Kalau tau begini, aku lebih baik pura-pura pergi saja dari rumah dan bilang sedang acara keluarga. Haidar sinting! Haidar menyebalkan! Haidar gila! Haidar tak punya hati! Haidar pe—

"Apa gue salah orang, tapi ngga kok perasaan, lo temen sekelas gue kan? Yang tadi didepan kelas sama Lia?" tanya Arrayan bertubi-tubi.

BISA TIDAK TENGGELAMKAN AKU SEKARANG?

Aku menyiapkan hatiku yang sudah tak karuan ini, lalu menatap kearah Arrayan lebih tepatnya kearah dadanya. Aku tak berani menatap matanya, itu ada dilist nomor 3 ketakutan ku!

"Ngga kok, kamu ngga salah. Aku Kyara" ucapku dengan suara yang pelan nyaris tak terdengar.

"Baguslah gue gasalah rumah, nanti malu kalau salah hahaha. Oh iya sebelum kerumah Haidar temenin gue ambil cemilan yah dimobil. Tadi gue lupa bawa, soalnya Haidar udah bawel." ucap Arrayan panjang.

Arrayan memang begitu, dia mempunyai pribadi yang hangat dan mudah bergaul. Jadi kalian tak perlu kaget dengan ucapannya yang terkesan panjang pada orang yang baru dikenal.

Aku hanya mengangguk lalu mengikuti Arrayan dibelakangnya setelah mengambil buku sejarah dan laptopku, aku juga mengunci rumah.

Aku terkejut dengan cemilan yang dibeli oleh Arrayan. Ada 5 buah tas kresek yang berisi cemilan. Dia belanja banyak sekali cemilan untuk kerja kelompok ini. Pasti Haidar yang nitip.

"Lu bisa bawain satu ngga, tangan gua udah penuh soalnya, biar ngga mondar mandir." ucapnya sambil membawa 4 buah tas kresek.

Aku hanya mengangguk lalu mengambil satu kresek yang tersisa dan membuka pintu rumah Haidar setelah memberi salam.

Arrayan langsung masuk dan duduk ditempatnya setelah meletakkan cemilan disamping kanannya.

"Gila, lo belanja apa ngeborong? Itu banyak banget Rayan." heboh Sierrin saat melihat tangan Rayan yang penuh akan belanjaannya. Ditambah satu ditanganku.

"Biarin aja, dia mah gabakal bisa mikir kalau mulutnya gagerak. Anggep ajah dia mau isi bensin, full tank." ucap Haidar santai sambil membuka laptopnya.

INI DIA OKNUM YANG INGIN KUHEMPASKAN SEKARANG JUGA.

Aku pun berjalan mendekati Haidar dan mengambil posisi duduk disampingnya, tapi baru ingin duduk aku malah disambut dengan teriakan histeris Sierrin.

"ITU TEMPAT GUE YAH! GUE UDAH NEMPATIN DULUAN, DUDUK SANA SAMPING ARRAYAN" teriak Sierrin lalu segera menempati tempat disamping Haidar.

"Samudra sampingnya kosong noh, lu kan pinter sekalian bantuin dia gih" sambar Haidar tanpa melihat kearahku.

WAH, AKU SEPERTI MENCIUM BAU PERSEKONGKOLAN YANG PEKAT.

Akhirnya aku duduk disamping Arrayan. Jantungku menggila dan aku jadi sedikit hilang fokus. Ah cukup Kyara, Apa kau ingin dikatai karena bodoh mendadak?

Setelah aku duduk disamping Arrayan dengan wajah yang kubuat senormal mungkin. Haidar pun mulai membagi tugas. Arrayan dapat tugas lebih sedikit dibanding yang lain.

Arrayan memang kurang dalam pelajaran sejarah, tapi kalau sudah ekonomi dan matematika tak perlu diragukan lagi kejeniusannya.

"Rayan kenapa kejeniusan lo itu ngga ikut pas pelajaran sejarah sih" gerutu Sierrin.

Tentu saja Sierrin kesal, Rayan selalu tertukar memasukkan tanggal peristiwa. Jadi Sierrin yang kedapatan tugas mengedit harus membaca ulang semuanya.

Aku hanya mendengus kecil, lucu sekali melihat Arrayan yang mengerucutkan bibirnya sambil mengunyah cemilannya.

"Sana lu bantuin Arrayan, jangan ngegabut dong" ketus Haidar pada akhirnya.

Aku yang tadinya sedang istirahat karena sudah menyelesaikan tugasku langsung duduk tegak. Sepertinya Haidar memang mempunyai dendam pribadi padaku.

Mata aku dan Arrayan bersirobok. Tidaaaak! Kurasa jantungku seperti ingin meloncat sekarang. Tolong, aku takut kalau Arrayan dapat mendengar suata detak jantungku.

Tatapan Arrayan seperti memohon, aku menghela nafas lelah.

TENTU SAJA SIAPA YANG TIDAK LELAH UNTUK MENGONTROL DETAK JANTUNG YANG MENGGILA?!

Aku mengangguk perlahan dan tanpa kuduga Arrayan langsung menggeser duduknya untuk lebih dekat padaku.

"Tolong ya, gua pusing baca tanggal peristiwanya banyak banget." ucap Arrayan dengan ceria.

Kurasa ia merasa senang dibantu olehku, eh? Maksudku kurasa ia senang karena tak perlu repot-repot membaca. Aku yang akan mendikte dan dia yang langsung mengetik.

Tanpa diduga Arrayan pun masih merespon dengan lamban. Ia mengetik sambil mencoba mengerti materi tersebut, tapi kutebak ia tetap tak mengerti.

Sampai Sierrin dan Haidar sudah menyelesaikan tugasnya dan memilih bercanda ria tanpaku dan Arrayan. Bahkan suara Sierrin terlalu nyaring hingga terkadang aku harus mengulang dua kali karena Arrayan tak mendengar kata-kata ku dengan jelas.

"Hah? Apa? Suara lu kalah sama suara Sierrin." ucap Arrayan yang frustasi.

Aku juga sama frustasinya, aku sudah membesarkan suaraku. Hanya saja suara Sierrin memang tak ada tandingannya.

Aku pun kembali mendiktekan Arrayan, tapi aku terkejut saat tiba-tiba saja Arrayan mendekatkan wajahnya padaku.

"Gua gadenger lu ngomong apa, deketan gini baru bisa denger"







"Deket! Terlalu deket. Jantungku mendadak senam seribu"

 Jantungku mendadak senam seribu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tentangnya : Arrayyan | •Hyunjin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang