Diam-diam, aku ikut mengambil gula dengan merek yang diambil Tyara. Aku tidak berniat membelinya, hanya ingin memeriksa saja. Kuperiksa kilat karena tidak ingin Tyara terganggu dengan apa yang kulakukan. Untungnya, waktu kadaluarsa masih lama (aku memeriksa tiga botol dalam waktu kurang dari sepuluh detik, semuanya sama, dan kuharap Tyara juga mengambil yang sama).
"Kamu punya line?" tanya Tyara begitu aku meletakkan botol itu kembali ke tempatnya.
"P-punya," balasku agak gugup, takut kalau Tyara melihat apa yang kulakukan barusan.
"Kemarin di bus kami bertiga tukaran kontak, sayang banget nggak sempat minta kontak kalian," ucap Tyara sambil mengeluarkan ponselnya. Aku sempat bingung dengan hal yang dikatakan Tyara, karena seingatku ada empat orang lainnya di halte. Tyara langsung menjelaskannya juga begitu menyadari, "Aku baru ingat kalau kamu pulang duluan. Clay tidak naik bus."
"Oh, begitu."
Aku ikut mengeluarkan ponselku karena Tyara sudah menambahkanku sebagai teman dan mengundangku dalam satu grup yang bertuliskan "Five Rain Women". Tyara langsung menjelaskan, karena tampaknya dia mengerti kebingunganku.
"Riryn yang bikin grup itu, katanya biar makin akrab," ucap Tyara yang akhirnya membuatku mengangguk termanggut. "Oh iya, sekolahku lagi ngadain acara school meeting. Dibuka umum, mau ikutan tidak?"
Aku mengerjapkan mata, bingung. Sejujurnya ini pertama kalinya aku pergi ke sekolah SMP lain di kota ini, dan hal-hal baru selalu saja berhasil membuatku sangat gugup.
"A-apa tidak apa?" tanyaku.
Tyara memiringkan kepala, "Hah?"
Bahasaku pasti terlalu kacau, sampai Tyara bingung.
"Aku boleh ikut?"
Tyara langsung tersenyum sambil memasukkan sesuatu dalam keranjang, "Tentu saja."
Kami sama-sama membayar, lalu keluar dari minimarket. Sepertinya aku juga pernah mereferensikan bahwa sekolah Tyara adalah sekolah yang paling dekat dengan area ini. Mungkin jika dulu aku gagal dalam tes masuk, aku bisa saja berada satu sekolah dengan Tyara.
Hal yang mencolok dari seorang Tyara sejak awal aku mengenalnya adalah tentang benang merahnya. Dia punya benang merah yang unik. Benangnya benar-benar melintang ke atas, padahal benang yang kulihat, semuanya mengambang di udara. Sekarang, aku mulai berpikir kalau benang merahnya Tyara mungkin adalah seorang astronot yang sedang menjalankan misi di luar bumi. Karena ... Alien itu tidak nyata, kan?
Tyara tidak berbohong tentang acara yang dibuka umum itu. Buktinya, saat ini keadaan di lapangan sekolah itu sangat ramai dan dipenuhi oleh tenda-tenda putih yang menjajar mengelilingi lapangan. Sepertinya ini adalah kegiatan bazar, itu membuatku teringat kembali dengan festival sekolah tahun lalu.
Tyara sepertinya tahu kemana dia harus berjalan. Dia melangkah ke satu arah, sesekali berbalik ke belakang--sepertinya takut meninggalkanku tersesat dalam lautan manusia yang berkeliling. Namun nyatanya, tidak sulit menemukan Tyara, karena aku hanya perlu mencari keberadaan benang merahnya yang melintang itu.
Tak lama kemudian, kami berhenti di salah satu tenda. Tyara memberikan plastik belanjaannya kepada orang-orang yang berada di sana. Aku menggunakan kesempatan itu untuk menyimpan kantong plastik yang berisi gula dan garam ke dalam tas kecil yang kubawa.
"Ayo, Alenna, kita lihat pertunjukan drama," ajaknya.
Dia mengajakku ke ruang auditorium sekolah. Tirai merahnya masih tertutup dan lampu-lampu juga masih menyala. Kulihat ada beberapa orang berkostum yang lewat dengan buru-buru. Tyara masih menunggu dengan tenang, padahal suara anak-anak yang menjerit heboh di depan sana karena melihat seseorang berkostum kuda melewatinya.
ESTÁS LEYENDO
LFS 2 - Red String [END]
Fantasía[Little Fantasy Secret 2] Alenna mungkin terlihat seperti anak SMP kebanyakan, kecuali satu hal yang membuatnya istimewa; Alenna bisa melihat benang merah takdir. Namun Alenna tidak menganggapnya sebagai anugerah yang berarti. Mendapat peringkat per...
The Twenty Fifth Thread - "Lie is Something Continual"
Comenzar desde el principio
![LFS 2 - Red String [END]](https://img.wattpad.com/cover/167548547-64-k308475.jpg)