BAG | 04

452K 15.1K 526
                                    

Dress merah selutut tanpa lengan yang membalut tubuh mungil gadis itu terlihat sangat pas di tubuhnya. Tidak kebesaran tidak pula kekecilan. Make-up natural pada wajahnya membuat gadis itu terlihat tampak lebih cantik, dengan rambut sepunggung yang dibiarkan tergerai indah.

Ceklek!

Mendengar suara pintu kamarnya terbuka, membuat gadis yang tengah bercermin itu menoleh kearah pintu. Ditatapnya wanita paruh baya dengan dress yang sudah membaluti tubuhnya.

"Sayang, kamu cantik banget." Tangan kanan Lucy memegang pipi Freyya sambil melempar senyum.

Freyya tersenyum tipis, "mama bisa aja."

"udah siap kan?"

Freyya mengangguk.

"Emm...sebenernya siapa sih mah calon suami Freyya? Freyya kepo."

Lucy mengulas senyumnya, "Nanti kamu akan tau, sekarang keluarga calon suami kamu lagi di perjalanan menuju kesini." ujar Lucy kemudian memberikan sebuah penutup mata kepada Freyya.

"Itu buat apa mah?"

"Kamu harus pake ini."

"Ih, gamau ah mah."

"udah nurut aja."

Lucy mulai memasangkan penutup mata itu pada mata Freyya, "engga kekencengan kan?"

"Engga mah."

"yauda, yuk kita turun ke bawah."

-----

"Aduh bun, yah, ini mata Edsel gelap ih. Udah nyampe belum sih? Edsel buka juga nih penutup mata lama-lama."

"Sabar, sebentar lagi kita sampe." Ujar Elys sedikit gemas. Semenjak keluarga kecilnya berangkat, Edsel tidak henti-hentinya mengoceh didalam mobil.

"Udah sampe ya yah?" Tanya Edsel, ketika merasakan mobil yang dikendarai oleh ayah nya tidak lagi bergerak.

"Iya udah sampe, kamu tunggu di belakang dulu biar bunda yang bantu kamu keluar." Balas Evans lalu keluar dari mobil dengan diikuti oleh Elys.

Elys membuka pintu mobil jok kedua guna membantu putranya keluar. Setelah menutup pintu mobilnya kembali, ia menggandeng lengan Edsel kemudian menuntunnya masuk ke dalam. Sedangkan di samping Elys, Evans tampak berjalan dengan gagahnya.

"Assalamualaikum." Ujar Elys dan Evans bersamaan begitu mereka memasuki rumah sahabat Evans itu.

"Wa'alaikumsalam." Sahut seseorang dari dalam. Tak lama kemudian, sepasang suami istri datang menyambut kedatangan keluarga kecil Evans.

"Wah, akhirnya udah dateng. Gimana? Apa perjalanan nya macet malam ini?" Gustin dan Lucy menghampiri Evans dan Elys kemudian bersalaman.

"Ya, lumayan."

"Ayo masuk, putri ku udah nunggu didalem." Ujar Gustin, dan Evans serta Elys pun mengangguk. Mereka berjalan memasuki rumah megah milik keluarga Gustin.

Mata Elys menangkap seorang gadis dengan balutan dress nya yang sudah duduk disofa berwana putih itu. Mata gadis itu ditutupi oleh sebuah penutup mata, sama seperti putranya kini.

Sepertinya cantik.

Elys menuntun Edsel duduk di samping gadis itu. Setelahnya, ia pun duduk disamping Evans sementara Gustin duduk di samping Lucy.

Married A Pervert Young Man [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang