"Muka lu udah merah, cal,"

"Bodoamat jir, tadi lu janji." Geleng gua. "Andy, lu nyikut gua sekali lagi abis lu ya, serius gua."

Gue pasti udah gila, karena yang pengen gue lakukan cuma ketawa, dan tiduran di lantai; kalo gue nyium andy, dia marah gak ya?

"Gua mau nelfon sepupu gua." Cengir gue, yang kesikut meja aja geli. "Dengerin gua, ndy, gua bukan orang jahat."

"Cal—"

"Cal?" Ah, mana si luke?! Kenapa ben yang ngangkat?! "Luke udah tidur, kenapa?"

"Okay, can you please tell him," gue memotong omongan gue barusan, lantas menghabiskan minuman yang baru. "—kalo gua capek, sama adek lo?"

"Cal? Lo dimana, sih, gila?"

"That im tired of being the bad guy," suara gue mulai meninggi. "That i'd rather seeing him dead? that im fucking tired of his bullshit! Of y'all bullshit!"

"Cal, lo denger gak sih lo ngomong apa?! Lo dimana sekarang?! Mal, adek lo nih!"

"—halo, cal? Lo dimana?"

"You know what?" Rahang gue mengeras, kali ini rasanya marah semarahnya. "Fuck you all!"

"Fuck this!" Seru gue, melempar asal handphone entah kemana;

Setelahnya, gue oleng—kepala gue membentur lantai.

Semoga bangunnya waktu alkaline bukan lagi nama batre, tapi berubah jadi nama minuman.

Im not a bad guy, am i not?

Hell yeah. Im the best man anyone could ever have, dan gak ada yang sebaik gue.

Fuck them all; im the best.

***

"Seinget gua dia sekarang attachnya sama rokok, bukan minum lagi."

"Yah, banyak bersyukur lah lu pada, dia gak nyetir..."

Mata gue berat bukan main; kepala gua apalagi. Ini gua di pabrik lampu apa gimana? Sinting, terang banget.

"Cal?"

Ben, jack, mali, luke, bahkan om andy disana; ngeliatin gue seakan akan anak mereka semua hamil sama gue.

"Cal?" Tanya mali, ekspresinya gak bisa gue baca. "Lo semalem kenapa, sih?"

"Hah?" Gue mengernyitkan dahi; menatap tangan gue yang berdarah gak karuan kemarin, sekarang udah diperban. "Apaan sih, nih?"

Mali menggeleng singkat, sembari menghela nafas lantas beranjak pergi keluar kamar.

Ah, masa bodo; gue juga gak mau disini.

"Cal," tukas luke, "gue—"

"I gotta go," gue berusaha bangkit meski kepala gue rasanya dihujani duren berpohon pohon. "Gua ada kelas."

"Cal, lo masih belom sadar! Lo mau kemana?"

"Calum!"

Gue merogoh saku celana, bersyukur ketika menemukan kunci motor gua masih disana.

Setelahnya, gue lantas pergi; mereka gak perlu tau gue kemana.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now