BAG | 02

472K 15K 260
                                    

Selesai melaksanan sholat isya, Freyya segera bergegas ke lantai bawah untuk menemui kedua orangtuanya. Karena setelah ia pulang sekolah sore tadi sang mama bilang pada Freyya bahwa akan ada hal penting yang dibicarakan.

"Mah, pah."

Lucy dan Gustin yang tengah duduk disofa ruang keluarga lantas menoleh kearah putri semata wayang mereka yang sudah duduk di hadapan.

"Sayang." Lucy tersenyum hangat dan dibalas senyuman pula dari Freyya.

"Mama sama papa udah sholat?"

"Udah nak." Balas Lucy.

"Mama sama papa mau ngomong apa?"

"gimana, kamu terima perjodohan ini kan?" Ujar Gustin tanpa berbasa-basi.

Tuh kan! Pasti perjodohan!

"Freyya kan udah bilang mah, pah tadi pagi. Freyya masih sekolah, Freyya gamau nikah muda. Gimana.."

"Apa kamu engga mau ngabulin permintaan terakhir papa?"

Deg.

Apa-apaan ini? Mengapa papa nya berbicara seperti itu? Seakan-akan papa nya akan pergi untuk selamanya.

"Papa ngomong apa sih? Jangan ngomong sembarangan pah. Freyya ga suka."

Tatapan Lucy dan Gustin seketika berubah sendu. Freyya yang melihat itu pun tak mengerti. Apa maksud nya ini?

"Sayang, sebenarnya papa kamu mengidap..."

"Penyakit jantung." Sambung Lucy sambil menundukkan kepalanya. Tangannya meremas tangan sang suami yang tampak terasa dingin.

"Mama bercanda kan? Kenapa mama sama papa baru kasih tau Freyya sekarang?"

"Maaf nak, mama sama papa engga mau buat kamu sedih dan kepikiran." Gustin menjeda, "Jadi...kamu mau kan ngabulin permintaan terakhir papa?"

Freyya lantas beranjak dari duduknya. Gadis itu beralih duduk disamping sang papa kemudian memeluknya erat. Tangis Freyya pecah dipelukan papanya.

Gustin membalas pelukan putrinya tak kalah erat. Tangannya mengusap kepala Freyya dengan sayang.

"Papa jangan ngomong kayak gitu, hiks. Freyya ga suka. Freyya yakin kok papa pasti sembuh."

"Papa cuma takut kalo nanti umur papa akan.."

"Pah! Freyya bilang jangan ngomong kayak gitu!"

Freyya melonggarkan pelukannya, menatap mama dan papanya bergantian.

"Oke, Freyya akan menerima perjodohan ini." Ujarnya pasrah.

Gustin dan Lucy sontak mengulas senyum tipis. Mereka senang Freyya bisa menerima perjodohan ini. Itu artinya, kelak akan ada seseorang yang menjaga Freyya kalau-kalau Gustin sudah tidak bisa menjaga nya lagi.

"makasih sayang."

Freyya mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Kalo boleh Freyya tau, siapa nama sahabat papa?"

"Om Evans."

Seketika, perasaan Freyya menjadi tidak enak. Mendengar nama om Evans terucap pikirannya langsung tertuju pada nama orangtua Edsel.

Ga, ga. Gue ga boleh negatif thinking dulu. Nama om Evans kan banyak siapa tau aja bukan om Evans ayah nya Edsel. Lagian, ogah banget kalo nanti gue nikah sama tuh cowok mesum! Batin Freyya.

"sayang?"

"Eh, iya mah?"

"Besok malem kita akan ngadain pertemuan sama keluarga om Evans sekaligus membicarakan kapan tanggal kamu sama putranya menikah."

"Hm iya mah." Balas Freyya pasrah.

Semoga, emang ini yang terbaik.

-----

"Edsel, simpen hp nya dulu bunda sama ayah mau bicara."

Suara Elys mengintruksi Edsel membuat pemuda itu menoleh kearahnya. Edsel menghembuskan nafasnya pelan lalu menyimpan ponsel tersebut di atas meja. Ia menyenderkan punggungnya pada badan sofa dengan mata yang mengarah pada ayah dan bunda nya.

"Iya bun, yah Edsel dengerin."

"Besok malam keluarga kita di undang oleh keluarga om Gustin untuk membicarakan tanggal yang pas untuk kamu dan putrinya." Ujar Evans to the point.

Wait, om Gustin? Gue ga salah denger? Om Gustin kan nama papa nya Freyya. Apa itu berarti Freyya yang nantinya akan jadi bini gue?

"Edsel, kamu denger ayah?"

"Eh, emm...denger kok yah. Besok malem kan?"

"Iya, kamu benarkan mau menerima perjodohan ini?"

"Iya yah. Emang bener ya, sahabat ayah itu sakit? Dia sakit apa yah?"

"Darimana kamu tau kalo sahabat ayah sakit?"

"Dari bunda." Balas Elys membuat Evans menoleh kearahnya.

"Kamu udah nyeritain ke Edsel?" Tanya Evans dan Elys mengangguk.

"Bagus lah." Evans beralih menatap putranya, "Jadi, sahabat ayah ini mengidap penyakit. Dia takut kalo nanti umurnya engga akan lama. Maka dari itu sahabat ayah merencanakan untuk menjodohkan putrinya sama kamu supaya kelak putrinya ada yang menjaga." Jelas nya.

"Kasihan juga." gumam Edsel.

"Maka dari itu kamu berkenan kan ngebantu?Putrinya sangat cantik. Ayah yakin, pasti kamu akan langsung jatuh cinta abis ngeliat dia."

"Kenapa ayah tau kalo putri sahabat ayah ini cantik? Emang ayah udah pernah ketemu?"

"Walaupun ayah belum sempat ketemu sama putrinya, tapi ayah pernah lihat fotonya dari sahabat ayah. Di foto nya aja cantik apalagi ketemu langsung ya kan?"

"Ya ya terserah ayah."

"makasih ya nak karna kamu udah menerima perjodohan ini." Elys tersenyum menatap Edsel begitupun Edsel yang membalas senyuman bunda nya itu.

Semoga yang ayah maksud dengan nama om Gustin itu itu beneran papa Freyya. Ah, kalo emang bener Freyya yang jadi calon bini gue sih dengan senang hati gue terima.

-----

Voment:)

Married A Pervert Young Man [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang