bab 1

13.6K 587 21
                                    


Vote dulu sebelum membaca.😊

Selamat membaca.
Awas typo belum di edit ulang.

Happy reading
___ ___

***
Seperti rutinitasnya di pagi hari Rania bangun pagi sekali. Setelah menunaikan ibadah sholat, kemudian dia beranjak kedapur memasak sarapan untuk malaikat-malaikat kecilnya. Menu sarapannya adalah ayam kecap manis kesukaan malaikatnya, sebenarnya itu juga makanan kesukaannya juga mungkin anak-anak nya menyukainya karna menurun darinya.

Selesai memasak Rania menatanya diatas meja makan kemudian membuatkan 2 gelas susu hangat untuk buah hati tercintanya, walaupun dirinya makan-minum seadanya tapi asalkan kebutuhan buah hatinya tercukupi itu utama baginya.

Selesai dengan semua kegiatannya di dapur Rania kemudian beranjak untuk membangunkan buah hatinya. Buah hatinya sekarang sudah memasuki taman kanak-kanak usia mereka baru menginjak usia 4 tahun. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, rania melaluinya dengan kegigihannya membesarkan kedua buah hatinya.

Tidak mudah menjadi seorang single parent seperti dirinya, dia harus bekerja banting tulang mencari uang untuk memenuhi kebutuhan buah hatinya. Meskipun begitu dia tidak mengeluh asalkan bisa memenuhi kebutuhan buah hatinya agar mereka tidak kekurangan gizi dan bisa merasakan seperti anak-anak lainnya. Tapi hanya satu yang belum bisa mereka rasakan, yaitu mendapat kasih sayang seorang ayah? Tapi sampai sekarang ini mereka belum mempertanyakan hal itu, mungkin mereka belum tahu karna selama ini rania tidak pernah membahas sosok itu dihadapan anaknya. Biarlah mereka tau pada saatnya nanti,saat yang tepat entah kapan itu.

Kembali ke rutinitasnya, rania pergi ke kamar buah hatinya, membuka pintu lalu
terlihatlah buah hatinya sudah membuka mata. Ternyata buah hatinya sudah bangun tanpa perlu dibangunkan. Pintar sekali buah hatinya itu.

"Selamat pagi kesayangannya bunda"

"Pagi bunda" jawab mereka kompak sambil masih mengerjab-ngerjabkan matanya lucu berusah mengumpulkan kesadarannya.

"Anak bunda udah bangun, uhh pintelnya."sambil mencium pipi buah hatinya satu persatu.

"Aa yam ecap bunda." Rengek Dafa dengan menarik-narik lengan bundanya tidak sabar untuk sarapan.

"Difa uga au bunda" si adik juga ikut merengek dengan pipi menggembung yang menggemaskan.

Rania yang tidak kuat dengan keimutan putra-putrinya mengecup-ngecup seluruh permukaan wajah menggemaskan mereka berdua.

"Baiklah, tapi mandi dulu ya habis itu kita sarapan sama-sama"

Kebiasaaan buah hatinya setiap bangun tidur pasti yang ada di kepalanya hanya ayam kecap, Rania heran sendiri tidak apa mereka tidak bosan ya.

"Ayo..bunda epat ifa udhah idak sabal"

"Iya sayang ayo kita mandi dulu"

Selesai memandikan, dan memakaikan seragam pada mereka, Rania menuntun anak-anaknya ke meja makan.

Rambut Difa sudah dikepang rapi, anak itu suka sekali dikepang rambutnya, katanya ingin mirip dengan barbie. Sedangkan sang kakak Dafa disisir rapi dengan poni tersisir keatas, dia menyisir sendiri rambutnnya. Entah dari mana anak itu belajar style rambut.

"Nah, sini bunda bantu duduk" Rania menggendong anaknya untuk dinaikkan ke kursi, maklum tinggi mereka sepinggang jadi susah naik kursi sendiri.

"Dafa duluan bunda"

" idak..! Ifa uluan bunda"

"Huss, anak bunda gak boleh berebut semua kebagian,Dafa kamu ngalah dong sama adik, Dafa kan abang,ya?"

"Masa Dafa telus si bunda yang ngalah,ifa dong cekali-kali" protes Dafa sambil cemberut.

"Dafa kan abang jadi harus ngalah dong sama adik, katanya mau jadi lelaki sejati yang bisa melindungi bunda dan adik,masa ngalah aja nggak mau? gimana bisa ngelindungin bunda sama adik kalau begitu"

"eh Iaadeh bunda, Dafa kan mau jadi pelindung bunda sama adik"

"Nah gitu dong abang,itu baru namanya lelaki sejati mengalah sama perempuan" ujar Rania sambil mengacak gemas surai putranya.

"Bunda jangan di acakin dong, jadi belantakan lagi anti lambut akuuu.." protes Dafa.

"Bunda epetan ambilin ifa salapan" protes si adik yang dari tadi merasa tidak diperhatikan.

"Eh-eh iya sayang, ini bunda ambilkan, makan yang banyak ya sayang"

"Ini untuk abang"

"Susunya dihabiskan ya sayang setelah makan"

"Siap bunda" jawab mereka kompak.

"Pinter anaknya bunda,makan yang banyak ya nak, biar cepet besar"

Rania menarik senyum dibibirnya, senyum sarat akan kebahagiaan, dia merasa bahagia walau hanya seperti ini, bisa sarapan pagi bersama anak-anaknya bercanda ria. Kebahagiaan kecil tapi dia sudah bersyukur pada Tuhan, sudah diberikan kebahagiaan seperti ini, semoga kebahagiaan akan selalu menyertai keluarga kecilnya. Itu adalah do'anya. Sembari makan sambil memperhatikan buah hatinya yang makan dengan lahap.

"Udah celecai bunda"

"Sayang itu bibirnya cemong-cemong,sini bunda lapin pake tisu,ingat jangan dilap pakai baju ya? Nanti bajunya kotor" nasihat Rania.

Meskipun begitu, Rania senang anak-anaknya sudah bisa makan sendiri, yah meskipun tak ketinggalan cemong-cemong nya.

"Dihabiskan susunya sayang"

"Iya bunda, susu buatan bunda emang paling enak se-dunia" ucap difa sambil tangannya membentuk lingkaran yang besar.

"Eh-lebay kamu dek" sahut si abang karna menganggap adiknya ini berlebihan.

"Emang iya kok huhh" bantah sang adik dengan bibir mengerucut ke depan. Sungguh apabila orang melihatnya pasti langsung mencubit pipi Difa, karna sangking menggemaskannya anak itu.

"Sudah-sudah, jangan bertengkar nanti telat berangkat sekolahnya"

Sambil membereskan piring bekas makanan anaknya,mencucinya lalu langsung ditata kembali di tempatnya semula.

Oya perlu diingatkan jika tadi rania sudah bersiap-siap setelah sholat subuh sebelum memasak.

"Ayo sayang kita berangkat"

Mengunci rumah. Setelah itu mereka berjalan ke halte bus terdekat menunggu bus datang. Hanya bus yang menjadi alat transportasi keluarga ini,karna untuk membeli mobil pun uang tidak ada. Uang gaji dari tempat kerjanya hanya cukup untuk biaya sehari-hari mereka.

Setelah bus datang mereka memasuki bus, memilih duduk dibelakang kenek bus agar bisa cepat keluar. Sekitar 10 menit bus sampai di depan sekolah si kecil.

"Pak-pak stop disini ya..? Ini uangnya pak. Terima kasih ya pak" Rania memberikan ongkos sambil tersenyum ramah pada supir bus.

"Iya bu sama-sama"

Akhirnya mereka turun, kemudian Rania mengantarkan anak-anaknya sampai depan gerbang.

"Abang, adek sekolah yang pinter ya nak, jangan nakal turuti perintah bu guru. Abang jaga adeknya ya?"
Sambil mensejajarkan diri dengan tinggi mereka.

"Siap bunda" sahut Dafa dengan lantang.

"Yaudah sana masuk kelas sayang sebelum bu guru dateng"

Sebelum pergi Dafa dan difa mecium tangan dan pipi bundanya.
"Dadah bunda" ucap mereka sambil melambaikan tangannya.

Setelah memastikan mereka masuk kelas, kemudian barulah Rania beranjak mencari angkot untuk berangkat ke tempat kerjanya.

___ ___

Tbc.



Sekian dulu ya...
Nantikan kelanjutannya jangan lupa vote dan comment nya..😉

Semoga suka ya.😊

Sampai jumpa di part selanjutnya

😘😘😘

Rania (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang