata menyukainya, bagaimana bisa dia mengatakan perasaannya.

Seharusnya Verro diam saja tak usah mengatakan apapun karena dia tidak ingin hubungan mereka menjadi canggung dan akward dan akhirnya persahabatan mereka hancur.
Nica tak ingin seperti itu.

Mata Nica melirik sebuah foto di atas nakas dengan bingkai bewarna cokelat dengan gambar teddy bear menimbul di sudut bingkai. Di foto itu ada dirinya bersama Verro, Nica yang mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf V dan sebelah tangannya merangkul akrab leher Verro sedangkan Verro hanya tersenyum tipis.

Nica ingat betul kapan foto itu dimbil. Foto itu dimbil ketika mereka pertama kali masuk SMA dan mengikuti kegiatan MOS yang biasa dilakukan sekolah setiap tahunnya. Dengan geram Nica lantas meraih bingkai itu lalu membuka laci nakas paling bawah.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang