Perpisahan

41.5K 1.2K 51
                                    

Mumpung dapet inspirasi, update aaah... 😆😆

"Ibuu... Maafkan aku.. Aku sudah membebaskan orang yang menabrak ibu" Reva terus menciumi tangan ibunya sambil menangis. Ia seakan-akan merasa bersalah telah membebaskan Marisa yang telah menabrak ibunya. Namun disisi lain ia ingin ibunya segera sembuh dan tak ingin perusahaan Daniel bangkrut seperti yang dikatakan Shanti.

Reva masih menunggu kedatangan Daniel. Namun hingga 3 hari berlalu Daniel tak kunjung menjenguk ibunya. Padahal ia telah berjanji akan segera datang. Ia sadar, pasti Shanti telah melarang Daniel menemuinya. Memikirkannya membuat hati Reva semakin sakit.

Tiba-tiba Reva mendapat telpon dari seseorang yang tak ia kenal nomornya.

Hallo... Ini siapa?

Kamu masih ingat dengan suara saya??

Nyonya??

Baguslah kalau kamu masih ingat.

Ada apa ya? Kenapa anda menghubungi saya?

Aku sudah menentukan kapan kamu harus pergi.

Reva terbelalak kaget. Ia tak menyangka secepat ini.

Ka..ka..kapan nyonya?

Besok siang

Apa?!!

Iya, besok siang kamu harus ke Amerika. Masalah tiket dan urusan di rumah sakit sudah di urus bawahanku. Kamu tinggal ikuti saja.

Nyonya....

Jangan lupa, kamu sudah menandatangani perjanjiannya.

Nyonya masih ingat permintaan saya?

Tentu masih. Nanti sore kamu bisa menemui Daniel di rumah. Hanya sekali. Kamu tak bisa menemuinya lagi. Besok kamu harus persiapan pergi. Ingat!!! Jangan beritahu Daniel tentang kepergianmu.

Iya nyonya...

Tanpa menjawab lagi tiba-tiba Shanti menutup telponnya. Reva pun langsung bersiap-siap dandan untuk menemui Daniel. Ia menutupi seluruh wajah kusutnya. Bagaimana tidak, selama beberapa hari Reva kerjaannya hanya menangis. Berbedakpun tak sempat. Ia ingin terlihat cantik di depan Daniel untuk terakhir kalinya.

Sementara di rumah Daniel. Daniel sudah sering berusaha kabur selama 3 hari terakhir ini. Ia tak bisa keluar menemui Reva, bahkan menghubunginya pun tak bisa. Selain HP nya disita, telpon rumah pun di putus sambungannya. Pengawalannya sangat ketat. Tak tau berapa orang yang berjaga di depan pintu maupun jendela. Mungkin ibunya sudah mempekerjakan ratusan orang di rumahnya.

Daniel sudah pasrah. Ia lelah dengan seribu cara ia kabur. Semuanya nihil. Ia selalu gagal. Hingga tiba-tiba ia tak melihat penjaga di sekitar jendela dan pintu samping rumahnya. Daniel pun terkejut.

"Kemana perginya mereka?? Kenapa mereka tidak berjaga lagi?? Apakah masa penahananku sudah selesai??" Daniel celingukan memastikan keadaan.

"Aku harus kabur sekarang" gumam Daniel. Namun tiba-tiba...

"Daniel...."

"Reva...."

Daniel langsung berlari menghampiri Reva dan memeluknya.

"Reva... aku sangat merindukanmu..."

"Aku juga..."

"Maafkan aku Reva... Aku tak bisa datang karena...."

"Aku tau, kamu tak perlu menjelaskan"

"Hmmm??? Kamu tau???" Daniel kebingungan.

"Tunggu... Kita harus pergi dari sini cepat-cepat" ucap Daniel yang langsung menarik tangan Reva.

My Boss My Phonesex PartnerWhere stories live. Discover now