2.BUSAN,13 JUNI 2015

2.9K 214 26
                                    

Gadis remaja berpakaian sekolah itu berdiri di depan gerbang rumahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis remaja berpakaian sekolah itu berdiri di depan gerbang rumahnya.. di tempat yang sama seperti biasanya dia berdiri selama bertahun-tahun.

Berdiam diri menatap kosong kedepan dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Terkadang memang dia berfikir sepertinya semua rasa dalam dirinya memang sudah mati.

Di dalam sana keributan masih selalu terjadi.
Tapi karena ini mungkin jadi hal yang biasa tidak satupun dari seseorang yang ada di luar sini menghiraukan hal itu.

Dulu sekali tetangganya yang baik hati dengan seorang anak laki-laki dengan senyuman manis itu pindah Dan sejak saat itu tak pernah ada yang memperdulikannya lagi.

Dia menghela nafas dan memejamkan mata mencoba melihat semua yang terjadi di dalam dengan telinganya.

Sebuah benda terjatuh di lantai suaranya cukup mengagetkan dan membuatnya terkejut.
tapi itu bukan terjatuh lebih tepatnya sengaja di jatuhkan.
Suara perdebatan dari laki-laki dan perempuan masih saling bersautan di dalam sana seakan-akan berlomba siapa yang mampu terdengar paling keras.

Dan akhirnya teriakan wanita yang sangat familiar, yang hampir dia dengar seumur hidupnya itu terdengar.
Tanpa sadar dia meremas rok kotak-kotaknya dengan sekuat tenaga.
Air matanya bahkan menetes begitu saja meskipun matanya tertutup.

Mendengar suara pintu gerbang hendak di buka diapun sedikit bergeser dan bersembunyi di samping pintu agar tidak terlihat.

Setelah laki-laki itu pergi, diapun bergegas masuk.
Menghapus air matanya dan berusaha memasang wajah seperti biasanya...

" Ibu... Aku pulang..."

Teriaknya seakan memberi pertanda bahwa ibunya harus segera membersihkan kekacauan yang terjadi agar anaknya ini tidak melihat apa yang terjadi sebelumnya.

Dan benar saja saat gadis itu masuk dia medapati ibunya menunduk mengambil satu persatu pecahan entah itu apa karena bentuknya sudah tidak terlihat lagi.
Dia ikut menunduk dan membantu mengambil pecahan beling di lantai.

"Kenapa kau selalu menjatuhkan barang-barang bu.."

Kini ia menatap ibunya dan melihat lebab di sudut bibir dan dahinya.
Dia sudah menebak apa yang terjadi sebetulnya, pukulan yang ibunya terima bukan pukulan yang pelan
Dan itu pasti sangat sakit.

Dia hanya diam saja terus merapihkan beling ke dalam tempat sampah tidak berkomentar apapun walaupun rasanya matanya sudah sangat panas dan air matanya sudah ingin keluar.

Tapi dulu sekali saat dia melihat ibunya di pukul habis-habisan oleh ayahnya hanya karena seorang tetangga masuk kerumah untuk meminjam tangga, dan saat itu dia benar-benar menangis keras sekali karena ketakutan.
Ibu memeluknya dan berkata..

"Ibu sangat berharap dirimu tidak harus melihat apa yang terjadi. pergilah bermain keluar saat ayahmu sedang marah, percayalah ibu tidak akan apa-apa"

Lilly Series's part 1: FATE ✔️ (COMPLETED)Where stories live. Discover now