Riryn dan Metta saling bertukar pesan. Hanya mereka berdua yang mengirim pesan, Tyara dan aku tidak ikut dalam topik mereka. Namun sekarang rasanya aku ingin ikut dalam pesan mereka untuk mengingatkan mereka agar tidak mengaktifkan ponsel mereka di sekolah.
Setelah sampai di lantai sepuluh nanti, aku akan menambahkan Clay dalam grup chat. Kemudian Five Rain Women akan lengkap.
Kuperhatikan angka yang ada di pintu, angka di sana menunjukkan enam, yang mana halnya aku sudah berada di lantai enam. Memang melelahkan, tetapi rasanya tidak terlalu terasa jika menaikinya sambil melakukan hal lain.
Saat hendak menaiki tangga lagi, tiba-tiba saja aku menyadari ada seseorang yang berlari dari tangga atas karena suara yang cukup keras. Menghindari tabrakan yang mungkin terjadi, aku memilih berhenti berjalan sekaligus beristirahat.
"Eh?" Suara ngos-ngosan membuatku mengangkat kepalaku, mengalihkan perhatian dari ponselku. "Alenna?"
"Arlan? Lho, kok...?"
Kata-kataku tertahan saat melihatnya mengatur napas. Kukeluarkan botol minumanku yang seingatku belum habis.
"Nih, minum dulu," ucapku sambil membuka mulut botol, karena aku selalu meminumnya dari pembuka kecil di atas, bukan membukanya langsung seperti saat aku hendak mencucinya. Kupikir juga, Arlan Pratama tidak akan mau menerima minumannya jika meminumnya dari sana.
Untungnya, Arlan Pratama menerima botol minuman yang kuberikan dan meminumnya.
"Kalau kamu buru-buru begitu, kenapa naik tangga?" Aku menjeda ucapanku saat merasakan ada yang aneh dengan kata yang kuucapkan. "Maksudku, turun tangga."
Arlan Pratama meminta tutup botol, aku memberikannya dan dia mengunci botol minuman.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arlan Pratama.
"Harusnya aku yang bertanya padamu, kan?" tanyaku balik.
"Tadi aku telepon, tapi kamu--"
Aku langsung memperlihatkan layar ponselku yang masih menyala, "Tidak ada signal di sini."
"Kayaknya paru-paruku bisa lepas dari tempatnya," ucapnya, masih mencoba membuat napasnya stabil.
"Enggak, kok. Kamu ngos-ngosan karena berlari, jadi jantungmu memompa lebih cepat. Darah mengantar oksigen ke seluruh tubuh dan sekarang kamu merasa harus mengambil napas banyak-banyak karena alveolus nyaris kehabisan stok oksigen. Bernapasnya coba pelan-pelan saja agar pertukaran oksigen dan karbondioksida--"
Arlan Pratama memotong ucapanku, "Aku khawatir, tahu! Malah review pelajaran IPA!"
"Tidak usah berlebihan, aku sudah sering pulang sendiri. Kamu juga lihat sendiri kalau kita satu bus, iya kan?" tanyaku yang entah kenapa dibalas dengan tatapan datar oleh anak itu.
"Begitu ya?"
"Iya. Oh ya, kamu tidak lupa kan, kalau kamu lagi buru-buru?" tanyaku.
"Enggak," balasnya pendek.
"Jadi? Kenapa berhenti di sini?" tanyaku.
"Alasanku berlari sudah ada di depan mata," ucapnya.
Aku menatapnya agak lama, lalu berhenti di benang merah dan botol minumanku yang masih dipegangnya, "Kalau kamu haus, harusnya kamu tidak berlari, sih."
"Kamu tahu nggak sih, apa yang terjadi di sini?" tanya Arlan Pratama sambil mengembalikan botol minumanku.
Kuterima botol minumanku dengan penuh tanda tanya, "Memangnya ada kejadian apa?"
"Liftnya macet, pintunya tidak mau terbuka, dan ada banyak orang yang terjebak di dalam sana. Katanya sudah lima menit, waktunya pas banget sama pas kamu chat bilang kalau kamu sudah sampai di gedung, makanya kupikir kamu juga terjebak."
"Tadi lift masih beroperasi sih, saat aku memutuskan naik tangga," ujarku.
Ya, tadi memang saat aku sampai, aku memberitahunya lewat pesan. Dan aku juga lihat sendiri bahwa ada yang menunggu di depan lift, tetapi aku tidak menggunakannya karena mengikuti saran Clay.
Clay mengatakan hal yang menjadi sekebetulan ini?
"Oh? Berarti nyaris, ya. Ini kebetulan yang agak melegakan. Ngomong-ngomong, kenapa kamu mendadak rajin mau naik tangga?"
Mungkin, ini bukanlah kebetulan, mengingat Clay menunggu di depan gerbang untuk menyampaikan hal ini.
Ah ...
Mendadak aku teringat dengan sesuatu.
Clay mungkin tahu dimana aku bersekolah dengan melihat logo di seragamku saat kami bertemu untuk pertama kalinya di halte.
Tapi ... Kenapa Clay sangat yakin bahwa aku adalah adik tingkatnya? Padahal sebelumnya kami tidak pernah bercerita apapun soal kelas kami saat di halte. Memanfaatkan peluang yang tidak pasti dengan mempertaruhkan risiko yang besar, aku tidak akan mungkin berani melakukan hal itu.
Bagaimana jika ternyata kami seangkatan dan aku sudah pindah ke SMA lain?
Bukankah berdiri di gerbang dan menunggu saat masih jam pelajaran menandakan bahwa Clay sangat percaya diri bahwa aku memang di sana?
"Uhm, kebetulan, aku mendadak ingin naik tangga," ucapku di tengah kebingungan yang kini melandaku.
"Siapa orang rajin yang mendadak ingin naik tangga? Hanya Alenna," ucapnya sambil tertawa.
Aku tidak tertawa, karena aku menemukan kebetulan yang satu ini ... agak menakutkan.
"Bukankah kamu tidak percaya kebetulan? Apakah mungkin ini takdir lain yang kamu maksud?"
***TBC***
9 Juli 2019
Cindyana's Note
Paus hobi banget ya, menebar clue untuk next LFS wkwkwkwkw.
Jadi sebenarnya, di setiap LFS, semua heroine akan bertemu dengan dua orang heroine lain LFS setelah insiden Those Rain. Seharusnya sih, dari pattern yang ada, kalian bisa tahu siapa yang bakal ketemu siapa.
BTW insiden lift macet ini pernah terjadi di real life. Aku melihat langsung kejadiannya, tapi untungnya bukan sebagai yang terjebak.
Ada yang trauma sampe pingsan dan nangis-nangis pas keluar setelah nyaris setengah jam. Karena kejadiannya sudah agak malam dan sirkulasi udara di lift memang tidak terlalu bagus sejak awal. Lift macet ini dapat terjadi apabila beban muatan melebihi total beban yang telah ditentukan.
Walau kadang ada lift yang nggak mau ketutup jika overweight, estimasi dari lift itu sendiri terkadang bisa lewat dikit dan menyebabkan kejadian serupa. Yang paling bahaya ya, tali kabelnya sampai putus. Jadi, keluar saja dari lift kalau kamu merasa terlalu ramai (tips paus yang tentu saja sudah diketahui ratusan juta umat).
Oke, aku sudah bisa predict total chapter di Red String, tapi aku ga bakal spill out karena kalian bakal tahu kapan klimaksnya. Aku ingin kalian menerimanya dengan sangat tiba-tiba tanpa terencana. Tenang, >10 chapter, kok. Wkwkwk.
See you on the next chapter!
Cindyana
VOUS LISEZ
LFS 2 - Red String [END]
Fantasy[Little Fantasy Secret 2] Alenna mungkin terlihat seperti anak SMP kebanyakan, kecuali satu hal yang membuatnya istimewa; Alenna bisa melihat benang merah takdir. Namun Alenna tidak menganggapnya sebagai anugerah yang berarti. Mendapat peringkat per...
The Twenty Seventh Thread - "Feeling is Something Confusing"
Depuis le début
![LFS 2 - Red String [END]](https://img.wattpad.com/cover/167548547-64-k308475.jpg)