DUA BELAS : TOLET COWOK

1.2K 116 284
                                    

"Sebagian manusia hanya penasaran terhadap kehidupan manusia lainnya, bukan peduli."

🌻🌻

BU TAMI—guru Bahasa Indonesia, dikabarkan tidak masuk karena cuti lahiran, maka dari itu sehabis pelajaran olahraga kelas XI IPA 5 menjadi free class.

Di pojok belakang sebelah kiri, ada perkumpulan manusia-manusia dengan kepala menunduk sambil memegang ponsel miring. Pojok belakang kanan, ada perkumpulan cewek pecinta K-Pop mereka sedang meneriaki biasnya melalui layar ponsel. Di pojok kanan bagian depan, ada manusia-manusia ambisius pengejar nilai. Dan terakhir, pojok sebelah kiri terdapat manusia-manusia tidak tahu diri, suara tidak bagus, nada kemana-mana, masih tetap saja nyanyi perkumpulan itu tentunya dipimpin oleh Dido.

Ali memposisikan dirinya di tengah—duduk di bangkunya sendiri, bermain rubik kecil berbentuk segi empat. Jemarinya dengan lihai memutar rubik itu. Sudah satu minggu dia bermain rubik, untuk mengalihkan pikirannya tentang kata pelampiasan.

"Diem-diem aja, bang, ngupi napa," ledek Nano yang melewati bangku Ali.

"Iya nanti," Ali merespon tidak bersemangat.

"Lo kenapa lemes gitu, sakit?" tanya Nano, mereka bisa dibilang dekat, karena selalu satu kelompok dan kelihatannya Nano bisa dipercaya selain ketiga temannya.

"Gak."

"Berantem sama Andara?"

Sontak Ali menoleh, menatap cowok itu bingung. "Gak usah selebay itu kali ekspresi lo. Biasa aja. Satu minggu tuh cewek gak ngikutin lo, dan sikap lo berubah menjadi lebih diam—gak bersemangat, apalagi kalau bukan berantem." Nano menyimpulkan sendiri.

"Gue gak ada hubugan apa-apa sama dia."

"Tapi lo punya perasaan apa-apa 'kan sama dia?"

"Enggak!" elak Ali cepat.

"Halah, gengsi lo ketinggian. Tinggal bilang suka aja susah. Jangan kayak cewek, kebanyakan menye-menye." Nano menepuk-nepuk bahu Ali, "Andara itu banyak yang suka, saingan lo dimana-mana," bisiknya ke Ali, lalu berjalan ke sekumpulan orang yang bermain game.

Ali terdiam, berdebat antara otak dan hatinya terus saja berseteru.

"Do, tipex gue mana?" teriak perempuan dengan rambut dikepang dua dan memakai kacamata.

"Bukan sama gue, Rara." Dido menghentikan manggung ala-alanya, kembali duduk ke bangkunya, disusul dengan Rama dan Fino yang baru saja dari kantin.

"Lihat tempat pensilnya sini!"

"Gak ada, gak bawa," bohong Dido lagi.

Takdir tidak berpihak pada Dido, Fino memberikan tempat pensil Dido ke Rara, pagi tadi Dido sengaja meminta Fino untuk menyembunyikan tempat pensilnya di tas Fino.

Setelah melihat tipexnya ada di tempat pensil Dido, Rara mengambilnya kemudian melemparkan tempat pensil ke wajah Dido. Rama dan Fino itu menggelakkan tawanya melihat Dido yang terciduk maling tipex.

"Ini apaa Didoooo!" pekik Rara, hingga Dido menutup kupingnya.

"Eh, ada ternyata. Ya udah tipexnya buat lo aja, ikhlas gue," kata Dido santai.

"Kan emang punya gue, Didooolll... Dodolll," geram Rara.

"Tau nih Ra, udah ngambil, ngaku-ngaku lagi. Tampol aja bocah kek gini." Fino memprovokasi Rara yang siap menelan Dido hidup-hidup.

Dido mendesis pelan. "Sialan lo Fin," umpatnya

"Elo yang sialan. Awas aja lo ngambil tipex gue lagi! Gue pastiin tangan sama jari-jari lo misah!" ancam Rara.

[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang