Kyra saat ini tengah terduduk dengan kedua tangan merangkul kedua lututnya dan menyembunyikan wajah serta isakan tangisnya.

Sesekali ia mengelap air mata itu dengan punggung tangannya, menghapus jejak air mata dan bekas eyelinernya yg luntur. Namun air mata itu masih saja berhasil lolos dan kembali membasahi pipinya.

Sudah sekitar lima menit ia berada disitu. Zia dan Dinda tak mengejarnya, entah karena apa. Mungkin mereka tak menyadari jika Kyra berada disini.

Tak lama, ternyata Hendra menghampirinya disini.

Merasa ada yang datang, Kyra mendongakkan kepalanya. Didapatinya Hendra yg tengah menatapnya.

"Ka... Kak Hendra? Ng ngapain?" tanyanya berusaha menghapus air matanya.

"Lo gak pa-pa?" tanya Hendra balik.

"Nggak apa," jawab Kyra sambil menundukkan kepalanya. Bagaimana mungkin ia tidak apa-apa? Hatinnya sungguh sakit.

Kyra menundukkan kepalanya, ia malu menatap Hendra, karena ia sudah menyia-nyiakan orang yang sungguh mencintainya dan malah mengejar orang yg justru tak melihatnya sedikitpun.

"Ma-- maafin aku Kak," ucap Kyra menunduk masih sambil sesenggukan.

"Udah, Loo jangan nangis. Air mata Lo terlalu berharga buat nangisin orang kayak gitu," ujjar Hendra menenangkan.

Kyra masih tetap menangis. Ia merasa sedih, kesal, kecewa dan malu saat ini. Bagaimana tidak malu?  Ia menyatakan perasaannya kepada seorang Arka ditengah lapangan sekolah.
Sudah pasti hal itu menjadi perhatian semua orang. Alih-alih berharap ia diterima oleh Arka, justru orang itu menolaknya tanpa satu katapun.

Ya, Arka langsung  meninggalkan Kyra tanpa berbicara satu katapun. Sakit? Tentu saja, Malu apalagi. Karena setelah itu pasti ia akan menjadi bahan pembicaraan orang lain.

"Kak," panggilnya dengan suara seraknya.

"Hm??" sahut Hendra.

"A aku harus gimana kak?" tanya Kyra lemah.

"Apa?" tanyanya bingung.

"Aku malu. Aku, aku pasti jadi bahan pembicaraan orang lain. Aku-- aku takut, pasti setelah ini aku akan dibully," ujarnya terbata.

"Lo tenang aja, ada gue disini yg akan selalu melindungi Lo," ujar Hendra.

Kyra mendongakkan kepalanya menatap Hendra. Ia tak paham dengan maksud ucapan Hendra barusan.

"M... Maksudnya?" tanyanya.

Hendra tersenyum manis kepada Kyra dan berkata, "Gue  ulangin pertanyaan gue, Lo mau jadi pacar gue?"

"Eh?"

"Gimana?"

"Ta-- tapi Kak, a aku gak bisa," ujar Kyra kembali menundukkan kepalanya menatap rumput yang ia pijaki.

"Kenapa?" tanya Hendra.

"Aku gak mau, aku gak mau ngejadiin kakak cuman sebagai pelarian. Aku gak mau nyakitin kakak, aku gamau buat kakak menyesal," ujarnya.

"Lo gak pernah nyakitin gue, dan Lo gak akan pernah bikin gue menyesal," jelas Hendra.

"Tapi aku udah sering nyakitin kakak. Aku selalu menolak kakak."

"Tapi bagi gue, semua itu bukan penolakan. Karena semuanya butuh proses dan perjuangan. Dan gue yakin, suatu saat Lo pasti jadi milik gue." jelas Hendra.

"Tapi ka-"

"Lo tinggal jawab, mau apa engga?"

Kyra menghela nafas perlahan dan berpikir sejenak kemudian mengangguk dan berkata, "aku akan berusaha," ucapnya sambil tersenyum.

Manis, Tapi Galak [END || REVISI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora