📒 02 ✏ Market (heart) Mapping ? ✏

Mulai dari awal
                                    

Mendengar celoteh Qiyya memang tidak akan ada habisnya. Membalasnya justru akan membuat hati Hafizh semakin menciut dengan gurauan Bundanya yang begitu menohok hatinya. Sepertinya setahun kemarin Hafizh yang mengolok masnya kini olokan itu terarah kepadanya.

Bukan karena Hafizh menghindar, namun dia masih ingin fokus untuk membangun dinasti pekerjaannya. Seperti pagi ini, harusnya Hafizh melakukan mapping pasar untuk barang jualan mereka. Mengenai pakaian siapa lagi yang bisa diandalkan kalau bukan ibu-ibu dan remaja putri.

Karena di butik Bundanya tersedia dari berbagai jenis pakaian mulai dari kalangan bawah menengah dan kalangan atas itu sebabnya Hafizh ingin mengadakan survei. Sejumlah riset di berbagai titik yang memang harus dia segerakan supaya mini projectnya dalam waktu dekat bisa segera goal.

Hafizh memang sudah beberapa hari terakhir ini membuat project untuk bisa export bahan baku, bahan setengah jadi dan juga barang jadinya. Tujuannya rata-rata memang ke negara tetangga yang sementara tergabung dalam kelompok APEC. Karena perjanjian dari APEC itu yang sedikit memberikan celah serta kemudahan untuk saling menguatkan perekonomian.

"Kamu jadi nggak nih surveynya? Kalau nggak jadi bunda ke butik loh, harus meriksa kas dan laporan yang dibuat Fatia kemarin." Kata Qiyya kepada putranya.

Hafizh yang semula sewot melihat bundanya telah bersiap tentu sangat senang sekali. Jalan berdua dengan sang bunda itu seperti jalan dengan pacar. Bisa bergandengan, mesra dan satu hal lagi yang paling penting Hafizh nggak perlu ngeluarin uang buat bayar kalau mereka makan bersama. Ah, laki-laki macam apa itu Hafizh_Hafizh.

"Jadi dong Bun, tunggu sebentar bang Hafizh ambil kemeja dulu." Kata Hafizh seraya meninggalkan bundanya.

Marah dengan olokan bunda Qiyya, tentu saja tidak. Bunda mengolok seperti itu ya sama seperti daddynya. Maksudnya untuk selalu mengingatkan putra-putri mereka supaya tidak pacaran sebelum menikah.

"Kita memangnya mau jalan kemana Bang? Kok sampai kamu ngajakin Bunda?" tanya Qiyya saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Ke sekolah TK sama SD Bun."

"Lah kok ke sekolah?"

"Mahmud itu banyak yang nungguin anaknya sekolah di TK Bunda dan quisioner yang sudah Hafizh buat memang untuk diisi mereka. Jika kita melihat sekolahnya dengan biaya yang tidak sedikit itu artinya golongan mereka menengah keatas. Jadi masuk kan di butik Bunda." Kata Hafizh yang sudah mengemudikan mobilnya menuju ke sebuah sekolah TK yang paling favorit dijadikan tempat ngumpul ibu-ibu sosialita.

"Mereka sosialita, nggak mungkin tiap hari pake baju itu-itu saja. Pasti seenggaknya butuh minimal 10 pieces. Selain pakaian mereka butuh sepatu, tas, perhiasan untuk menunjang penampilannya. Apa lagi yang itu, harus kita bidik. Bagaimana kita bisa melebarkan sayap untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan menawarkan program kepada mereka seperti arisan tas branded, arisan sepatu branded. Hafizh pikir itu lebih masuk daripada kita menawarkan barang dengan metode lama. Kita tinggal bikin group dengan mereka, mereka bisa sebagai reseller, dropshipper atau apalah itu namanya. Jadi intinya, bukan hanya kita yang bersentuhan dengan pembeli langsung tetapi juga kita bisa membuat sistem keagenan kepada mereka." Panjang lebar Hafizh menjelaskan kepada Qiyya.

Sesuai dengan rencana awal karena memang Hafizh belajar di bidang keuangan dan juga tentang pemasaran jadi dia begitu lihai membuat ibu-ibu muda itu dengan ikhlas dan sukarela membantunya mengisi quisioner yang telah dia buat.

"Mas buat apa sih ini?" tanya salah satu ibu muda itu kepada Hafizh. Melihat penampilan Hafizh memang tidak ada tampang seorang sales. Dia mengenakan celana jeans, kaos dengan kemeja lengan panjang yang digulung sesiku dan dikenakan tanpa dikancingkan.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang