20.//Istiqlal Mosque, Sela and Will

21.9K 1.4K 19
                                    

Jangan menjadi mualaf hanya karena wanita itu atau kau ingin menikah dengan wanita itu











×××××××××

Sela duduk menunggu Will yang tengah melepas sepatu dan kaos kakinya. "Sudah?"

Will mengangguk.

"Ah, lepas arloji mu dahulu agar air-"

"Baby.... Arloji yang ku kenakan ini di custome khusus untuk tahan segala guncangan apa lagi hanya air. Ini itu-" ucap sombong Will terputus saat Sela dengan geramnya lebih memilih langsung melepaskan arloji itu.

"Bukan masalah arloji mu akan rusak terkena air, aku percaya itu mahal. Tapi, itu semua agar air wudhu itu bisa masuk ke pori pori kulit mu." ucap Sela sedikit kesal.

"Mengerti?"

"Maybe..." jawab cuek Will.

Sela bangkit di ikuti Will dari belakang. Mulai memasuki area mushola, Will nampak kebingungan dengan semua yang ada. Mulai dari tempat wudhu dan segala aksen khas mushola.

"Kau wudhu di sana dan aku di sana." dengan santai, Sela melenggang pergi namun langsung di tahan oleh Will.

"Tunggu!"

Sela spontan mengurungkan niatnya untuk melangkah ke depan. "Ada apa?"

"Aku tidak tahu harus apa." ucap Will santai.

Membuat Sela terperangah tidak percaya dan berakhir dengan kekehan. "Baiklah.... Karena tempat wudhu kita hanya di batasi tembok, aku akan mengajari mu. Lagi pula ini tidak terlalu ramai."

"Ya sudah cepat." ucap Will memaksa.

"Dengar baik baik apa yang aku perintah, mengerti?"

Will mengangguk dengan wajah datar.

***

Disinilah Sela yang kembali duduk menunggu Will mengenakan kembali sepatunya. Pria di sampingnya ini, kini sudah berubah drastis dari sosok menyeramkan menjadi malaikat yang sangat melindungi. Bahkan, ia tidak segan untuk mempelajari agama dan sedikit-sedikit mengenal Allah.

Pria yang selalu ia anggap menjadi momok yang sangat menakutkan dan bisa kapan saja nyawanya terenggut, kini telah berubah dengan cepat. Ia menyayangi Will. Entah bagaimana bisa itu terjadi.

Jika mengingat bagaimana perlakuan juga kata-kata kasar yang sering Will ucapkan untuknya, rasanya tidak mungkin rasa sayang itu bisa tumbuh dalam kondisi yang tidak tepat bisa di katakan.

Ragu akan perasaannya, takut jika itu terbongkar maka bisa saja ia mati, atau lebih parah ia akan terus hidup menjadi jalang milik Will, ketakutan ketakutan seperti itu yang mendoktrin otak Sela agar terus takut berhadapan dengan pria itu.

Ketika kejadian saat Sela koma, ia sudah pasrah saat siuman. Hidup dan matinya di tangan Will. Namun, tak di sangka pria itu dengan gantle-nya justru kembali membuat hati Sela bingung. Will mengatakan perasaan sayangnya kepada Sela di saat wanita itu sudah pasrah dan menyerah.

Bukan Will memang, jika harus menyerah di tengah. Ia dengan gigih menunjukan perasaannya kepada Sela. Pula Sela tahu dari Mia, jika selama ini Will tidak pernah seperti itu dalam artian selembut itu kepada orang lain bahkan wanita berhijab sepertinya.

Destiny (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang