"Obatnya dari diri kamu sendiri Xel. Aku juga pasti sembuh kok, kalau diperhatikan seperti ini." senyum Alyra mengembang begitu saja saat menatap dalam mata Axel. Cowok yang ditatap seperti itu oleh Alyra tdi menjadi sedikit salah tingkah begitu ia tersadar kembali lalu sedikit berdehem.

"Kalau masih sakit, Lo bisa periksa sendiri! Gue gak bisa menemani Lo! Gue cukup sampai disini aja tanggung jawab atas perbuatan gue sama Lo tadi,," Axel berucap dengan wajah datarnya dan berlalu pergi begitu saja ketika selesai. Alyra meneguk ludahnya pelan. Hanya sesingkat itu waktu mengubah moment berharganya menjadi menyedihkan tak berarti bersama dengan orang yang ia cintai? Apa Axel tidak mempunyai perasaan lebih, seolah dirinya bukanlah pilihan yang indah untuk dimiliki sepanjang waktu? Alyra berharap suatu saat Axel akan berubah menjadi bintang terbaik dalam tidurnya. 

***

"Eh kok kamu disini?" tanya Mea saat ia tidak sengaja bertemu dengan Alyra diatas atap sekolah. Ia pikir hanya dirinya seorang diri. Ternyata ada orang lain juga berada disini.

Alyra pun menoleh melihat sekilas ke arah Mea yang berdiri dibelakangnya. Lalu berbalik lagi menghadap ke depan sambil memandang ke arah lain.

"Ngapain Lo kesini? Gue pikir Lo anak yang rajin, gak mungkin bolos kan di jam kosong?" Alyra balik bertanya sambil melihat dari samping pada penampilan Mea dari ujung atas sampai bawah yang memakai rok pendeknya. Sedikit berdecih tidak suka jika mengingat Axel lebih perhatian pada cewek berbando hijau imut itu. Mungkin Axel sempat baik padanya tadi juga pasti ada hubungannya dengan Mea. Batin Alyra menduganya.

"Lagian gak ada yang dikerjakan. Jadi lebih baik aku duduk disini menikmatinya sambil membuang pikiran buruk jauh-jauh." ujar Mea sembari mengambil tempat duduk disamping cewek berambut merah itu. Mereka mengayunkan kakinya dibawah sana dan saling terdiam beberapa saat.

"Terus tujuan Lo apa sekarang? Mau liat gue nangis gitu?" Mea menggelengkan kepalanya. Alyra mendengus pelan sambil merogoh sakunya.

"Atau sekarang mau ngelaporin gue gara-gara ketahuan ngerokok terang-terangan di depan lo?" Alyra mulai menatap tajam sambil menunjukkannya pada Mea. Mea sedikit kaget melihatnya ketika Alyra menyalakan pemantik api ditangannya serta sekotak dus rokok yang tersisa satu batang didalamnya. Api yang menyala itu tepat berada didepan muka Mea dari tangan Alyra dan tentu saja panasnya ikut membuat Mea merasakan hangatnya hampir menyiksa.

"Gak kok, jangan salah paham dulu!!" kata Mea sedikit terbata sambil memundurkan wajahnya.

"Lo takut sama gue? Kalau Lo mau bilangin ke pihak sekolah, lakuin aja gue juga gak perduli. Sebenarnya sih hidup gue bebas dari peraturan. Tapi... kalau seandainya aja Lo itu bukan saudaranya Axel, sudah pasti gue bakalan ngancam lo tadi! Dan juga bikin Lo kena sial atas kesalahan gue apapun itu biar Lo gak ada disini lagi!!" ujar Alyra dengan santainya lalu menghisap rokoknya perlahan dan tertawa kecil.

"Kok kamu jadi jahat gitu sih? Kan aku gak ngapa-ngapain,," kilah Mea agak gugup. "kalau gitu lebih baik aja pergi aja daripada ganggu kamu." katanya lagi bersiap hendak pergi.

"Padahal niatku juga ingin menghibur diri sendiri." gumam Mea sedikit memberengut kesal karena Alyra sempat menyebalkan padanya.

"Tunggu! Gue sendirian." ucap Alyra tanpa menoleh menahan langkah Mea yang ingin meninggalkan dirinya. Mea kembali duduk dan menatap bingung pada cewek. "Ada apa lagi?"

"Lo mau cobain?" tawarnya kemudian.

Mea menatap sebentar ke arah puting rokok itu yang disodorkan padanya. Alyra masih menunggu Mea untuk menerimanya. Walau ia tahu Mea sepertinya belum terbiasa dengan hal itu.

"Ok, thanks." sambut Mea dengan senyum tipisnya. Alyra sedikit kaget. Ia mengira Mea akan menolaknya.

"Kok Lo buang sih?!" Alyra memelototi Mea menatap tak percaya.

"Nanti aku sakit, yang repot orang disekitar ku." jawab Mea dengan senyum kecilnya. Alyra mendengus kasar.

"Dasar manja Lo!!" Mea terdiam sesaat.

"Kamu jaga kesehatan ya. Axel mungkin khawatir kalau kamu sampai kenapa-kenapa. Dia emang gitu gak mau mengakuinya. Tapi sebenarnya Axel orang baik kok dan lucu." kata Mea. Alyra meneguk ludahnya.

"Lo sama Axel mungkin mempunyai hubungan yang lebih dari sebagai saudara kan?" tanya Alyra yang terlanjur penasaran.

"Kami saudara tiri. Mungkin itu yang terlihat aneh dimata kalian." ucap Mea. Alyra begitu terkejut, ia pikir Axel dan Mea adalah saudara kandung ternyata bukan. Alyra tersenyum miris. Mungkin saja Axel menyimpan perasaan mendalam pada Mea. Itu bisa terjadi kapan saja. Alyra menggelengkan kepalanya enggan berharap itu nyata.

"Gimana.... kalau akhirnya Axel lebih menyukai Lo dibandingkan cewek lain?"

"Itu gak mungkin," elaknya. "karena aku sudah menjadi milik Rendra seutuhnya." balas Mea menatap sebentar lalu menunduk pelan ke bawah dengan menyembunyikan wajah sedikit murungnya agar tidak terlihat.

"Ohiya, apa tangan kamu baik-baik aja?" Mea segera mengalihkan pembicaraannya sambil ingin melihat kondisi tangan cewek itu. Alyra sedikit risih dengan gerakan Mea yang tiba-tiba saja.

"Iya, udah mendingan sih." jawabnya. Mea meangguk senang.

"Lain kali hati-hati." pesan Mea mengingatkan sejenak. Alyra hanya bergumam samar. 

"Aku mau balik ke kelas dulu. Mungkin di jam berikutnya akan ada guru yang masuk." pamit Mea.

"Lo harus percaya sama Rendra. Dia sahabat terbaik gue selama ini, gak mungkin dia mau mendua, kalau dia bohong Lo ngadu aja sama gue, biar gue bantai habis peternakannya." kata Alyra sambil tertawa kecil. Mea ikut tersenyum lucu menahan tawanya saat mendengar perkataan Alyra yang begitu terdengar aneh mengenai tentang Rendra kekasihnya.

Ternyata Alyra orangnya cukup baik juga menurut Mea, ini pertama kalinya ia berbicara dengan cewek merah yang terkesan barbar namun begitu peduli. Meski Alyra terlihat sadis diluar tapi Mea seperti baru saja mendapatkan teman barunya itu.

Jangan lupa VOTE DAN KOMENT!!

TBC...










Mylovelly Where stories live. Discover now