"Kamu harus bisa bawa dia secepatnya." titahnya disebrang sana. Ale mendengus samar.

"Gak bisa dipaksa Pah. Kenapa juga harus aku sih yang ngurusin anak orang yang gak jelas asal usulnya itu?" sengitnya pada sang Papa.

"Ale, dia juga anak Papah. Kamu harus bisa menerima kenyataan itu." tekannya membuat Ale tidak tahan ingin membanting ponsel mahalnya itu.

"Terserah lah mau dia anak siapa, Ale tetap gak mau mengakuinya saudara apalagi harus saling akrab, jangan harap itu Pah, meski kita serumah!!" jelas Ale memakinya. Ia sudah kehabisan kesabaran karena permintaan konyol ayahnya itu yang terlalu memaksa menginginkan Alyra harus tinggal ikut bersama mereka.

"Dasar anak tidak tahu diri--" Ale pun langsung mematikan sambungan teleponnya. Sambil mengumpat kasar.

"Jalang brengsek!!"  rutuk Ale menggeram sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat seakan ingin meninju wajah siapapun yang berada didekatnya akan menjadi pelampiasan kemarahannya saat ini.

"Lo butuh bantuan Le?" suara Kevan yang tiba-tiba mengejutkannya dari belakang, ketika melihat Ale seperti menahan suatu kekesalannya yang teramat sangat menjengkelkan baginya. Ale menatap ke arah lelaki datar itu sebentar lalu membuang napasnya dengan kasar.

"Masalah cewek ya? Urusan itu sih, gampang diatur." Kevan terkekeh kecil sambil menepuk pundak Ale. Ale menepisnya kasar. Kevan tersenyum miring.

"Gue bisa mengatasinya sendiri." ujar Ale diatas balkon sekolahnya sambil menatap tajam ke arah Alyra yang tengah berada dibawah lapangan dekat pinggiran taman pohon sedang bercanda ria dengan teman sekelasnya itu tanpa menyadari kalau ada yang mengawasinya.

"Itu cewek yang Lo benci kan?" ucap Kevan sambil membalikkan punggungnya bersandar dipembatas penyangga setelah melihat cewek berambut merah itu tadi lalu menatap Ale yang masih menghadap lurus ke arah depan bawah sana.

"Bukan urusan Lo sih," jawab Ale singkat seakan tidak ingin diganggu dengan pemikirannya oleh yang lain.

"Gue bisa bantu Lo dengan senang hati, kalau Lo lagi butuh,," Kevan terkekeh pelan. "Lo pikirin dulu, biar gak ragu nantinya." setelah mengatakan hal itu Kevan pun berlalu pergi meninggalkan Ale yang masih terdiam begitu dalam, dan sedikit mulai tertarik.

***

Alyra pergi ke toilet dengan terburu-buru ketika ia tidak bisa menahannya. Syella dan Molly menggerutu kesal mencari cewek merah itu yang entah menghilang begitu saja dari pandangan sekitar mereka.

"Kali aja dia lagi kesasar nyari tempat buat sembelit." Molly mengomel tidak jelas. Cewek berambut keriting coklat dan berkulit eksotis itu berkeliling memasuki ruangan toilet bersama Syella yang mulai mengeluarkan bedaknya.

"Loh Lo kok disini--?!" kompak mereka berdua dengan mata yang terbuka lebar dan mulut yang langsung dibekap oleh kedua tangan Alyra secara bersamaan.

"Ssstt! Diem Lo berdua lagi ngumpet nih!!" bisik Alyra sambil bersembunyi dibilik toilet, Syella dan Molly hanya mengikuti cewek itu yang berusaha membawa mereka entah kemana.

"Ih! Ada apaan sih Ra? Lo itu ya jangan aneh deh! Dicariin juga tadi malah ada disini." Syella melepaskan mulutnya dari tangan Alyra tadi.

"Kebetulan banget ada Lo berdua. Buruan bantuin gue buat ngelawan mereka." kata Alyra yang langsung tiba-tiba menarik mereka ke arah ujung toilet yang terakhir dan terdengar ada keributan dan suara seseorang. Molly dan Syella langsung bergerak dengan Alyra yang mendobrak pintu kamar itu hingga terbuka.

"Loh! Mantannya Axel kan?" Molly menatap Karinna yang terkejut melihatnya. "Vellyin, Lo juga disini? Tumben Lo bertiga astaga---?!" tanya Syella sambil melirik ke arah sebelah Vellyin teman cewek itu yang bernama Sisca dan Dera. Lalu mata Syella langsung terbelalak kaget saat menyadari kondisi Mea terlihat sangat lemah tak berdaya dibawah kendali mereka berempat.

Mylovelly Where stories live. Discover now