The Twenty Seventh Thread - "Feeling is Something Confusing"

Comenzar desde el principio
                                        

... Atau mungkin bukan.

Kudekati gerbang dan semakin dekat dengan pintu gerbang, aku semakin yakin kalau kami memang pernah bertemu.

"Alenna!"

Langkahku terhenti saat hendak melewatinya. Gadis itu melambaikan tangannya ke arahku, seolah memintaku mendekat.

Kurasa memang kami pernah bertemu sebelumnya.

"Kamu ingat aku, kan?" tanya gadis itu sambil menunjuk dirinya sendiri.

Kuperhatikan seragam sekolahnya. Seragam standar putih abu-abu dan logo sekolahnya sama dengan logo sekolahku, berarti kakak kelasku.

Gedung SD-SMP dan SMA memang terpisah. Lebih tepatnya, posisinya saling membelakangi. Jadi, dari gedung dan gerbang, semuanya memang tidak memungkinkan. Hampir mustahil bertemu dengan siswa SMA, karena jam pulang sekolah memang tidak sama.

Aku mencoba menggali ingatanku dalam-dalam, karena aku juga tahu bahwa aku memang mengenali orang ini. Kulirik ponsel yang dipegangnya, lalu menyadari bahwa ada gantungan kunci jaring yang familier.

"Clay?" Aku mengelus tengkukku.

"Oh, kamu masih ingat, rupanya." Clay melempar senyum.

Mengingat kejadian di halte terjadi saat aku kelas delapan, Clay pastilah di kelas SMA 1 saat ini.

"Aku ... tidak tahu kamu kakak kelasku," ucapku gugup.

Clay langsung tertawa, "Santai saja."

"Jadi, Kak Clay sedang apa berdiri di depan gerbang SMP?" tanyaku gugup.

Semoga saja Clay tidak menganggapku kurang ajar, karena aku tahu persis bahwa Clay bukanlah alumni SMP di sini.

"Eh? Kak Clay?" tanya Clay sambil menahan tawanya. "Jadi aneh, kalau dipanggil seperti gitu."

Aku panik. Padahal aku sudah mempersiapkan jawaban jika seandainya Clay menganggapku adik kelas yang buruk. Namun ternyata dia lebih penasaran dengan panggilan yang kuberikan.

"Uh--kan, Kak Clay kakak kelas," jawabku canggung.

"Haha, iya, santai aja, aku hanya merasa lucu, kok." Selanjutnya, Clay menatapku lurus, tetapi dia masih tersenyum. "Aku ke sini karena ingin bertemu denganmu."

Aku mengerjapkan mata, "Kenapa, Kak?"

"Hmm, aku agak bingung juga bagaimana menjelaskannya padamu, tapi aku boleh bertanya dulu, kan?" tanya Clay.

Aku mengangguk, "Boleh, Kak."

"Habis ini kamu mau kemana?"

"Pulang," balasku.

"Langsung pulang?" tanya Clay.

Kuanggukan kepalaku lagi, "Iya, Kak."

"Beneran?" tanya Clay lagi.

"I-Iya, Kak."

Clay menatapku agak lama, lalu menghela napas. "Oke, janji, ya!"

Clay menaikkan jari kelingkingnya, membuatku melihatnya seperti sedang mengangkat benang merahnya dengan jelas. Saat sedang bingung apa yang ingin dilakukan Clay, dia lebih dulu menjelaskan.

"Janji?"

Aku akhirnya mengaitkan kelingkingku pada kelingking Clay, walaupun aku tidak mengerti mengapa aku harus berbuat janji. Namun rasanya agak aneh, mengingat aku baru pernah melakukannya dengan Papa dan Mama, sementara ini baru kedua kalinya aku bertemu dengan Clay.

"Clayrine, buruan! Kita sudah keluar lima belas menit. Nanti disangka bolos, lho!" Terdengar suara laki-laki dari balik tembok gerbang.

Clay merespons suara itu dengan agak malas, "Iya, iya, bawel banget, ih." Clay kembali beralih kepadaku. "Ingat ya, janji!"

LFS 2 - Red String [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora