04. I am H E R E

359 46 55
                                    


Brak!
Yoongi melemparkan kasar Yang Pyo ke dalam container kosong. Tidak ada penerangan apa-apa di sana selain dari jendela kisi kecil di sisi pintu. Cahaya masuk dari cahaya bulan yang hampir purnama beberapa hari lagi.

Gigi rapi pemuda kecil itu menggigit sebuah senter kecil sambil sibuk mengatur napas. Jelas dia ngos-ngos-an, baru saja dia menyeret seorang pria besar dengan tinggi 188 cm melewati medan hutan di daerah rumah pribadi keluarga Profesor Park. Dia sengaja memilih jalur yang sulit untuk menghindari pantauan kamera pengawas.

Dengan penerangan seadanya--senter kecil di mulut--Yoongi meraba-raba tiap saku jas dan celana Yang Pyo. Yoongi mendapat sebuah dompet. Dia menyimpannya ke dalam saku jaketnya, bergabung bersama ponsel Yang Pyo yang Yoongi pungut saat terjatuh waktu menghadapi serangan tiba-tibanya di jalan.

Yoongi pergi dari container itu dan pergi ke container lain tepat sebelahnya. Yang ini berbeda. Ada banyak perabotan di sana. Kasur yang berantakan, sebuah meja bundar dengan banyak makanan sisa di atasnya, juga satu set komputer lengkap dengan enam monitor. Yoongi melepas pakaiannya menyisakan hanya sebuah kaos hitam lengan panjang kedodoran dan celana jins panjang yang memiliki sobekan besar di bagian lutut.

Selagi menunggu komputernya menyala, dari jaketnya dia mengeluarkan semua barang sitaan dari sanderanya. Dia melempar asal saja ke meja komputer.

Yoongi kini duduk di kursi putarnya menekan-nekan keyboard komputer. Layar menampilkan video pendek dari SNS akun bernama @JiminPark_. Berisi salam selamat pagi yang pernah Jimin rekam saat hari pertama bersekolah awal tahun ini.

“Hai selamat sekolah lagi semuanya. Selamat musim semi. Dari aku dan Paman Yang!” kata Jimin di dalam video.

“Paman Yang ada yang ingin disampaikan?” tampilan video goyang segoyang-goyangnya berputar menyoroti seorang pria sedang menyetir. Lalu tersenyum dan bilang, “Aduh aku malu. Tuan muda Jimin saja!”

“Ei… katakan saja apa saja!”

“Selamat pagi!”

Video berakhir dengan kamera kembali menyoroti Jimin tersenyum melambaikan tangan. “Annyeong!”

Yoongi mengunduh video itu. Melakukan crop pada bagian si pria tua. Yoongi tahu betul itu adalah pria yang sama dengan yang sedang dia sekap di sebelah.

Dengan software khusus Yoongi mengambil sampel suara Yang Pyo waktu mengatakan selamat pagi. Menggantinya menjadi kode-kode khusus untuk disarukan. Lalu Yoongi merekam suaranya sendiri. Mengatakan sesuatu, tapi hasil jadinya adalah suara Yang Pyo.

Pekerjaan selanjutnya adalah membobol ponsel Yang Pyo. Yoongi melihat tiap sudut ponsel pintar tua itu. Lalu menekan tombol power. Ponsel itupun menyala. Ada kode kunci dengan pola yang menyambut di layar.

Yoongi bisa saja melakukan langsung prosedur hacking yang rumit, tapi bukan Yoongi namanya kalau tidak memilih cara paling sederhana.

Dia mencari sumber cahaya dan melihat layar LCD ponsel dari sisi port USB. Benar kan? Pemuda itu langsung bisa membaca jejak goresan pola yang selalu Yang Pyo gunakan saat membuka kunci. Kalau bisa mudah kenapa harus sulit? Prinsip Yoongi.

Di dalam kontainer tepat di sebelah rumah kontainer biru milik Yoongi, Yang Pyo mulai terbangun dan mendapati dirinya entah berada di mana dan sedang terkurung.

“Tolong!”

Krak! Krak! Brak!

“Tolong!

“TOLOOONG!

“ADA ORANG DI SINI!” Semakin malam semakin keras teriakan pria paruh baya itu.

Di atas kasur 3 kakinya Yoongi bisa mendengar sayup-sayup kebisingan dari sebelah. Namun dia berlagak seolah tak mendengar apapun dan mulai tidur. Dia tidak perlu khawatir, dia sudah mengunci rapat tempat itu dengan beberapa gembok besar. Juga, kawasan gudang ini tak berpenghuni selain dirinya, tidak akan ada yang tahu kalau ada seseorang sedang disekap.

ARTIFICIAL SOUL [re-run ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang